1

49 2 0
                                    

Hidup kami berubah setelah kepindahan kami ke Suka Maju,dan disaat itu aku masuk kelas 4 Sd.Adikku si Tika kelas 1 sd,dan si Rina umur 3 tahun lebih.Oh ya kenalkan namaku Adel,tapi dalam penulisan kisah ini aku lebih sering menggunakan kata kami.

Kami berasal dari keluarga miskin,bahkan hidup di bawah garis kemiskinan.Setelah kami menetap di gg.Rambutan,bapak kami sering sakit-sakitan,dan diagnosa dokter ia terkena penyakit Diabetes Melitus,dalam bahasa awam Penyakit Gula basah.Jadi kalau ada luka sedikit lama sembuhnya,jadi harus menjaga pola makan,makan yang tawar,hambar dan ga ada rasa.

Hari-hari kami yang kelam,di tengah kesulitan ekonomi,yang kami lakukan setiap harinya adalah sepulang sekolah,ganti baju,makan siang dan bergegas ke ladang kami.
Maaf bukan ladang kami,maksudnya disini adalah menyewa ladang orang lain dengan menggarapnya kemudian panen sekitar 3 atau 4 bulan berikutnya membayar sewa ke empunya.

Namanya juga pekerjanya anak kecil,tentu lumrah bukan kalau ada kerjaannya yang tidak beres,ada saja kesalahan kecil disana sini dan hebatnya mamak kami dia tetap memantau hasil kerja kami ketika ia sudah menyelesaikan tugasnya di ladang orang.

Kami tidak bisa membandingkan hidup kami dengan orang lain,tepatnya dengan kawanku sekelas.Menurut ku hidup mereka sungguh enak,apa-apa tinggal minta.Jangankan itu ya,hal sederhana seperti pulang sekolah di rumah saja dan menonton tv,sedang kami hanya bisa pasrah dengan nasib jadi orang susah yang membelenggu!

"Enak,mereka ya kak!Ga perlu kaya kita tiap hari mesti ke ladang!"kata Tika,adikku sambil menapaki jalan menuju ladang yang lumayan jauhnya.

"Sudahlah itu daripada kita ga sekolah!Emangnya kamu mau ya?"kataku mencoba menghibur kegalauan hatinya.

"Ya,ga maulah makanya kita pergi ke ladang!"Kata Tika kesal.

Dan lucunya lagi ada sticky notes yang dibuat oleh orang tua kami seperti:

Jangan lupa ambil uang belanja di laci mesin jahit!

Yang artinya:

Ntar lu kalo udah selesai kerja di ladang kemudian belanja seharga nominal yang elu temukan di laci mesin jahit.

Nah,kebiasaan kami kayak dapat uang kaget,duitnya dibagi buat beli bahan yang akan dimasak,tapi tunggu dulu,biasa sebelum berangkat ke ladang,kami pastikan semua bahan,ada yang kurang yang harus di beli,sekalian kami catat yang akan di beli di sticky notes,entah cabe bawang,atau minyak goreng!
Dan kami berharap duit itu ada lebih,buat jajan bagi 3,tapi ya kalau lebihnya hanya buat jajan 1 orang,maka jajan itu kami potong jadi 3,dan dimakan pelan-pelan,kalo bisa jangan cepat habis,karena siapa pun dari kami tidak ada yang rela memberikan yang 1/3 miliknya,hahaha!

Keunikan selanjutnya mengenai masakan.Keluarga kami penyuka sambal,tiada hari tanpa sambal.Menunya pun jauh dari kata mewah,Tahu tempe disambal,ikan teri main bola disambal,udang kecil/udang besar kering disambal,ikan asin disambal,pokoknya itu dibolak-balik dari senin sampai sabtu.
Di hari Minggu biasanya sedikit istimewa:ikan benggol(ikan basah,mungkin di tempat kalian namanya ikan layang) kami menyebutnya ikan dencis!Nah barang itu disambal.
Karena makanan itu hanya keluar di hari Minggu,tapi dijatah macam jaman penjajahan,1 orang 1 ikan,jangan takut ditenggelamkan!Karena saat itu Menteri Susi belum menjabat sebagai Menteri Kelautan.
Biasanya terjadi kecurangan di jam makan siang,ikan itu habis dan diantara kami tidak sudi mengakuinya.

"Kok bisa habis ikan 15 ekor di jam makan siang?"tanya mamak kami

"Ga tau ya mungkin adek yang makan!"kataku memulai

"Enak aja tadi kakak kutengok ikannya cepat habis,langsung dia ambil cepat ikan ke 2!"

Wah pokoknya ribut kalo selesai makan siang,kami saling menuduh dan ga ada yang mau kalah!

"Udahlah nanti malam kan kita ga ada lauk,kalian makan nasi pakai garam aja sama kecap!"

Kami bertiga serentak bilang,"JANGANLAH MAK!"

Mamak kami ga tega juga

"Ya udah,kak!Nanti ambil pucuk daun ubi,bahan sambal masih ada,dan nanti malam mamak goreng ikan asin saja!"

Itupun kami sudah tersenyum selamat dari garam dan kecap!

Masih dapat petuah,"Harusnya kalian masih bersyukur bisa makan hari ini,sesusahnya kita masih ada lagi yang lebih susah dari kita!"

Kalimat yang menohok,kalimat paten yang membuat kami berlinang air mata meski sedang tertawa.

"Makanya kalian bertiga rajin belajar supaya besar nanti kalian hidupnya senang tidak susah lagi!"

"Iya,Mak!Kami janji belajar keras dan bekerja keras supaya kami jadi orang kaya!"

Mamak kami hanya tersenyum getir,tapi semangat mamak kami luar biasa menuntun kami,mengingatkan kami senantiasa ke jalan yang benar,dan terus nama kami bertiga ia doakan supaya kelak kami bisa hidup bahagia.

Ini cerita unik selanjutnya tentang masakan!
Kalau bapak kami ga selera makan karena masakanku yang ga enak maka aku akan di suruh ke warung makan,tepatnya persis di simpang gg.Rambutan.
Dan aku dengan malu-malu membawa cangkir besar plastik untuk membeli kuah Mi Sop.

"Bu,kuahnya aja ya,soalnya kami ga ada duit buat beli Mi Sopnya!"

Ibu warung itu hanya tersenyum"iya,ini kuahnya banyak!Penuh kan?"ibu itu memang baik udah cuma beli kuahnya,dikasih segelas penuh!

Cita-citaku Jadi Orang KayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang