Bagian 19

5.6K 217 1
                                    

Hay readers🤗🤗🤗💕
Waduuh... Ada yang kesel nih😢
Jangan marah dong...😰 karna postnya lama bgt
Aku mintak votenya kan ngak banyak banyak😅
Lagian aku juga butuh waktu di alam nyata🍃
Readers tercintaa❤️ kalau author salah maafin yaa
Karna akunya baik bin cantik... #bhak-_
Jadi walaupun votenya blm nyampe 25 aku udh update lagi💪
Tetap suka sama ceritanya ya😇
Pliss.. Jangan bosan sama cerita aku 😢
Biar ngak kesel ... Aku bakal post lagi besok.
Happy reading💪😊

👟👟👟👟

"Daffa... Kecelakan..."

Sontak, bang Tomi langsung kaget. Naya terus saja terisak tangis di pelukan bang Tomi.

"Nay... Kalo lo nangis terus, kita kapan liat Daffanya?" Kata bang Tomi melepas pelukan Naya. Naya hanya menggangguk sambil berusaha menghapus air mata dengan lengannya.

Mereka langsung keluar rumah setelah pamit pada bibi Poppy. Bang Tomi dan Naya masuk dalam mobil. Dengan terburu buru, bang Tomi mengendarai mobil ke tempat yang di bilang Migo tadi di hp naya, rumah sakit arwana. Tempat Daffa berada sekarang.

"Bang oppa... Aku takut Daffa kenapa-kenapa ..." Kata Naya sambil terus meremas tangannya.

"Kamu udah bilang itu lima kali dari tadi... Sekarang kamu cukup berdoa aja, Nay... Daffa ngak bakalan kenapa kenapa kok."

Naya hanya diam. Sekarang, yang diharapkannya , Daffa baik baik saja.

Setelah beberapa menit, mereka tiba di rumah sakit arwana. Mereka keluar dari mobil. Mereka langsung menghampiri suster penjaga dekat sana. Bang tomi menanyakan pada suster yang menjaga dimana ruangan Daffa. Bang Tomi mengatakan bahwa Daffa baru saja kecelakan dan dilarikan kesini. Suster memeriksa nama pasien yang baru masuk.

"Oh... Ada... Orang yang anda cari baru saja di pindahkan dari ugd ke kamar rawat 14b lantai 2 " ucap suster tersebut.

Naya langsung menarik tangan Bang Tomi. Padahal mereka belum berterima kasih pada suster tersebut. Secepat kilat, mereka sudah sampai di depan pintu kamar ruang 14b. Di depan pintu masuk sudah ada Migo, Habib, Caca, dan Rika. Mereka masih menggunakan seragam sekolah.

"Daffa gimana Rik? Daffa baik baik aja kan? Daffa ngak kenapa kenapa kan?" Tanya Naya sambil memegang pundak Rika. Raut wajah Rika tidak dapat dimengerti oleh Naya.

"I... Iya Nay... Daffa ngak apa apa kok"

Entah mengapa, perasaan Naya jadi tidak enak. Gadis itu membuang segala pikiran negatif. Yang dibilang Rika itu pasti benar, Daffa baik-baik-saja.

Naya menghembuskan nafas lega. "Kalo gitu gue mau liat daffa di dalem"

Naya yang baru saja ingin menarik gagang pintu, di cegah oleh Migo. "Jangan dulu Nay... Dokter bilang, tunggu beberapa menit dulu. Nanti akan dipersilahkan masuk."

Naya menatap Migo. Naya mengangguk mengerti. Naya lalu duduk di kursi sebelah Caca. Naya menatap kebawah. Dia terus berdoa agar Daffa memang benar tidak apa apa.

Setelah lama menunggu dalam keheningan. Suara pintu kamar dibuka menampilkan seorang dokter dan dua susternya. Naya langsung menghampiri dokter itu.

"Dok.. Kami sudah boleh masukkan?" Tanya Naya.

"Sudah, tapi jangan terlalu meribut. Pasien masih butuh istirahat. Besok dia sudah boleh pulang. Tapi biarkan dia istirahat dulu.. Lusa, kemungkinan pasien sudah bisa beraktifitas. " dokter itu pun permisi dan pergi.

Berandal kelas vs bidadari kelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang