★ Part 19

1.6K 99 1
                                    

Bintang berjalan di koridor sekolah. Hari ini, ia sengaja berangkat jam delapan. Toh, sudah selesai kegiatan belajar mengajar.

Bintang memperhatikan siswa-siswi yang berlalu lalang. Mereka menatap Bintang dengan tatapan horror. Padahal, baru kemarin mereka senyum sambil mengucapkan selamat.

Serem amat tatapannya. Batin Bintang.

Bintang menghela napas lega. Ia sudah dekat dengan kelasnya. Kakinya melangkah memasuki kelas 11-A. Ia tak henti-hentinya memasang senyum. Walaupun suasana hari ini agak menyeramkan.

"Morning guys!" sapa Bintang kepada teman-temannya.

"Morning," sahut Anggi teman sebangku Bintang dengan nada lesu.

"Kalian kenapa sih? Tadi anak-anak di koridor natap gue dengan tatapan horror. Kenapa sih, Kay?" tanya Bintang kepada Kayla.

"Mana gue tahu," jawab Kayla cuek.

"Gas!" panggil Bintang kepada Bagas.

"Apaan...," sewot Bagas, ia sedang asyik bermain games bersama David dan Rafa.

"Kalem dong, gak usah sewot!" lama-lama Bintang risih dengan tingkah teman-temannya.

"Pada mau ke kantin, gak?" tanya Bintang yang siap keluar kelas.

"Gak!" pekik Rafa, matanya masih asyik dengan games di ponselnya.

Bintang menghela napas berat. Ia keluar kelas menuju kantin. Hari ini sungguh aneh, menurutnya.

Bintang hanya membeli makanan ringan yang cukup banyak, untuk ia dan teman-temannya. Setelah kegiatan membeli dan membayar selesai. Bintang kembali ke kelas, melewati koridor sebelumnya.

Tatapan siswa-siswi masih sama seperti sebelumnya. Bintang sampai di kelas. Tapi... kelasnya tiba-tiba kosong, tidak ada tanda-tanda makhluk hidup. Hanya ia seorang diri yang ada di kelas. Bintang tidak menghiraukan, ia duduk ditempatnya. Lalu, membuka cemilan yang tadi ia beli.

Sepuluh menit. Tidak ada tanda-tanda seseorang masuk kelas. Bintang mulai merasakan ada yang aneh.

"Sebenarnya ada apa sih?" gumam Bintang, mungkin hanya tas mereka yang mendengar gumaman Bintang.

Drt... Drt...

Ponsel Bintang tiba-tiba begetar. Ia melihat nama si penelpon. Kayla.

"Bin tolongin, Bin. Ra... Ra... Rafa..."

Kayla langsung berbicara sebelum Bintang bicara. Ia mendengar isakan Kayla di seberang sana.

"Rafa kenapa?"

Bintang mulai panik. Jantungnya memompa lebih cepat. Rasa khawatir mulai menghantuinya.

"Ra... Rafa..."

"Lo dimana sekarang?"

"Gu... gue ada di-"

Panggilan terputus. Bintang berdecak kesal. Ia berlari keluar kelas. Tapi ada yang aneh, koridor tiba-tiba sepi. Bintang tak menghiraukannya lagi. Ia terus berlari, tapi ponselnya bergetar membuat langkahnya terhenti.

Drt... Drt...

"Anggi," gumamnya.

"Halo, Gi. Ada ap-"

Bintang Jatuh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang