Opening The Nailed Fence (1)

1.2K 89 14
                                    

Satu minggu kemudian...

Dawson mengetuk pintu kamar tidur Elena. Sepasang matanya mengerjap pelan, hatinya merapalkan do'a dan harapan agar Elena dapat memberikannya sebuah kesempatan untuk bercuti.

Pintu kamar pun terbuka dengan perlahan, menampilkan sosok Elena yang sudah rapi. Gadis itu memakai sebuah celana denim dan kaus berenda berwarna cokelat kemerahan.

"Pagi," sapa Elena, senyumnya pun mengembang. Elena memajukan tubuhnya beberapa langkah seraya menutup pintu kamarnya, "ada apa, Dawson?"

(...)

"Um, aku ingin... meminta izin cuti."

"Baguslah, Dawson. Kau harus lebih sering mengunjungi keluargamu. Mereka pasti sudah merindukanmu."

"Y-ya, maksudku, apa boleh aku meminta tiga hari?"

"Seminggu pun tak apa. Tapi jangan terlalu lama, karena aku sudah terlanjur bergantung padamu, Dawson." Elena terkekeh kecil.

"Satu minggu ku rasa terlalu lama, Elena. Aku hanya mau mengambil beberapa pakaian baru dan beberapa barang."

Lena mengangguk mengerti, "Jadi, kapan kau akan pergi?"

(...)

"Jika kau tidak keberatan, aku akan pergi sekarang setelah menyiapkan sarapan. Atau setelah aku menyiram tanaman."

"Baiklah." Elena berjalan melewati Dawson. Dengan memakai blindstick-nya, gadis itu melangkah menuju meja makan.

"Jadi, mau kubuatkan apa?" Dawson mengekori Elena menuju dapur.

"Oh, Dawson... aku akan memakan setiap menu yang kau ciptakan."

Dawson tertawa kecil, "Oke, aku mengerti."

Lena menarik kursi dan mendudukan tubuhnya, "Oh ya Dawson, bolehkah aku memesan sesuatu sebelum kau kembali ke sini?"

"Boleh, tentu saja. Mau kubawakan apa?"

(...)

"Wine." Ucap Lena dengan wajah polosnya.

(...)

"Maaf?"

"Wine."

"Lena?"

Elena mendengus pelan, "Ku mohon Dawson. Beer dan Wine, itu saja."

"Tidak tidak dan tidak." Dawson berucap dengan cepat sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dawson, setahun lamanya aku tidak mencicipi mereka. Itu sangat menyiksaku. Sungguh." Lena mendramatisir keadaan.

(...)

"Tapi kau tidak boleh meminumnya sendirian."

Wajah Lena spontan berubah menjadi sumringah, "Jadi, kau akan minum denganku atau hanya akan mengawasi seseorang yang sedang minum?"

(...)

"Aku akan memantaumu," Dawson menyingsingkan lengan baju panjangnya bersiap untuk memasak, "atau keduanya."

"Ahh, kau... licik sekali." Ucap Lena mendayu-dayu, mengundang tawa Dawson seketika.

"Aku sudah mengatur jadwal. Aku akan minum ketika kau sudah di sini selama tiga bulan." Sambung gadis itu.

"Apa? Kenapa?" Dawson terheran-heran.

"Ya... sebutlah semacam... perayaan?" Lena mengedikkan sebelah bahunya.

DUST IN THE WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang