Aku udah pernah blg kan, akohh tuh paling ga bisa liat pria berseragam, bisa bikin akohh lumer, apalagi klo liat pria gak berseragam a.k.a gak pake baju, ngiler yessss 🙈😆😂
Jaka POV
"Laporan hari ke-empat, jeng Mith masih sering bengong, masih juga ling-lung, kertas draft banyakan jadi coretan karikaturnya mas, laporan selesai mas komandan"
Aku tersenyum membaca pesan masuk dari Putra, kenapa Putra? Karena dirinya sendiri yang meminta untuk kembali di panggil dengan nama aslinya.
Putra sering mengirimkan pesan yang isinya berupa laporan keadaan Mitha dan dirinya, terkadang suka di selipkan dengan photo-photo hasil jepretan candid dari Putra yang hasilnya membuatku tertawa.
Bagaimana tidak tertawa, karena hasil photo candidnya itu kadang hanya bagian kakinya Mitha saja, kadang tampak belakang ketika Mitha sedang berjalan, kadang tampak dari samping saja.
Siapa yang bisa menikmati pemandangan photo begitu? Mana keseringan hasilnya nge blur. Tapi lumayanlah untuk mengobati rasa kangenku akan perempuan ketus itu.
Mitha itu ketus-ketus tapi ngangenin. Walaupun sering bersikap tidak bersahabat tapi aku yakin pribadi dirinya baik.
Sudah 4 hari ini aku berada di kampung halaman ayahku, dirinya kemarin memintaku untuk pulang mengurus tanah yang mau dijualnya.
Aku sebagai anak pertama dari 3 bersaudara yang kesemuanya tinggal di Jakarta hanya bisa menuruti kemauan ayahku yang sudah tua, sejak orang tuaku bercerai 10 tahun yang lalu, dirinya kembali pulang ke kampung halamannya.
Dan sebagai anak tertua aku lah yang menjadi andalan keluarga, terutama ayahku yang suka meminta tolong ini itu kepadaku sehingga aku sering bolak-balik Jakarta-Quezon, Filipina.
Untuk kedua kalinya aku meninggalkan Mitha.
Kemarin ketika aku mengantarkan dirinya pulang ke apartmentnya, sebenarnya aku ingin mengatakan kalau aku mau ijin pulang ke kampung halaman ayahku, tapi rasanya tidak perlu, mengingat yang menyewa jasaku adalah Pak Tanto, jadi kemarin aku hanya meminta ijin kepada ayahnya saja.
Entah apa yang dipikirkan Mitha tentang aku kali ini.
Semoga saja dia tidak berpikir macam-macam.
Kalau menurut pengamatan Putra, Mitha lebih keseringan menghabiskan waktunya dengan menggambar karikatur diriku.
Baguslah, daripada dirinya melampiaskan emosinya dengan cara mabuk.
Nanti siapa yang mengawasi dirinya kalau mabuk? Sedangkan aku tidak berada di sana mengawasinya.
Aku tersenyum kembali melihat ke gallery photo.
Coretan tangan Mitha sangat akurat sekali menggambar diriku, aku masih men save beberapa hasil gambarannya dari photo yang di kirim Putra.
Semuanya shirtless dan menampakkan otot abs ku.
Ada yang sedang bersender di pintu lemari pendingin, ada yang sedang berdiri dengan kaus tersampir di pundakku, ada yang sedang duduk.
Wah, wah, sepertinya aku harus meminta royalti karena menjadi model karikaturnya nih.
Aku bisa bernafas lega karena Mitha tidak melampiaskan emosinya dengan cara mabuk lagi, baguslah dirinya malah menggambar.
Cara pelampiasan yang positive.
Tapi rada khawatir juga karena laporan Putra yang bilang Mitha sering bengong dan masih ling-lung, bagaimana dengan pekerjaannya? Apakah tidak terbengkalai karena dirinya keseringan bengong?

KAMU SEDANG MEMBACA
don't tease my bodyguard
HumorBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 6/1/18 - 9/2/18