💥Amel💥
Sore kali ini aku tak keluar untuk sekedar jalan-jalan disekitar rumah atau pun bertamu di rumah tetanggaku yang kini telah melahirkan anak keduanya. Sejak satu minggu yang lalu, aku tak memperdulikan tulisan-tulisan di cermin yang selalu berganti di setiap harinya. Tapi kini entah kenapa aku merasa keingintahuanku memuncak.
Sebenarnya siapa pelaku pencoretan di kaca jendela dan cerminku? Betapa tidak, ini sudah satu minggu lebih dan aku harus mulai menyelidiki ini semua.
Tulisan-tulisan yang semula di kaca jendela, hari ini berganti di cermin riasku. Seperti halnya saat ini, tulisan dengan spidol hitam tertulis dengan rapi di cermin. Kata-kata yang memperkuat keyakinanku jika itu arwah Adel.
"AKU TAHU SEMUA TENTANGMU" kubaca satu persatu kata tersebut setengah berbisik.
Entah kenapa rasanya ada yang aneh, tidak mungkin ini arwah Adel, 'kan? Tidak mungkin arwahnya penasaran karena mayatnya tak ditemukan, bukan?
Kutarik nafasku panjang-panjang. Kukumpulkan sisa keberanianku sekarang, "A..a..aaddeel.." nama yang kini sudah hampir tak pernah kusebutkan atau persisnya hampir kulupakan.
Aku tak tahu persis ini tulisan siapa, tapi aku yakin jika Adel ada disini. Mengawasiku di suatu tempat yang tak bisa kutampak.
Tak ada jawaban.
Kedua mataku kuedarkan kesekeliling kamarku, sekali-dua kali dan akhirnya aku tak menemukan dirinya. Hingga akhirnya kini aku terduduk lemah di atas karpet jingga kamarku, memeluk lututku se-erat mungkin. Aku takut.
Aku pernah menceritakan kejadian ini pada mbok Jinem tapi mbok tidak tau sama sekali. Beliau hanya menyuruhku untuk rajin sembahyang dan mengaji, ia merasa jika aku masih belum bisa merelakan Adel yang sudah meninggal. Tapi pada kenyataannya tidak, aku telah merelakan dia sejak dulu sekali dan kejadian ini benar-benar nyata, aku tidak gila.
Aku kembali bangkit dari dudukku, berusaha agar mendapatkan jawaban yang selama satu minggu ini kusimpan. Kucari di setiap sudut kamarku, mulai dari kolong tempat tidur. Hingga akhirnya kuobrak-abrik pintu lemari pakaian, laci, bawah meja rias, dan terakhir kamar mandi.
Ini mungkin terlihat sedikit gila, aku bukan mencari Adel yang masih hidup tapi aku mencari arwahnya. Aku berfikir arwah itu bisa bersembunyi dimana saja sehingga aku membuka laci-laci meja belajarku. Tapi rasanya semua usahaku percuma, aku tak menemukannya.
Kubanting pintu kamar mandi yang bergambar ikan emas sehingga menimbulkan suara gebrakan yang keras. Kakiku berjalan menuju meja riasku, kuseka minyak sialan yang telah memperjelek wajahku karena aktivitas tadi. Tatapanku kini terhenti pada layar handphone-ku yang menampakkan sebuah panggilan dari Rio, lelaki yang aku sukai selama ini.
"Hallo, assalamu'alaikum" ucapku melupakan aksi gilaku tadi.
"Mel, bantuin gue dong"
Aku mendengus. "Kalo orang lagi salam, jawab kek. Kan lo yang ngajarin gue seperti itu, masak guru dikalahin sama muridnya"
"Ya..waalikumsalam. murid gue yang paling pinter se-dunia"
Aku menahan tawaku yang hampir meledak. "Bantuin apa? Aku nggak ngerti"
"Udah deehh... cepet kerumahku, nanti lo senang setelah mendengar semua ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR JINGGA
Teen Fiction[Book2] [SEQUEL FAMOUS] [PROSES REVISI] (Ini hanyalah kumpulan petualangan Rio, Sam, dan juga Clara yang menumpaskan teror) Teror kemarin bukanlah akhir kebahagiaan kami, sekali lagi bukan. Cerita kami berlanjut ketika satu per satu teror bermuncula...