Laila Anjani
Begitu sub judul yang tertera di layar monitor pc. Wisma nampak serius dengan bahan ketikannya. Pagi ini ia tak lagi bekerja mungkin besok baru dirinya hadir dikarenakan Jay tengah mengikuti lomba di suatu negara jadilah dirinya diliburkan.Selagi ia libur dirinya menyibukan diri dengan novel yang tengah di buatnya. Novelnya kali ini berjudul Laila Anjani yang mengisahkan cinta mereka bedua, dan di akhir bulan April mendatang ia harus sudah selesai dengan novelnya untuk ia publish.
Aki rindu kau Laila,
Bisakah kau hadir sejenak saja
Tak lama, aku hanya ingin menatapmu
Bisakah kau tunjukan dirimu Laila,
Aku merindumu sangat merinduBegitu tulisan di akhir part yang ia tulis di novelnya.
Setelah merasa penat, akhirnya ia mencoba mencari udara segar. Wisma menyusuri halaman belakang rumahnya dan disana ada Abirah yang tengah menyiram bunga-bunga.
Wisma berdiri bersandar dengan pintu masuk. Ia memandang wanita kecil dengan wajah pucat itu tengah asyik bersenandung sembari menyiram bunga.
Lama ia memandang, ia menemukan sesuatu yang aneh.
Wanita itu, kenapa dia baru merasa jika wanita itu seperti mayat hidup. Tubuhnya yang kecil, kurus, pucat. Dulu ketika pertama kali membawanya kesini wanita itu seperti seorang model mungil yang begitu cantik bak ratu kerajaan, tapi sekarang sungguh miris. Dan itu membuat Wisma senang karena balas dendam untuk laila berjalan mulus."Jalang!" Panggil Wisma masih pada posisinya.
Abirah kaget dengan panggilan itu lebih tepatnya kaget dengan suara menauktkan itu. Ia segera mendekat dengan takut.
"Iya Tuan" ucap Abirah menunduk sembari meremas ujung Rok hitam yang dikenakannya.
"Ikut Aku" suruh Wisma beranjak pergi dan diikuti oleh Abirah.
Wisma berhenti di pinggir kolam renang.
"Bersihkan" suruh Wisma melirik kolam renang yang kotor itu karena memang kolam renang itu tidak di pakai dan jarang dibersihkan.
"Baik Tuan" patuh Abirah mengambil Alat pembersih dan mulai mengambil sampah daun yang berserakan di kolam renang.
Wisma duduk dengan menyilangkan kaki disana, memandang wanita yang telah membuat cintanya menghilang.
"Sudah tuan" kata Abirah menghamipi Wisma dengan keringat yang masih mengucur di dahinya.
"Cuci kakiku dengan air kolam tadi" perintah Wisma. Wanita itu terdiam, lalu kembali ke dapur untuk mengambil baskom.
Setelah mengambil baskom dan air, abirah berjongkok membersihkan kaki tuannya. Wisma tersenyum senang disana, sungguh pria jahat itu tengah berbunga-bunga saat ini.
Selesai membersihkan kaki Wisma, abirah disuruh berjemur di teriknya panas matahari. Abirah tak bisa berbuat apa apa lagi, ia hanya menuruti kemauan tuannya.
"Berjemur disana sampai aku puas melihatmu menderita" gumam Wisma masih duduk manja di kursinya.
Hampir 3 jam sudah Abirah berdiri, hingga teriknya matahari hampir membakar tubuhnya yang sedang sakit ini.
Wisma berjalan mendekat pada Abirah. Di pandangnya wajah wanita yang hampir terlihat seperti mayat.
"Kau tau, aku membencimu" kata-kata itu diucapakan oleh Wisma sebelum dirinya mendorong Abirah kedalam kolam renang.
Disana, di dalam kolam dengan kedalaman 5M Abirah meminta tolong, berteriak agar Wisma mengeluarkan dirinya dari kolam tersebut.
Abirah takut air, Abirah takut sekali, tubuhnya yang mungil itu terus saja bergerak ke atas mencari udara untuk di hirupnya, tapi ia tak bisa, 'tolong' hanya itu yang di ucapakan Abirah dalam hati.
Sedangkan Wisma tersenyum puas disana. Ia membalikan tubuhnya untuk pergi, ia berharap wanita itu mati didalam sana.
Setelah Wisma menghilang dari tempat itu, seseorang di balik pintu dengan cepat berlari, ia menceburkan diri untuk menyelamatkan Abirah.
Arthur, lelaki muda itu sudah sejak lama berdiri di balik pintu. Ia menyaksikan betapa kejamnya Wisma memperlakukan gadis lemah yang kini sudah di letakan di tantai.
"Non, Non Birah!" Arthur menepuk pipi Abirah tapi tak kunjung sadar juga wanita itu. Dengan sigap ia memberi nafas buatan pada Abirah dan memberi pertolongan pertama dengan memompa jantung Abirah melalui dada.
Uhuk Ukhuk..
Abirah memuntahkan Air kolam yang ada di tubuhnya. Tubunya lemas, ia tak sanggup bangun kali ini.
"Maafin Arthur Non, Arthur terlambat" ucap Arthur menyesal. Abirah hanya menangis, meratapi kisah hidupnya yang begitu sedih ini.
Arthur dengan cepat membopong Abirah dan membawanya ke kamar.
"Non, setelah ini tuan akan pergi ke suatu tempat, selagi tuan tidak ada Cari air hangat di dapur ya non, maafin Arthur karena gak bisa bantu banyak" ucap Arthur lalu segera pergi.
¤¤¤¤
Wisma sudah siap dengan Jaz hitam yang ia kenakan, sore ini ia akan bertemu Surya ayahnya.
"Art-" ucapan Wisma terhenti karena melihat rambut Arthur yang basah kuyup.
"Kau mandi?" Tanya Wisma.
"E-iya tuan, tadi Arthur mandi, udara hari ini panas" jawab Artur.
Wisma mengangguk percaya lalu melangkah masuk kedalam mobil dan di ikuti oleh Arthur.
Dalam hati Arthur berterima kasih pada Tuhan karena tuannya percaya dengan ucapannya.