Perempuan dengan rambut panjang berwarna hitam legam itu mengusap pelan keringat di dahinya. Jemari kecil itu memijat lehernya yang terasa pegal. Evelin Carrington pulang dengan badan lemas. Ia lelah bekerja di tiga tempat sekaligus setiap harinya. Saat ini menunjukkan pukul 10 malam ketika ia sampai di rumahnya. Mata coklat terang itu menatap lekat jarum yang menunjukkan detik pada jam usangnya telah berhenti. Ia memukul pelan jam usangnya. Evelin tertawa pelan ketika jarum itu berfungsi lagi. Helaan nafas keluar dari bibir ranumnya dengan tangannya yang mulai mendorong pintu itu dengan pelan.
"Mana uangnya?"
Matanya menemukan Bibi Jessi yang berada di sofa sedang menatapnya dengan tatapan tajam. Evelin meremas jemarinya. "Bibi, Evelin bahkan belum gajian," cicitnya.
Bibi Jessi mengambil rambutnya dan menariknya dengan kencang. Evelin merasakan rambutnya sebentar lagi akan terlepas dari kulit kepalanya. "Bibi, sa-sakit," ringisnya.
"Belum gajian?! Dari kemarin kau terus mengucapkan itu saja," bentak Bibi Jessi sembari mendorong kepala Evelin. Badan lelah itu tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan akhirnya jatuh tersungkur. Ringisan kembali keluar dari bibirnya. Evelin menatap bibinya dengan nanar.
"Berpakaianlah yang rapi, Eve. Sebentar lagi ada tamu. Kau tahu kan aku tidak suka orang yang lambat, bukan?"
Setelah perkataan itu, Evelin meninggalkan Bibi Jessi dengan kaki pincangnya. Lututnya terbentur keras dengan lantai dan ia yakin itu akan menambah memarnya. Ia mengusap wajahnya yang sangat lelah ketika kaca di depannya menunjukkan seluruh tubuhnya yang sangat berantakan.
Evelin membuka seluruh bajunya dan segera mandi. Ia takut bibinya akan memarahinya lagi. Hari ini mungkin akan menjadi hari baiknya karena Bibi Jessi tidak terlalu sering memarahinya. Padahal tadi pagi ia sempat menggosongkan masakannya, tetapi Bibi Jessi hanya melihatnya dengan sinis lalu pergi. Evelin keluar dengan tubuhnya berbalut handuk. Desahan nikmat keluar dari bibirnya ketika ia sudah merasa lebih baik sesudah mandi. Ia merenggangkan seluruh badannya Matanya lalu menemukan sebuah gaun di atas tempat tidur kecilnya.
"Pakai gaun itu," ucap Bibi Jessi yang tiba-tiba masuk ke kamarnya. Evelin mengangguk, lalu mengambil gaun itu dan membawanya ke kamar mandi. Ketika ia memakainya, gaun itu sangat pendek di tubuhnya. Bahkan bisa Evelin bilang, panjang gaun itu hanya mencapai paha atasnya. Gaun tersebut memperlihatkan bagian bahu kanannya sedangkan bagian kiri tertutup dengan model lengan panjang.
Evelin membasahi bibirnya. “Kenapa pendek sekali,” bisiknya pada diri sendiri.
Tentunya Evelin cukup bersyukur baju itu tidak terlalu memperlihatkan belahan dadanya. Tetapi pendek dari gaun itu membuatnya sangat risih. Evelin mencoba menurunkan gaunnya sambil berjalan keluar. Bibinya masih di sana dengan decakan kagum ketika ia keluar dari kamar mandi.
"Sudah kuduga, kau akan cantik. Bahkan tanpa make up sekalipun," ucap Bibi Jessi sambil memutari tubuh Evelin. Bibi Jessi juga mengusap jejak air yang masih tersisa di wajah Evelin.
"Bibi, memangnya kita kedatangan tamu siapa? Kenapa harus memakai baju seperti ini?” tanya Evelin.
Bibi Jessi memeluk Evelin dengan tiba-tiba. Evelin terdiam kaku karena bibinya tidak seperti ini sebelumnya. “Eve, kau harus membantuku. Jika tidak, rumah kita akan di sita. Keluarga kita tidak akan mempunyai rumah lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL BESIDE ME (TERSEDIA DI KUBACA)
Romance[COMPLETE] Follow sebelum membaca ❤ #1 in your heart ▪️▪️▪️ " Am i your obsession? " *** Ketika kau pertama kali menatap matanya, kau akan tenggelam di dalam bola mata biru lautan yang indah. Ketika kau tahu semua perbuatannya, kau akan mencoba lar...