4. Why So Sad?

11.9K 1K 3
                                    


Naya berjalan perlahan keluar dari kamarnya.  Ia menapakkan kakinya di lantai dan mencoba berjalan ke arah pintu keluar.  Rasa sakit masih terasa namun,  ia memilih untuk mengabaikannya. Mata Naya terbelalak menatap pemandangan di depannya kini.  Sebuah taman yang berisikan bunga-bunga indah serta kicauan burung yang terdengar di telinganya semakin membuatnya nyaman.  "Indah," ucapnya dan merentangkan tangannya,  menghirup udara pagi yang menyejukkan.

"Kau sudah bangun?"

Naya berjinjit kaget.  Ia membalikkan badanbya cepat dan menatap seseorang yang kini berhadapan dengannya.  Ia menelan salivanya sulit. Masih menatal Ervin membuat degup jantung Naya tidak terkendali.  Rasa takut,  senang dan sedih bercampur di hatinya kini.

Deg!

Ervin tersenyum lembut ke arah Naya membuat gadis itu semakin mematung. Ervin yang melihat sikap Naya hanya bisa menggeleng aneh.

"I-iya,  aku lelah. Aku ingin merasakan udara di luar." gugup Naya. Gadis itu memilih memutar kembali badannya dan menatap pemandangan indah di depan matanya.  Menatap Ervin terlalu lama membuat jantungnya tidak karuan.

Sementara itu Ervin menatap intens punggung Naya, matanya menyalang seolah menemukan buruan.  Harapan yang pernah pupus kini kembali menghampirinya,  mungkinkah Naya seorang Dewi Pelindung ataukah ia hanya manusia biasa yang kebetulan dapat menembus segel jurang ini? Entahlah,  yang pasti ia harus mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu.

"Na-" Ervin terbelalak.  Ia tidak mendapati gadis kecil itu di hadapannya.  Pikirannya yang kalut membuat fokusnya terpecah dn tidak menyadari kepergian Naya dari hadapannya.  Bodoh!  Makian itu layak di berikan kepada Ervin untuk saat ini. "Kemana gadis kecil itu?!" kesalnya.

Gadis yang kini tengah dicari Ervin ternyata berada di sekitar danau yang tidak terlalu jauh. Naya kini duduk di pinggir danau yang di tumbuhi rerumputan hijau beserta bunga-bunga yang mengelilingi danau itu.  Air yang jernih serta pemandngan yang indah sangat cocok untuk bersantai dan sekedar menghilangkan penat yang dirasa.

"Bagaimana bias aku masih hidup?  Jika di pikir kembali aku terjatuh dari atas jurang yang dalam ini.  Sulit untukku bertahan.  Apa mungkin saat ini aku berada di surga?" gumam Naya yang masih belum percaya dengan keadaannya saat ini. Ia masih bingung dengan semua hal yang ia alami.

Dari kejauhan Ervin menatap Naya yang tengah merenung.  Pikirannya tidak dapat lepas dari gadis kecil itu.  Apa perasaannya ini hanya alasan semu dalam ketidak pastian selama 750 tahun lamanya ia terkurung di dasar jurang ini?

"Aku harap kau benar Dewi Pelindung,  jika bukan kau akan mendapatkan hukumannya!"  kesal mulai menyelimuti hatinya. Ia memilih pergi meninggalkan Naya sendiri dan tidak berniat mengganggu  lamunan gadis kecil itu.

***

"Apa yang harus aku lakukan untuk melihat senyum Olive kembali?" tanya Tuan Deka.

Tuan Alardo hanya mengedikkan bahunya tidak tahu. Semenjak hari itu, Olive pulang dengan wajah dingin tanpa ekspresi sama sekali.  Ia menjalani hidup layaknya orang mati.  Senyum,  keceriaan hingga suara merdunya tidak dapat di dengar lagi.  Tatapan kosong yang terus terpancar membuat kedua laki-laki tua itu mendesah pasrah.

"Apa karena anak itu hingga Olive seperti ini?  Haruskah kita memberitahu kebenarannya?"

"Jangan!" sela Tuan Alardo melarang,  "kau tahu,  Olive tidak dapat berbohong meski hal sekecil apa pun.  Ia terlahir dengan keunikannya itu,  sekeras apa pun ia menginginkannya, akan tetapi pada akhirnya Olive tidak mampu berbohong.  Jadi,  lebih baik kita membuat keyakinan kepada dirinya jika putri semata wayangnya telah tiada." lanjut Tuan Alardo menatap yakin ke arah Tuan Deka. "Suatu hari nanti,  Olive dan putrinya akan bertemu.  Bersabarlah,  sebentar lagi anak itu akan tumbuh dewasa dan mampu membebaskan Putra Mahkota."

"Tapi,  apa kau yakin Putra Mahkota tidak akan membunuhnya kelak?  Jika, kekuatan itu telah ia dapat bukan berarti Dewi Pelindung akan aman bukan?"

"Benar,  Dewi Pelindung tidak akan pernah aman meski berdekatan dengan pasangannya sekali pun.  Akan tetapi,  apa kau tahu, Deka?" Tuan Alardo menatap Tuan Deka dengan senyum di bibirnya membuat Tuan Deka mengerutkan keningnya bingung,  "jika,  Putra Mahkota jatuh cinta dan meminum darah Dewi Pelindung maka kekuatan besar akan di dapatkan oleh Putra Mahkota dan begitu pun Dewi Pelindung.  Sang Dewi akan mendapatkan kekuatan yang sebanding dengan Putra Mahkota dan satu hal lagi yang menarik,  Putra Mahkota tidak akan pernah bisa membunuh Dewi Pelindung,"

Tuan Deka menatap tidak percaya.  Ia tidak pernah mendengar hal itu sebelumnya,  "Bukankah Putra Mahkota dapat membunuh Dewi Pelindung dengan mudah setelah mendapat kekuatannya?  Dan lagi pula kau mendapat penjelasan itu dari mana?"

Tuan Alardo mengambil sesuatu dari saku bajunya.  Ia mengeluarkan sebuah buku kecil yang di balut sampul emas, "aku menemukan ini di kuil saat tengah berdoa.  Semua kejadian yang kita alami sudah tertulis dengan jelas di buku ini.  Kita hanya perlu bersiap dan menunggu.  Aku harap tidak ada yang pernah tahu ini," jelasnya cemas.

"Kenapa?"

"Kau tahu Deka?  Selain menjadi sumber kekuatan untuk Putra Mahkota,  sang Dewi juga menjadi bencana terbesar untuk Emerland.  Aku pikir itulah yang membuat Perdana Menteri membunuh para Dewi Pelindung."

Mereka berdua terdiam memikirkan semua kemungkinan dari percakapan mereka.  Mereka tahu betul kesetiaan Perdana Menteri untuk kerajaan Emerland.  Turun temurun keluarga dari Perdana Menteri menjadi kepercayaan sang Raja. Setelah buku mengenai Dewi Pelindung muncul 750 tahun lalu,  Perdana Menteri berubah menjadi kejam.  Entah apa yang ia baca,  namun semua itu seolah membuat matanya tertutup kebencian.

"Aku berharap keajaiban datang ke negeri ini.  Sudah lama sejak rakyat mendapatkan kebahagiaan mereka.  Kini kita seolah budak untuk kerajaan besar lainnya." jelas Tuan Deka yang di angguki Arlado.

Mungkinkah semua akan kembali seperti dahulu?

***

"Mengapa kau menatapku seperti itu?!" tanya Naya kesal.  Ia menatap aneh pemuda di depannya.  Tatapan tajam dan menusuk membuatnya tidak nyaman.

"Tidak, hanya memastikan sesuatu saja.  Bagaimana bisa kau datang kemari?  Sejauh ini tidak ada manusia atau makhluk lain yang bisa menembus segel jurang ini," ujar Ervin menyelidik.

"Kenapa kau menayakan itu?  Tentu aku manusia biasa,  kau pikir aku dewa atau iblis?! Aku manusia biasa yang di liputi rasa keputus asaan!"

"Cih,  apa kau berasal dari kuil suci Emerland?"

Naya mengerutkan keningnya.  Ia tidak mengerti dengan pertanyaan pemuda di depannya itu.  Apa dia bercanda?  Kuil suci Emerland?  Kuil yang terkenal dengan para dewa/dewi yang sangat suci dan tidak pernah melakukan dosa apa pun.

"Kau bercanda?! Bagaimana bisa aku berasal dari sana.  Yang aku tahu,  sejak kecil aku di buang ke desa Aurora. Para penduduk bilang aku ini anak yang di buang!  Hidupku tidak pernah berjalan seperti kehendakku,  apa kau paham itu?!"

Ervin menatap datar Naya yang kini mulai berkaca-kaca.  Ternyata dugaannya selama ini salah.  Gadis di depannya hanya manusia biasa, ternyata keputus asaan benar-benar membutakannya.

"Aku tidak tertarik dengan kehidupanmu itu,  kau tidak perlu menjelaskannya.  Yang aku tahu,  kau bukan orang yang aku tunggu!"

Naya terpaku.  Ia menatap tidak percaya pemuda di depannya itu.  Bukankah ia yang merawat Naya selama ini? Bahkan tadi pagi pemuda itu masih tersenyum kepadanya. Lalu apa ini?  Mengapa pemuda itu terlihat marah dan membencinya?

"Kenapa kau bersikap seperti ini?  Kau yang menyelamatkanku!" kesal Naya.

"Cih,  aku pikir kau Dewi Pelindung yang sengaja menghampiriku dan ingin membebaskanku.  Ternyata,  kau hanya manusia biasa,  mengecewakan!"

Naya semakin membelalak, "Dewi Pelindung?  Kau gila!" teriak Naya.

Ervin menatap sinis Naya yang kini terkekeh.  Tangannya mengepal kesal,  "Diam!" bentaknya.

"Kau pikir aku Dewi Pelindung?  Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?  Melindungi diriku sendiri saja tidak bisa,  bagaimana mungkin aku menjadi Dewi Pelindung,  bodoh!"

"Apa katamu?!!!"

***

Devil Beside Me [END] [REUPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang