Ervin menatap kesal Naya, ingin rasanya ia mencekik dan menenggelamkan gadis itu di dasar danau yang dalam. Tanpa rasa takut sedikit pun Naya tertawa dan seolah mengejeknya. Mengejek Putra Mahkota yang agung? Benar-benar kurang ajar!
"Apa kau sudah puas tertawa? Apa aku harus menyumpal mulutmu dengan batu besar di sana?!" Ervin menggeram seraya menunjuk bebatuan di sekitar danau sehingga membuat Naya berhenti tertawa. Ia menatap manik mata Naya intens. Mata yang indah namun, menjengkelkan untuknya.
"Baiklah, baiklah. Bagaimana bisa Tuan berpikir aku Dewi Pelindung? Apa karena aku terjun ke dasar jurang?" Naya mengedipkan matanya berulang kali. Ia masih menanti jawaban masuk akal dari pemuda di depannya ini. Helaan napas terdengar dari mulut Ervin membuat Naya menaikan alisnya semakin bingung. "Ada apa, Tuan?"
Ervin mengepal tangannya kuat. Mendengar ocehan Naya membuat kepalanya terasa mendidih. Ia memilih pergi meninggalkan Naya sebelum kesabarannya benar-benar habis.
"Tuan tunggu aku!" Naya mencoba menyamakan langkah Ervin. Langkah yang besar di banding dengan langkahnya yang mungil. Naya memiliki hutang besar kepada Ervin. Walaupun ia berniat mengakhiri hidupnya, namun Ervin telah menolongnya. Merawatnya hingga sembuh seperti saat ini. Sudah sewajarnya jika ia membalas kebaikan hati Ervin kepadanya.
Naya menghentikan langkahnya. Napasnya hampir habis mengikuti langkah Ervin yang besar. Perlahan Naya menghirup udara dalam dan menghembuskannya kasar. Dalam diam, Naya memandang punggung Ervin yang semakin jauh. Ia mulai mengenang beberapa memori yang ada di benaknya.
Di negerinya, kerajaan Emerland terdapat beberapa golongan. Golongan Iblis, Dewa, dan Manusia. Meski begitu semua saling hidup rukun. Namun, semua berubah setelah kejadian naas itu. Kini manusia selalu di pandang abu-abu. Naya kecil pernah bertanya kepada nenek yang mengasuhnya. Ia sangat ingin tahu mengapa sebagian penduduk memandangnya begitu rendah. Mereka selalu berkata jika ia tergolong makhluk abu-abu atau bisa di bilang Naya seorang manusia murni.
"Kau tahu Naya? Mengapa manusia selalu di sebut makhluk abu-abu?" tanya sang nenek kepada Naya kecil. Naya kecil menggeleng pelan membuat sang nenek tersenyum lembut, "manusia memiliki hati yang murni. Mereka bisa menjadi seperti iblis di saat hatinya tersakiti dan manusia dapat menjadi seorang dewa jika hatinya mampu memaafkan dan menerima semua caci maki yang ia terima. Maka dari itu, iblis dan dewa murni enggan mendekat kepada manusia. Manusia itu licik, bahkan lebih licik dari iblis. Manusia juga yang dapat berubah menjadi dewa yang sangat agung. Jika kau besar nanti, kau akan tahu apa yang nenek maksud. Kau tidak boleh tertipu dengan kebaikan semata sehingga mudah di perdaya. Berhati-hatilah jangan mudah menaruh seratus persen kepercayaan kepada manusia. Mereka mampu mengkhianatimu dengan mudah,"
Naya mengangguk mengingat ucapan sang nenek. Sekarang ia mengerti mengapa manusia di anggap sebagai makhluk abu-abu. Ia telah menjalani rasa pahit itu. Bertemu dengan manusia yang baik dan juga jahat. Bahkan mendapat pengkhianatan sudah pernah ia rasakan. pengalaman kehidupan telah ia dapatkan sejak kematian sang nenek. Meski ia masih terlihat seperti gadis kecil, namun bukan berarti ia tidak tahu apa itu kehidupan. Pengalaman yang telah mengajarkannya banyak hal.
Mungkinkah suatu hari nanti ia akan berubah menjadi iblis yang jahat dengan hati penuh dengki dan kemarahan atau ia akan tetap menjadi manusia yang berjalan sesuai kata hatinya? Marah ketika marah, menangis ketika sedih? Entahlah, yang jelas ia tidak akan mempu menjadi dewa yang tidak memiliki emosi sama sekali. Ia tidak mampu memaafkan semudah itu atau bahkan menerima seseorang yang telah menyakitinya.
Maaf itu mudah, hanya saja untuk kembali seperti sediakala tidak akan pernah mungkin.
Ervin yang sedari tadi melihat Naya yang termenung menggeleng tidak mengerti. Gadis itu benar-benar aneh. Terkadang ia tersenyum. Namun, tidak jarang Ervin melihatnya melamun seperti saat ini. Entahlah, ia tidak peduli sama sekali.
***
"Apa yang kau katakan?" teriak Tuan Deka marah. Ia menatap nyalang laki-laki di depannya. Laki-laki itu hanya bisa tertunduk bersalah, "Bagaimana bisa kalian kehilangan jejak sang Dewi?!"
"Maaf, Tuan. Menurut sumber yang dapat di percaya. Saat di hari kuil suci tengah mengadakan acara penyambutan untuk Raja, saat itulah kejadian naas itu terjadi. Dewi memilih melemparkan dirinya ke dasar jurang demi menghindari bahaya laki-laki yang ingin menyentuhnya."
"Bawa laki-laki itu dan eksekusi dia. Kita harus menemukan sang Dewi sebelum semuanya terlambat. Apa kau mengerti?!"
Laki-laki itu mengangguk dan bergegas pergi dari ruangan itu. Marah, kecewa jelas terlihat di wajah Tuan Deka. Ia tidak ingin kehilangan cucu berharganya. Lagi pula, kerajaan Emerland sudah sampai di batas kemampuan bertahan. Jika, semua dibiarkan sudah pasti kerajaan ini akan jatuh ketangan musuh.
"Kenapa selalu seperti ini!" geramnya kesal.
Sementara itu sang Raja yang tengah memeriksa dokumen tampak murung dan frustasi. Mereka harus menghadapi perang yang sangat besar, namun kekuatan mereka tidak ada apa-apanya di banding tiga kerajaan saat ini. Bahan pangan dan kebutuhan perang mereka miliki. Namun, jika kekuatan mereka tidak ada apa-apanya semua yang mereka miliki terasa tidak berguna sama sekali.
***
"Dasar bodoh!"
Teriakan Ervin membuat Naya berjinjit kaget. Ia menatap pemuda itu dengan tatapan kesalnya. Pemuda gila yang baru beberapa bulan ia temui karena kebodohannya itu sangat menjengkelkan. Jika ia tahu akan berakhir dengan pemuda seperti ini, ia akan memilih memotong nadinya di atas sana bukan terjun ke jurang ini.
"Kenapa hanya diam saja? Kau tidak bisa menjawabku?!"
"Kau ini berisik sekali! Aku sedang menyiapkan makanan untuk kita. Jika kau dapat membantu pergilah dan ambilkan aku air!" kesal Naya yang membuat Ervin mendelik tidak terima.
"Kau menyuruhku? Apa kau tidak tahu aku siapa?!"
"Ya, ya, kau Putra Mahkota yang agung. Aku muak mendengar ucapan itu, jika memang kau Putra Mahkota, seharusnya kau tidak berada di sini!"
"Terserah, apa pedulimu?!"
Naya mencebik kesal. Ia menggumam kata tidak jelas menyalurkan amarahnya. Ingin rasanya ia mencekik leher pemuda itu dan mencincang tubuhnya. Naya menghirup udara dalam menghilangkan rasa amarah di hatinya.
"Arghh!" Naya menjerit kesakitan. Tiba-tiba saja badanya terasa panas seolah api membakar tubuhnya. Semua peralatan yang di pegangnya terjatuh membuat Ervin terkejut melihat sikap Naya.
"Hei, kau kenapa?" tanya Ervin cepat dan memeriksa tubuh Naya yang telah tersungkur di lantai.
"Pa-panas," teriak Naya kesakitan. Ervin menyentuh tubuh Naya. Ia mengerutkan keningnya. Tubuh gadis itu dingin bagaikan es, tapi Naya justru berteriak kepanasan. "Pa-panas to-tolong aku!" teriak Naya lagi.
Ervin segera mengangkat tubuh Naya ke atas tempat tidur. Ia semakin mengerutkan keningnya tidak mengerti. Ada apa dengan gadis ini, atau luka akibat terjatuh masih tersisa. Jika memang seperti itu, seharusnya Naya sudah kesakitan sejak lama.
"Kau kenapa?" ucap Ervin panik.
Sementar itu, di sisi kerajaan lain. Seorang pemuda dengan jubah merah darah menatap langit dengan senyum sinisnya. Matanya tajam menyiratkan kebencian. Wajah yang tampan dengan rahang kokoh dan tubuh kekar membuat ia terlihat seperti dewa pada umumnya.
"Akhirnya kau akan bangkit kembali. Kali ini, kau akan menjadi milikku ... sepenuhnya!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Beside Me [END] [REUPLOAD]
ФэнтезиKehidupan yang tidak pernah baik membuat Naya memutuskan terjun ke dalam jurang yang sangat gelap dan menjijikan. Terlebih ada seorang laki-laki yang ingin melecehkannya kala itu membuat Naya memantapkan pilihannya untuk terjun dan mengakhiri semuan...