“kok gak ada taksi sih ?”
Veranda kembali menghela nafas gusar untuk kesekian kalinya. Jam ditangannya sudah menujukkan pukul 6 sore. Berkali-kali melirik ke kanan dan kiri jalan berharap sebuah taksi berwarna biru untuk melintas didepannya, namun sudah 1 jam dia menunggu yang ditunggu tak menujukkan bentuk aslinya juga sampai sekarang.
Veranda baru saja pulang dari bimbel tambahan pelajaran untuk persiapan UN disalah satu tempat bimbel ternama. Sedikit kesal dengan tingkah bodohnya yang selalu malas membawa mobil pribadinya dan kelupaan mengisi daya ponsel untuk sekedar mengabari sang supir untuk segera menjemputnya.
Benar-benar melelahkan. Sudah otak diperas dengan pelajaran disekolah dan ditempat les, kini sang supir tak menjemputnya karena tidak dikabari. Menyebalkan.
Veranda yang mulai lelah akhirnya memilih duduk dihalte depan tempat dia bimbel yang mulai sepi. Jujur saja dia sedikit takut ditinggal seorang diri disini, meskipun tempat lesnya berada dipinggir jalan tetap saja ras was-was dalam dirinya selalu timbul.
Tin..tin…
Suara klakson motor jadul mengusik lamanun Veranda yang entah memikirkan apa.
“hai Ve..”
Veranda terlonjak kaget mendengar suara dari seseorang yang mengusiknya tengah duduk dengan santai diatas motor keluaran tahun 70an itu.
“Naomi..”
Naomi melepas helmnya dan tersenyum memamerkan deretan gigi rapihnya pada Veranda yang sepertinya cukup terkejut dengan kedatangannya.
“lo pulang les atau kerja kelompok ?” tanya Naaomi saat melirik tumpukkan buku-buku tebal dan pakaian santai Veranda.
“gue les. Nih tempat les gue”
Naomi turun dari motornya dan duduk dihalte tepat disebelah Veranda.
“gak capek tuh ? Pulang sekolah langsung ganti baju dirumah, terus sambung les sampe sore begini ? itu juga belum termasuk sama tugas-tugas sekolah yang besok dikumpul atau belajar bentar buat materi pelajaran besok" tanya Naomi.
Veranda hanya tersenyum mendengarnya. Banyak orang-orang yang selalu menanyakkan hal yang sama padanya seperti Naomi. Namun itulah kegiatannya untuk tidak merasa sepi. belajar, belajar dan belajar.
“yah kalo gue jadi lo sih lebih bagus gue main atau tiduran sampe puas” tambah Naomi santai.
“yeee itu mah lo aja yang malas” cibir Veranda sambil terkekeh sendiri.
Naomi tersenyum melihatnya. Entah ada angin apa dia melewati jalan yang sebenarnya jarang dia lalui setiap harinya, tapi sepertinya rencana rahasia Tuhan berhasil menuntunnya pada seseorang yang sudah mengusik isi hatinya selama dua minggu semenjak pertemuan mereka yang pertama.
“lo cantik kalo lagi senyum gitu”
Veranda menghentikkan senyumnya dan menatap Naomi dengan pipi yang sedikit merona. Perkataan gombal yang biasanya tidak mempan padanya saat Steve yang mengucapkannya, entah kenapa kini membuatnya sedikit malu-malu saat Naomi yang mengatakannya.
“ajak gue jalan donk. Suntuk gue kalo ngeliatin mobil-mobil lewat mulu” pinta Veranda
“lo gak capek emangnya ?” tanya Naomi sedikit bingung. Biasanya orang-orang seperti Veranda memilih untuk segera pulang kerumah untuk beristirahat, bukannya berpergian dihari yang mulai menjelang malam.
Veranda sendiri sedikit bingung dengan tingkahnya. Rasa lelahnya tadi sudah menguap saat melihat senyum Naomi yang menyapanya, justru hatinya sekarang memberontak ingin menghabiskan waktu bersama.