prolog

102 11 4
                                    

Kini ku kembali hadir, berada di tengah-tengah kalian (nenek dan adikku). Setelah melewati empat tahun masa-masa tersulit dalam hidupku, karena harus berpisah dengan kalian. Ya, kini ku merasakannya. Hembusan angin yang mengingatkan, ini lah aku, disinilah tempatku berasal, dan ditempat inilah aku harus memulai untuk merubah nasib keluarga.

     Empat tahun saya kuliah di biayai oleh sepasang guru sekolah menengah atas (SMA) yang kuangaggap sebagai malaikat penolong dalam duniaku. Orang yang sama yang juga membiayai seluruh kebutuhan dan keuangan sejak sekolah di tempat mereka mengajar. Jadi sudah sejak awal SMA saya sudah menjadi anak asuh atau anak angkat mereka brdua.
     Ketertarikan mereka untuk mengangkat saya, katanya mereka yakin kalo saya adalah tulang punggung yang akan bisa merubah nasib keluaraga. Karena tidak bisa di pungkiri bahwa saya tidak pernah merasakan kebahagian dari orang tua (Ayah dan Ibu kandung). Ayah saya meninggal sejak saya berumur 2 tahun dan ibu sedang mengandung adik saya. Tidak lama setelah melahirkan adik, ibu saya mengalami gangguan kejiwaan. Adik, ibu, dan saya sendiri bisa hidup atas keringat nenek yang bekerja sebagai penanam dan penjual kangkung dan bayam keliling sekitar kampung. Bahkan sampai bisa menyekolahkan saya sampai lulus sekolah dasar. Setelah itu saya berfikir untuk mulai bekerja bantu nene dan tidak melanjutkan sekolah, namun ada satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang jarak nya tak jauh dari rumah kami merasa iba dan iklah menolong untuk menyekolahkan saya di sana, secara gratis. Pendidikan di MTs tersebut pun selesai, sampai saya berfikir kembali, apakah ini saat nya saya bekerja?. Dan ternyata di masa pergantian pemerintah pun terdengar bahwa sekolah-sekolah akan di bebaskan dari biaya atau gratis, jadi nene mencoba untuk membawa saya ke sekolah SMA yang disana setelah sampainya pun nenek bercerita kepada salah satu guru laki-laki di sekolah itu tentang kehidupan kami. Dan itulah orang tua angkat yang membiayai saya kuliah. Awal mulanya setelah pembicaraan nene dengan guru tersebut, kemudian guru itu memanggil guru lainnya yang kebetulah adalah istrinya untuk bergabung dalam pembicaraan mereka, dan diakhir pembicaraan pun saya di bantu dalam segala kebutuhan sekolah disana juga di pekerjakan sebagai antar jemput anak mereka sekolah, ketika itu anaknya memdusuki bangku kelas 1 sekolah dasar. Waktu pun berjalan sampai tiba satu minggu menjelang Ujian Nasional, orang tua angkat saya mendatangi rumah nenek saya yang sederhana bertutupan pagar bambu. Dalam kunjungan nya itu ternyata untuk membicarakan masa depan saya dan di niatkan untuk membiyai semua kebutuha kuliah saya dengan syarat  harus tinggal bersama orang tua angkat selama kuliah (4 tahun).

     Tadinya, saya sudah tekadkan untuk berusaha mencari pekerjaan bermodalkan ijazah SMA. Namun ada masa saya bicara dengan orang tua angkat juga dengan nenek mengenai masa depan saya. Saya pun memutuskan untuk berkuliah karena salah satunya  adaah dorongan dari nenek yang mendukung kesuksesan saya dan beliau bisa merasakan kalau saya bisa merubah nasib keluarga dan juga bermotivasikan untuk bisa mengangkat derajat orang tua juga nenek agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain.

     Kini saya menginjakan kaki, tertawa, dan asyik berbincang-bincang bersama nenek dan adik saya ini, di rumah yang menjadi saksi atas dibesarkannya saya.

Saya Rahmat Hidayat si anak kampung yang bervisi dan misi untuk merubah nasib keluarga untuk menjadi lebih baik. Dan perjuangan baru akan dimulai.. 🙏🙏🙏

Percikan SyurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang