Warga bersorak riang karena air dari selang mengalir ke dalam jambangan. Bagi yang memiliki kolah, penuhlah sudah kebahagiaan mereka atas kemarau panjang dan krisis air bersih yang tak berkesudahan. Sumur dan balong tetap ada jika sewaktu-waktu air dari pegunungan kering, maka warga bisa memanfaatkan air dari Waduk Malahayu, sisa irigasi sawah.
Wa Latif dan istrinya, seperti mimpi mendapat air dari surga. Mereka langsung meminum mentah-mentah air dari paralon, sebagaimana meminum air dari desa Cigadung, Tiwulandu, Kubanglingke, dan Cihaur. Warga yang malas memasak air, bisa meminum tanpa memasaknya terlebih dulu karena airnya sehat, bebas dari kaforit dan kapur. Untung saja membuat wacana menyaring air dari Waduk Malahayu tidak jadi dieksekusi, kalau sampai terlaksana, warga akan berpikir dua kali untuk meneguk langsung air mentah dari gentong.
Bi Leha, Bi Nurfi, Bi Luni, Nenek, dan nenek Surya, pun ikut merasakan manisnya air dari pegunungan. Tak ingin kehabisan air, Bi Leha mengisi semua wadah. Ia memekik girang tatkala Surya selaku kepala desa, menggratiskan seluruh biaya pemasangan PAM. Meski sudah tersiar kabar akulah dibalik proyek ini, ia sama sekali tidak mau percaya. Biarlah, yang terpenting setiap warga Dukuh Beber berhak bergembira dengan mengalirnya air bersih ke rumah mereka.
Mendengar kabar baik itu, aku menghela napas bahagia. Sepucuk surat berdatangan untukku. Salah satu surat yang menarik perhatianku, adalah kiriman dari Putra Beber, yang mana isinya sebagai berikut;
Kinara yang hebat, aku sungguh bangga padamu. Jika saja takdir masih memihak kita, sudikah kiranya kau kembali ke pelukanku? Kita akan hidup bersama seperti dulu. Aku tidak peduli dengan tentangan keluargaku, juga dengan hujatan orang yang tidak menyukai hubungan kita.
Putra Beber
Mataku seketika berkaca-kaca mendalami isi surat ini. Kini aku tahu siapa Putra Beber sesungguhnya. Adalah Surya, laki-laki yang pernah singgah dan mengisi relung hatiku. Oh Tuhan, mengapa aku tak berdaya membaca sepucuk surat darinya? Surya benar-benar mengharapkanku.
Di luar petir menggelegar, membuatku terlonjak mengelus dada. Kilatannya melukis langit-langit. Musim penghujan sudah tiba. Langit mendung di bagian selatan, membuncit bagaikan mau jatuh. Tanaman palawija kini tergantikan oleh padi yang mulai menghijau sejauh mata memandang.
Hampir seluruh warga kampung bersyukur karena musim kemarau telah berakhir. Aku pun bersyukur, karena masyarakat Dukuh Beber tidak perlu lagi mandi dan cuci menggunakan air keruh dari jelumbang, sisa irigasi sawah yang sarat lumpur dan kuman penyakit.
Nenek, aku akan datang menjemputmu. Tunggulah aku...
***
Setumpukan majalah yang berceceran di lantai, satu per satu kususun ke rak buku. Majalah bekas ini kubeli dari langgananku di Jakarta. Walaupun sudah tidak baru lagi, namun kurasa cukup bermanfaat bagi anak remaja seperti Tika dan Tati yang gemar sekali membaca. Sampul majalah bertajuk 'Delima', membuatku terpaku untuk sekali lagi mengulang membacanya.
Pada halaman sebelas, ada artikel tentang bagaimana cara mengalahkan ketakutan hati. Bulu kudukku tiba-tiba merinding mengambil intisari yang terdapat pada artikel tersebut; "Rasa takut pada kemampuan diri sendiri, ibarat pondasi keropos, lapuk, dan usang." Aku terhenyak pada kalimat penguatan itu.
Tanpa kusadari, ponselku berkedip lama sekali. Ada lima panggilan tak terjawab dari Ganjar. Merasa bersalah, aku balik menghubunginya. "Maaf, aku terlalu asyik dengan bacaanku," kataku sambil mengigit bibir.
Di seberang telepon hanya sunyi yang kudapatkan. Aku mencoba berbicara lagi. "Ganjar, apa kau mendengarku?" tanyaku dengan nada sedikit lembut.
Tetap sunyi. Tidak ada sahutan dari seberang telepon. Baiklah, aku akan mengulanginya sekali lagi. Kutarik napas dalam, kemudian mengatur napasku secara teratur. "Kalau kau tidak mau bicara denganku, akan kumatikan teleponnya," gertakku agar Ganjar mau bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESA TERKUTUK
RomancePotongan kenangan masa kecil itu, membuat Kinara semakin mantap membalaskan dendam pada orang-orang yang pernah menyakiti hatinya. Ia pun berniat membawa pergi nenek tercintanya dari desa terkutuk yang selama ini membesarkannya. ~ Cerita ini terins...