Chapter 2

1.7K 216 8
                                    

BEAM POV

Beam melangkah memasuki gedung yang menjadi tempat asrama para atlit sepakbola. Gedung ini cukup tua tapi masih bagus pondasi bangunannya.

Forth adalah nama pasiennya yang ternyata seorang atlit sepakbola. Kaki kanan Forth terluka akibat dijegal oleh lawannya dipertandingannya sebulan yang lalu.

Memiliki wajah manis dan tampan, memang hal yang dibanggakan oleh Beam. Walau dia selalu menerima cinta wanita yang mendekatinya tapi dia juga tidak menutup kemungkinan untuk cinta dari seorang pria.

Beam memasuki lorong menuju kamar Forth, seiring Beam berjalan banyak atlit - atlit sepak bola yang mengoda Beam. Dari lirikan, siulan bahkan sampai tawaran untuk berkencan. Tapi Beam ingin jadi dokter yang profesional, jadi semua godaan itu ditangkis Beam dengan hanya tersenyum.

Tok... tok...tok...

Tak ada jawaban dari dalam kamar.

"Permisi, Saya dokter Beam mencari Forth." Teriak Beam dari luar kamar berharap akan ada jawaban dari dalam. Nihil itulah hasil yang didapatkan oleh Beam. Tapi Beam pantang menyerah, hal itu diteriakan berkali - kali sampai tetangga sebelah kamar yang terganggu memberikan saran.

"Buka saja, pintunya tak terkunci. Forth memang tidak pernah menjawab panggilan."

"Baik terima kasih." Kata Beam yang akhirnya tidak perlu teriak - teriak kayak Tarzan di gedung itu. "Permisi, saya masuk"

Beam melihat sekeliling kamar, minimalis bahkan sangat minimalis. Cuma ada tempat tidur dan lemari pakaian, selebihnya tidak ada furniture lagi dikamar itu. Seorang pria dikamar itu hanya menatap kosong ke arah luar jendela, tak memperdulikan kedatangan Beam sama sekali.

"Swasdekarp P'Forth, nama saya Beam dokter yang mengantikan dokter Lin yang sudah resign."

Tak ada jawaban.

"Apa P'Forth masih tidak bisa mengerakkan kakinya ?"

Tak ada jawaban.

"P, ini saya lagi bicara loh, tolong dijawab. Masa saya ngomong sendiri kayak orang gila saja."

Tak ada jawaban

'Kurang ajar ini pak tua, dari tadi aku ngomong sampai capek juga gak diladenin.' Pikir Beam kesal, sementara tengorokannya haus akibat teriak - teriak tadi.

"Eh, Pak tua. Kenapa gak berbicara ? Karen malu hah ? Gara - gara kamu team kamu jadi kalah ? Atau kamu yang mainnya gak bagus." Beam mencoba cara lain untuk menbuat Forth berbicara walaupun mungkin Forth akan marah.

Tidak ada jawaban juga.

'Uuhh, harus gimana lagi ? Apa harus kugoda' sementara Beam berpikir, handphone Beam berbunyi.

"Hallo, siapa ini ?" Jawab Beam kasar karena masih merasa kesal dengan Forth.

"........"

"Pengurus rumah tangga keluarga Varodom, ada perlu apa sama saya ?"

"........"

"Iya, benar dia teman saya "

"......."

"APA DIA PINGSAN ? KENAPA ?"

"......."

"Baik, saya akan menjemputnya."

Tak lama setelah menutup panggilannya. Beam segera menghubungi seseorang untuk memberitahukan keadaan Kit.

"Ai'Phana, cepat jemput aku. Kit pingsan dirumah pasiennya. Ini gawat darurat."

"........"

" Ini aku sudah bicara pelan bodoh. Makanya dengerin yang bener. KIT DALAM MASALAH"

"........"

"KIT GAWAT, GAWAT. POKOKNYA CEPAT JEMPUT AKU LALU KITA KE TEMPAT KIT."

"........"

"Kit pingsan dirumah pasiennya, dan pengurus rumah tangga keluarga pasien ingin aku menjemputnya sekarang. Kau tau di profile pasien Kit, bocah itu berbahaya."

"........."

"Oke, aku tunggu. Cepat datangnya."

Selesai menelepon Phana, Beam memberikan kartu namanya ke Forth.

"Ini kartu namaku, hubungi aku kalo ada apa - apa. Ow iya asal kau tau, mulai hari ini aku akan tinggal disini bersamamu. Jadi, persiapkan dirimu pak tua."

Beam meninggalkan Forth menuju ke pintu keluar dari gedung asrama tersebut. Saat hampir keluar dari gedung asrama tersebut handphone Beam berbunyi menandakan ada pesan yang masuk.

Forth : SELAMAT DATANG DI NERAKA, JIKA KAU BERANI TINGGAL DENGANKU

'Pak tua sialan, kita lihat saja nanti. Akan kubuat kau berlutut dikakiku.'

2. Private Doctor (Bahasa - Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang