.
.
..
Musim Gugur, Jalan Utama Kawasan Yanaka, Taito, Tokyo. 15.55
Yanaka, adalah kota kecil dengan nuansa Jepang kuno. Kota kecil yang sangat pas untuk beristirahat sejenak dari keramaian Tokyo. Sore ini sebenarnya adalah sore yang sangat indah. Jalanan utama di Yanaka ini tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa mobil dan sepeda yang melintas, sebagian besar berjalan kaki, tentu saja untuk menikmati suasana musim gugur yang berwarna kemerahan. Sepanjang jalan utama yang berhiaskan pohon-pohon tinggi berdaun kemerahan tersebut tertiup angin, merontokkan daun-daunnya sebagai background jalanan yang begitu menakjubkan. Beberapa toko makanan kecil, pakaian, dan berbagai jenis toko lainnya yang bernuansa Jepang kuno berada di kanan dan kiri jalan, di bawah pohon-pohon tersebut. Namun, hari ini adalah hari paling menyebalkan bagiku. Aku ingin pulang ke Korea, SEKARANG JUGA.
"Joonma... berhenti sekarang!"
Aku hanya menoleh sekilas pada lelaki bermobil lamborghini metalic tersebut. Tujuanku hanya satu, Stasiun Nippori, transportasi terdekat dari rumah yang kami tinggali selama beberapa bulan terakhir ini. Meskipun aku tak membawa apa-apa, hanya beberapa uang dan passport, hari ini aku akan memutuskan pulang ke Korea.
"Joonma!!" lelaki tersebut kembali berteriak. Aku pun berhenti sebentar untuk menatapnya dengan sengit.
"Sekarang, naik!" perintahnya.
"Shireo!!" aku meleletkan lidahku sebelum kembali melanjutkan perjalananku. Di depan sana, sekitar 350m, gerbang stasiun sudah terlihat.
"Cepat naik sekarang atau ku naiki kau!" geramnya rendah. Meski begitu aku masih bisa mendengrnya.
BLUSH.
"Ya!!" teriakku, "Dasar, dalam keadaan keadaan bertengkar pun masih saja mesum." Gerutuku.
Aku pun menghentakkan kaki dan akhirnya masuk ke mobil.
KLAK.
Terdengar pintu di kunci, sesaat setelah aku memasuki mobil.
"Kau pikir aku supirmu. Pindah ke depan."
"Shireo. Dari tadi kau membentakku terus."
"Joonma Chagiya....." lelaki tersebut mengancamku dengan nada rendahnya yang seksi sehingga membuat seluruh bulu kudukku meremang. Dengan sangat berat hati dan dongkol, aku pun berpindah ke kursi depan.
Dia kembali melajukan mobilnya dengan perlahan (jangan harap aku akan menyebut namanya ketika kita sedang bertengkar -__-), bahkan terus melaju meskipun stasiun sudah terlewati. Iyalah, dia tentu saja tak mengijinkan ku pulang sendiri. Selama perjalanan hanya keheningan yang tercipta, sampai kami berada di jalan besar menuju pusat kota Tokyo. Mobil pun ia pinggirkan di tepi jalan yang lumayan sepi. Untuk beberapa saat dia masih terdiam, sebelum akhirnya menoleh padaku.
"Sekarang ceritakan padaku, apa masalahnya?" tanyanya to the point.
"Aku ingin kita bercerai sekarang dan jangan lupa kembalikan aku pada orang tuaku." Kulipat kedua tanganku didepan dada sambil manyun.
"Jangan bercanda, kita bahkan belum menikah."
Nyuuut.
Nyeri juga rasanya ketika orang yang sangat kita cintai menyatakan hal seperti itu, meskipun memang begitu kenyataannya. Hey, salahkah aku jika berharap dia menikahiku? Kami bahkan sudah berpacaran lebih dari enam tahun, tentu dengan berbagai masalah yang harus kami hadapi. Termasuk yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] I TRUST YOU
Fanfiction"Cukup Suho! Dengarkan aku!" "Tapi kau sudah membohongiku dua kali Kris." "Aku sudah menggugatnya bahkan seminggu setelah pernikahan kami... All the cast belong to God, themselves, their parents, and their agency. But, actually Kris is Suho's mine a...