Pukul 08.00 pagi...Jin belum mencapai pembukaan maksimal, terakhir kali mengeceknya, dokter menyatakan Jin masih berada di tahap ke-enam.
Namjoon mengamati Jin yang tertatih di dampingi oleh seorang suster, sedikit bergerak bisa mengurangi rasa sakit kontraksinya juga merilekskan ototnya yang tegang.
Pagi ini tidak ada Apron dan noda belepotan, tubuh Jin berbalut atasan rumah sakit berwana baby blue, hanya atasan sepanjang paha, dengan ikatan tali longgar di pinggangnya.
Jin mendesah kesakitan, saat punggungnya kembali terasa terbakar dan nyeri, tangannya menekan kuat punggungnya berharap meringankan sedikit rasa sakitnya.
" Sudah cukup Chagiya. "
Namjoon mengambil alih SeokJin-nya dari sang suster. Sebulan sebelum due date persalinannya, Namjoon telah membooking rumah sakit, memastikan supaya SeokJin cepat mendapat penanganan dan perawatan terbaik , bertahun-tahun menikah tidak mengurangi sedikitpun rasa cinta nya pada Kim Seokjin. Pengalaman pertama melihat Hoseok lahir membuat Namjoon hampir pingsan dan menangis histeris, Namjoon sudah lebih kuat sekarang, Seokjin bisa mengandalkannya." Joonie, panggilkan dokter, rasanya s-sakit sekali.. " rengeknya dengan tangisan.
Profesor Lee So Man tidak lagi turun tangan untuk membantu persalinan, dan telah menjadi presdir rumah sakit, sebagai gantinya Dokter Jumyeon anak sulung nya yang akan membantu Seokjin bersalin.
Jumyeon membungkuk, menelengkan kepalanya, memeriksa apakah Seokjin sudah siap.
" Ah, Cukkae, Sebentar lagi, bayinya akan menuruni panggul, latihlah pernafasan anda Seokjin-ssi, Tuan Namjoon, anda bisa membantu Seokjin-ssi untuk berlatih pernafasan. "
" Chagiya... "
Seokjin menganggukkan kepalanya, dia tau apa yang harus dilakukan, demi Tuhan dia Ibu dari empat orang anak.
Rasa terbakar dan nyeri pada punggung dan panggulnya benar-benar sudah kelewatan, belum lagi ototnya yang mengencang, juga mual, seperti ada sebuah tornado di dalam perutnya. Jin berkeringat, bibirnya memucat, usapan tangan Namjoon di punggungnya tidak bisa mengalahkan sakitnya kontraksi yang Jin rasakan, tapi dukungan Namjoon membuatnya rileks, rasanya selalu seperti menantikan anak pertama mereka, Namjoon tidak ingin menjadi orang kedua yang memeluk darah dagingnya.
Jin menumpukan lututnya di atas tempat tidur, membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangannya bertumpu pada paha Namjoon, menghirup dan membuang nafas sesuai arahan dokter Jumyeon.
" Apa aku terlihat buruk? "
" Kau tidak pernah terlihat buruk. " Namjoon tersenyum menampakkan lesung pipinya yang terlalu manis dan menghangatkan hati Seokjin.
" Mata dan pipi ku pasti sangat bengkak.. " Ucapnya cepat-cepat menarik nafas lagi. Menghembuskannya, berulang-ulang.
" Chagiyaku tidak pernah terlihat buruk. " Namjoon sama sekali tidak berbohong, Seokjin selalu terlihat luar biasa, saat beratnya bertambah, ataupun saat dia tidak sempat memperbaiki penampilannya karna kontraksi yang sedang menyiksanya. Namjoon menahan sakit saat Jin mencengkram kuat daging pahanya, bahkan kerah kemejanya hampir robek, karna Seokjin menariknya. Bagaimanapun Jin pasti merasa lebih sakit, yang bahkan tidak bisa Namjoon tanggung.
" Disini?? "
Namjoon menebak dimana Jin merasa ribuan jarum menusuknya bersamaan. Tangannya mengusap pelan dan terus menerus, semakin tinggi tingkat pembukaannya, rasa sakitnya akan melipat.
" Hmmm..."
Perut Jin menggantung beberapa centi di atas tempat tidur, posisi relaksasinya benar-benar memalukan, Namjoon tanpa lelah mengusap punggungnya. Selain Namjoon, Ibu mertua-nya, Jackson dan teman baik Jin juga datang menemaninya di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
NamJin Family
FanfictionCerita Tentang Eomma Jin yang hamil anak bontot..... just read if you want to know more, Baby number 5 is on the way. Jungkookie can't wait you baby ? P.s : Jangan tanya kenapa cowok seganteng Jin bisa hamil. Namanya juga Fantasy apa aja bisa terja...