Kata kakakku salah satu tempat yang baik untuk berburu calon suami adalah acara pernikahan. Kenapa? Karena disana umumnya hadir semua teman laki-laki kedua mempelai yang jumlahnya nggak mungkin sedikit. Tinggal lihat siapa yang bawa pasangan, siapa yang nggak. Lirik jari, ada cincin apa nggak. Kalo tertarik cari info dia masih available apa nggak. Hihihi.
Makanya masih kata kakakku dandanlah yang cantik ketika pergi kondangan, sekalipun yah gak ada gandengan paling nggak kamu akan kelihatan menarik dan nggak kalah kece dari mempelainya. Dan momen ketika ada yang bertanya "Kapan nyusul?" jangan dibenci tapi syukuri sebagai ajang promosi. Ketika kita menjawab "Belum ada calon", siapa tau yang bertanya merasa simpati dan memperkenalkan kita pada kenalannya sesama singelillah. Siapa tau kan yaaa. Jodoh kan bisa datang dari mana saja.
Where am I? Nikahannya si Andre. Dan apa Andre beneran sekarang udah kayak hulk maksudku keker gitu. Dan ini nggak adil banget, kenapa? Karena istrinya si Andre cantiiiiikkk banget. Perempuan ayu lemah lembut khas jawa. Mana senyumnya juga teduh banget, keibuan gitu. Pinter dia nyari pasangan.
"Hai Raa, long time no see. Gimana kabar lo sekarang?" tanya seorang wanita mungil yang memakai kebaya berwarna hijau tosca.
Aku hanya nyengir sambil mengangguk.
"Aku baik kok. Sehat dan mempesona. Kamu sendiri tambah sparkling banget"Wanita di depanku tertawa. Jujur saja aku lupa siapa namanya. Tapi wajahnya tak asing. Wajah salah satu murid di SMP ku dulu.
Kami ngobrol cukup lama, berbincang tentang pekerjaannya sebagai tutor disalah satu bimbingan belajar ternama di kotaku. Bercerita tentang kabar dari beberapa guru kami yang dia ketahui. Aku hanya menanggapi dengan tersenyum, menjawab iya seperlunya dan kadang kala bertanya. Hingga ketika dia mulai berbicara tentang kehidupan cintanya seseorang menepuk pundakku.
"Tak cariin dari tadi ternyata kamu disini" Aku menoleh, lalu tersenyum melihat Vivi lah yang menepuk pundakku.
"Hai Len, lo dicariin yang lain tuh, mau pada pulang" ucap Vivi pada perempuan yang ada di depanku.
Dia mengangguk, say godbye lalu pergi.
"Len siapa sih Vi? Aku kok nggak kenal" tanyaku setelah si Len pergi.
Vivi memutar bola matanya
"Kebiasaan. Ngobrol ngalor ngidul tapi nggak kenal sama yang diajak ngobrol."
Aku meringis. Aku memang pelupa, apalagi dengan nama orang. Susah sekali untuk mengingatnya.
"Tadi Leni. Anak kelas bawah. Ah aku terangin juga percuma kamu gak bakalan tau."
"Kalo sama aku masih kenal nggak Ra?" sela suara bariton tiba-tiba.
Aku menatapnya. Sesosok laki-laki yang tak terlalu tinggi, kurus, dengan rambut ikal dan senyum manis. He is Farhan. Salah satu teman sekelas Vivi di SMA. Dan pacar Monik, teman sekelasku.
"Inget lah. Hai Han, apa kabarnya si Monik?" tanya ku kemudian.
Farhan hanya mengangguk sambil tersenyum dan mengajak kami mencari makan, tak menjawab sapaanku.
Sementara itu Vivi menatap tajam kearahku sembari mengucapkan kata "bodoh" tanpa suara.
Aku mengenyitkan dahi. Lah, salahku apa coba?
------tbc
06/02/18
Hai, aku update. Makasih ya buat yang mau baca. Makasih untuk segala apresiasinya. Maaf untuk segala Typo yang berterbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Episode Patah Hati
Fiksi UmumBerapapun banyak buku yang pernah kamu baca tentang patah hati tak akan pernah menyamai dengan kisah patah hatiku. Mungkin mirip, tapi tak sama. Karena patah hati itu unik, punya kisah berbeda pada tiap-tiap jiwa.