#15 Pelangi Badai

571 82 32
                                    

LeeHyunra ♡ wonwoobee

"Apa yang kalian lakukan?" Suara kelewat dingin itu dengan nyata masuk dalam telinga Koeun dan Jeno yang masih betah berpelukan. Membuat Koeun secara refleks melepas dekapan penuh haru itu.

Koeun menoleh sesaat ia sadar akan pemilik sang suara. "Mark.." panggil Koeun yang sayangnya tak diindahkan oleh sang kekasih. Mark masih menatap Koeun dan Jeno tajam.

Bukannya membalas panggilan kekasihnya itu, Mark malah melangkahkan kedua kakinya untuk mendekat.

"Apa yang kalian lakukan?" Lagi-lagi kalimat penuh ingin tahu itu mengalun. Mark memang sengaja mengulang pertanyaannya itu, sebab hingga detik ini belum ada seorang pun yang menjawab rasa ingin tahunya.

Jeno diam. Koeun juga diam. Dan diamnya dua anak manusia itu tentu saja membuat Mark geram sendiri. Mark itu butuh jawaban, jawaban yang berupa kata-kata - bukannya berupa keheningan yang menyesakan hati Mark seperti ini.

"Hey, ini tak seperti yang kau pikirkan Mark. Kami hany-"

"Hanya apa?" Sela Mark yang berhasil memutus ucapan Jeno.

"Sayang, kau percaya padaku kan?" Sela Koeun yang kini menatap Mark dengan tatapan penuh harapnya. Berharap Mark tak akan salah paham dengan semua pelukan yang sebelumnya ia berikan.

Mark ingin marah detik ini juga, tapi melihat tatapan lembut Koeun ini - membuat Mark tak tega sendiri untuk meluapkan amarahnya.

Mark menghela napasnya kasar. Menguapkan segala emosi yang terlanjur tumbuh.

"Sudahlah, aku akan berpura-pura tak melihat ini semua," tangan Mark dengan pasti meraih tangan Koeun dan menggenggamnya erat. Seolah mau menunjukan pada Jeno bahwa saat ini hingga selamanya Koeun adalah miliknya.

"Dan kau.." Mark menatap Jeno tajam nan lekat. "Terimakasih telah menjaga jodohku selama ini, dan sekarang giliran aku yang menjaga jodohku," tanpa pamit terlebih dahulu, Mark pun langsung saja melangkahkan kakinya - membawa tubuh Koeun untuk menjauh dari jangkauan Jeno.

Maklumlah, rasa cemburu seorang Mark Lee masihlah ada - jadi inilah, jangankan berpelukan - melihat Koeun berdiri terlalu dekat dengan Jeno saja Mark tak rela. Apalagi tadi berpelukan?

Andai saja Jeno bukan rekan kerjanya, pasti saat ini sebuah bogeman mentah telah Mark hadiahkan pada wajah itu. Wajah yang pernah ia pukul saat masa SMA silam.

Jeno hanya bisa tekekeh pelan saat melihat tingkah kekanakan Mark yang rasanya tak pernah berubah. Dua punggung itu lambat laun mulai menjauh dari pandangan mata Jeno. Membuat Jeno iri sekaligus senang akan kedekatan dua sejoli itu yang akhirnya kembali bersama.

"Bahagialah Koeun.." Jeno tersenyum lirih.

"Jaga dia, aku harap kau tak akan bersikap bodoh lagi Mark Lee," gumam Jeno lebih pada dirinya sendiri.

"Ah, Hina.."

_______

"Jadi dia bukan anakku," ucapan Jaemin masih membekas di hati Hina sampai detik ini. Walaupun sosok Jaemin telah menghilang di balik pintu cokelat itu - tapi tetap saja ucapannya yang setajam belati itu benar-benar membuat Hina sesak tanpa alasan.

"Bukan anakmu? Lalu anak siapa?" Setetes air mata lagi-lagi keluar dari sepasang mata Hina. Air mata yang sialnya kenapa harus menetes hanya karena satu sosok yang sama - Jaemin.

Berulang kali Hina menarik napas dan mencoba menormalkan matanya agar tak mengeluarkan air mata kembali. Hina harus kuat, itulah mantra ajaib yang selalu Hina susun agar dirinya berhenti menangisi pria itu. Pria yang sampai kapanpun tak pantas untuk Hina tangisi.

Number One.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang