Draft: 1

157 19 17
                                    

Hei.

Hei.

Hari ini ulang tahun pernikahan kalian yang keempat, kan?

Kamu mengangguk. Sendirian berbaring di kasur yang dilapisi kain putih, mengistirahatkan punggungmu sambil mengangkat tangan kirimu ke udara—membiarkan cahaya dari lampu kamar yang agak redup menyusup di antara jari-jari tanganmu.

Cincin keemasan itu, sudah empat tahun usianya.

Kamu tersenyum.

Selamat hari ulang tahun pernikahan untuk kami.

Sudah empat tahun lamanya kamu melihat wajah pria itu setiap paginya.

Setiap paginya?

Kamu memasang wajah tidak yakin. Namun toh akhirnya kamu tetap menggerakkan tanganmu, mencoba menemukan posisi yang tepat agar cahaya lampu kamar bisa menembus berlian yang kecil itu dan menghasilkan bayangan gurat berlian yang sedap dipandang mata.

-o-

Kamu ingat saat-saat kalian berdua baru saja menikah?

Saat cincin itu belum meninggalkan diskolorasi pada jarimu?

Rumah bernuansa putih itu benar-benar menjadi tempat memadu kasih. Kalian menikah setelah tiga tahun lamanya menjadi sahabat baik, walau orang lain menganggapnya kencan.

Masih ingat bunga-bunga anggrek yang kalian berdua tanam di pot-pot kecil karena Namjoon tidak menyukai aroma bunga yang manis?

Buku-buku sejarah dunia dan filsafat yang kalian pilih dan susun bersama ke dalam lemari di bawah tangga yang kalian sebut 'perpustakaan rahasia'?

Rumah kayu dan bantalan empuk berwarna kuning yang kalian buat untuk labrador retriever yang kalian besarkan bersama? Siapa namanya? Chérie?

Ya, Chérie.

Kamu tidak pernah punya banyak teman. Dan pria itu adalah satu-satunya temanmu.

Masih ingat bagaimana eksistensinya seakan menjadi dinding hangat yang melingkupi duniamu?

Ya.

Rasa ketergantungan pada rumah yang mendalam, kamu ingat bagaimana rasanya?

Rasanya saat pada saat hari mendekati ekornya, seperti ada kail yang menjerat matamu untuk terus memperhatikan jam dinding sampai waktu pulang tiba?

Rasanya saat kamu menghabiskan untaian aspal dengan tidak sabar—mengetukkan jarimu ke setir mobil, matamu yang berkedip cepat senada jantungmu—,ingat?

Dan rasa lega saat akhirnya, matamu jatuh ke rumah berwarna putih di persimpangan jalan yang sepi dan tenang.

Ingat?

Saat perbedaan satu jam pulang kantor antara dirimu dan pria itu membuatmu pulang kantor dengan sambutan sebuah peluk hangat.

"Bagaimana hari ini?", tanyanya selalu.

Dan jawabanmu berubah setiap harinya.

"Hari ini semuanya berjalan baik." kamu tersenyum dan menenggelamkan wajahmu dalam tubuhnya.

Aromanya selalu sama, seperti susu hangat. Banyak vanilla dan sedikit jahe, sangat sedikit seperti seduhan susu yang kamu biarkan sendirian di tengah ruangan di musim dingin.

Namun saat awan mendung dan angin seakan menusuk punggungmu, kamu akan menyandarkan wajahmu di dadanya dan berbisik, "ada masalah sedikit."

Tapi itu tidak pernah jadi masalah,

Draft: 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang