Cerita ke dua.
Hehehe Mega Dan Bintang aja belum selesai. Berani - berani nya buat cerita baru.
Maaf-maaf. Cerita ini gak kalah seru deh dari Mega dan Bintang. Jadi aku mutusin tuk di publish di wp.
Selamat membaca...Pagi ini mentari bersinar begitu terik. Menemani keramaian kota yang penuh dengan kendaraan yang sibuk memulai aktivitasnya masing-masing.
Masih pagi memang, tapi Tari sudah sibuk menggerutu dari tadi. Dikarenakan abangnya. Bimo, kini sibuk mengutak-atik sepeda motor kesayangannya. Bukan karena terlalu sayang. Tapi si motor malah mogok di saat Bimo harus mengantarkan Tari ke sekolah.
Sialnya ini hari pertama Tari masuk ke sekolah barunya.
"Bang! Masih lama engga? Tari harus buru-buru. Bentar lagi masuk nih nanti telat lagi. Hari ini kan hari pertama Tari masuk bang," jelas Tari panjang lebar.
"Iya Tari cerewet! Abang juga lagi berusaha... si Tongki nya aja yang lagi ngambek, gak mau jalan deh," ucap Bimo mengelus motornya yang di namai Tongki. "Lagian ini salah lo juga sih."
"Idih, ko Tari sih yang di salahin. Si Tongki motor Abang aja tuh yang ngambekan. Alay kaya yang punya."
"Si Tongki gak alay. Cuma dia lagi pms aja jadi kek gini," ucap si Bimo nyengir lebar. "Makanya cepet-cepet cari cowok. Biar ada yang nganter jemputnya."
"Abang!"
"Oh iya Abang lupa lo belum bisa move on kan...?"
"Udah ah nunggu Abang mah lama. Mending Tari berangkat sendiri aja," ucap Tari sambil melangkah menjauhi abangnya.
"Emang lo tau jalannya?"
Tari berbalik. "Tau, tanya ke abang angkot."
"Ya udah hati-hati di jalan."
Tari berlari menjauhi kompleks rumahnya. Matanya melirik ke kanan kiri siapa tau ada angkot yang lewat. Namun sayang sepanjang jalan yang dilaluinya tadi tak ada satu angkot pun yang lewat. Kalo begini dia bisa telat.
Hingga akhirnya, di seberang jalan sana mata Tari menangkap sebuah angkot yang sedang berhenti. Itu kesempatan baginya. Tanpa pikir panjang Tari berlari menyebrang menuju angkot tadi.
Tari berlari tanpa melihat sekeliling, jadilah dari arah kanan ada sepeda motor yang menyerempetnya dan membuatnya jatuh tersungkur di tanah. Beruntung, dia tak terluka sama sekali. Hanya rok abu-abunya yang sudah tercampur dengan debu.
Pengendara sepeda motor itu memberhentikan motornya. Dia turun dari motornya lalu berjalan ke arah Tari yang masih tersungkur di tanah. Tari memperhatikan cowok itu. Dilihatnya lamat-lamat saat orang itu mendekat.
"Lo gak pa-pa." Orang itu bersuara.
Tari diam. Matanya masih menatap lekat cowok di hadapannya.
"Lo gak apa - apa kan?" tanya cowok itu untuk kedua kalinya.
Tari tersentak. Dia terkesiap karena pertanyaan tadi. "Aku... gak... Ap-pa-pa," ucapnya ragu-ragu.
"Syukurlah...," ucap cowok tadi sambil menyisir rambutnya dengan jari.
Tari bangkit. Dia mengibaskan roknya, membersihkannya dari debu jalanan.
"Lo anak Adyatma ya?"
Lagi-lagi Tari tersentak. Kegiatannya membersihkan rok terhenti seketika. "I-iya," jawabnya masih ragu. Bagaimana cowok itu tau.
"Kebetulan kita satu sekolah. Kalo gitu gue bisa nganter lo ke sana...." Cowok itu berhenti berucap, tampak sedang berpikir sebelum melanjutkan. "Sebagai ganti maaf... Ya kalo lo mau sih," ucap cowok itu sambil menggaruk-garuk rambutnya yang Tari tau sebenarnya tak gatal.
Sementara itu Tari masih diam, sibuk memperhatikan.
"Gimana? Kita bisa telat loh...?"
Lagi dan lagi Tari tersentak. Ngomong-ngomong soal telat itu masalahnya. Cowok itu benar.
Tari mengangguk akhirnya. Sementara cowok di depannya tersenyum bahagia. Saat itu Tari tak tau apa yang terjadi padanya. Dadanya mencelos, jantungnya berdetak tak seirama. Tari Merasakan itu saat mendapati senyuman di seberang sana.***
"Namanya Mentari anjani. Dia teman baru kalian mulai hari ini." Bu Puspita mengenalkan Tari di depan kelas.
Seluruh penghuni kelas menatap Tari. Suasana saat itu hening. Tari gugup, tubuhnya pun tegang. Bagaimanapun juga hari ini hari pertamanya sekolah.
"Tari kamu bisa duduk di kursi samping Dewi disana." Suara Bu Puspita memecah keheningan kelas.
Tari berjalan kikuk pelan ke arah bangku kosong yang di tunjukan Bu Puspita tadi. Disana seseorang menyambutnya dengan senyuman mengembang di wajah. Tari tau dia Dewi saat Bu Puspita mengarahkan duduk disana.
"Hai nama gue Dewi Sandra. Lucu ya nama gue kaya artis terkenal. Tapi panggil aja Dewi." Masih dengan senyuman Dewi mengenalkan dirinya.
"Gue Mentari anjani, panggil aja Tari." Tari menarik wajahnya membentuk senyuman tulus ke Dewi.
"Mulai hari ini kita temenan," ucap Dewi masih tersenyum.
* * *
Bel istirahat berdering. Bu Puspita akhirnya pergi meninggalkan kelas. Tanpa aba-aba seluruh penghuni kelas mengerubungi meja Tari. Hendak berkenalan dengan teman baru mereka.
"Halo Tari, kenalin nama gue Doni Danuarta," ucap seseorang yang menerobos kerumunan itu.
"Idih, alay banget luh, Jon." Dewi menyikut lengan Doni di dekatnya. Sementara yang di sikut tadi tidak peduli. Justru sedang nyengir lebar di depan Tari.
"Bilang aja kamu cemburu kan beb?" Ucap Doni beralih nyengir ke arah Dewi.
"Apaan sih lo," sinis Dewi.
"Minggir sana ih, Jon." Satu orang lagi datang mendorong tubuh Doni agar pergi menjauh. "Gue Sagita anggraini panggil aja Gita. Gue ketua kelas di sini." Gita juga tersenyum lebar ke arah Tari.
Tari membalas dengan ikutan tersenyum.
"Sekarang giliran gue. Gue Gilang calon pacarnya Gita." Cowok bernama Gilang itu nyengir lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya. Dia mencoba menirukan gaya Doni kepada Dewi tadi.
"Apaan sih lo. Najis tau gak." Gita berujar ketus.
"Jangan gitu lo. Nanti suka benaran tau rasa lo." Doni yang tadi di dorong sekarang nongol lagi. "Gak tau apa perjuangan cinta itu bagai menyebrangi lautan. Ada badai atau tanpa badai Sama-sama sulit. Ya gak Wi?" Mata Doni melirik Dewi yang duduk di samping Tari.
Seketika suasana kelas riuh. Semuanya bersiul dan tertawa mendengar apa yang di katakan Doni tadi.
Tari pun sama. Ia terkekeh melihat tingkah teman-teman barunya. Tari beruntung hari pertamanya tak seram seperti yang ia bayangkan. Dia beruntung mendapatkan teman-teman baru seperti mereka. Juga beruntung dapat bertemu penyelamat di hari pertamanya. Walau dia tak tau namanya. Dengan begini, ia akan segera melupakan kisah masa lalunya.
***
Sampe di sini dlu...
Gmna nih sama cerita barunya...?
Voment nya di tunggu :)
♡♡ dri Tari
Tbc...IG : @nienitasarii19
Mampir ke MEGA DAN BINTANG juga..
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Teen FictionStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...