Susana pusat perbelanjaan ramai di kujungi karena memang sedang periode liburan sekolah. Mereka berkunjung dengan keluarga, teman se-gank, atau dengan pasangan. Tak jauh beda dengan Rena yang datang dengan Rendy dan saat ini sudah duduk di salah satu outlet makanan cepat saji. Di depan mereka sudah terpampang nyata burger, kentang goring dan pepsi yang siap menggoyang perut. Tapi Rena bahkan belum mencicipi apapun, tatapan kosong ke depan.
"Ver lo kenapa, bengong mulu dari tadi?" Tanya Rendy, tidak mungkin bagi dia untuk tidak menyadari kekosongan di mata Rena
"Gak kok" Rena menyedot pepsi di depan nya untuk mengisi kekosongan otak, hati dan perutnya "habisin cepat gih, gue sumpek di sini mau cepat pulang" Lanjut Rena yang sudah tidak sabar ingin berlalu dari keramaian yang semakin membuatnya merasa kosong melompong
"Kalo lo ada masalah cerita, tumben banget lo kayak nyembunyiin sesuatu ke gue" Ucap Rendy sambil mengambil dua biji kentang dan menyodorkan nya ke mulut Rena
"Gue bingung ajah, semalam tuh Fika nyatain perasaan ke om Bintang. Terus dia bilang bukan kah aku boleh meminta apapun sebagai ganti sumsum tulang itu. Awalnya respon om Bintang biasa saja, tapi setelah Fika bahas masalah sumsum tulang gue lihat dia itu seperti orang yang kaget dan kebingungan" Rena kembali menyedot pepsi nya untuk menetralkan emosinya yang mulai tak karuan menceritakan kembali peristiwa semalam
Rendy mangguk-magguk, dalam hati dia tidak percaya ternyata Fika sanggup melakukan hal itu.
"Sebenarnya apa yang kalian semua sembunyikan dari gue? Apa yang gue gak atau? Apa yang gue lupa?" Tanya Rena ngotot semakin ingin tau.
"Ok gue bakal cerita" Rendi menghela panjang sebelum melanjutkan kalimatnya
"Jadi lo itu koma karena menderita leukemia stadium 4, dan lo hanya bisa diselamatkan dengan cangkok sumsum tulang belakang, dan satu-satunya orang di dunia ini yang punya sumsum tulang belakang yang cocok sama lo adalah Fika"
Sejenak Rena merasa membeku mendengar penjelasan singkat Rendy yang seolah menjelaskan segalanya. Point yang terekam jelas di benak Rena saat ini adalah dia hidup karena bantuan dari Fika dan Fika meminta Bintang membalas perasaannya sebagai imbalan nya.
Butiran air mata yang jatuh satu persatu dari sudut mata Rena menandakan hatinya sedang tercubit keras, entah kenapa ada sesal yang begitu tak mampu dia jelaskan. Sesal kenapa harus karena dia.
"Hei kok lo nangis sih?" Tanya Rendy sambil mengusap pipi Rena, pertanyaan bodoh yang sebenarnya dia sudah duga akan seperti ini reaksi dari Rena.
"jadi semua karena gue? Om Bintang mencoba nyelamatin gue dan sekarang dia harus berkorban untuk itu? Kasian om Bintang, kasian istrinya, kenapa dia harus menyelamatkan gue , kenapa dia gak biarin gue mati ajah, jadi gak seperti ini kan?" Tangis Rena semakin pecah
"Ren lo gak perlu merasa bersalah karena hal itu, mereka hanya ingin kamu hidup dan melanjutkan semua mimpi-mimpi kamu, mereka sudah berusaha yang terbaik untuk itu" Rendy mencoba menarik keluar rasa bersalah itu dari pikiran Rena.
"Gini deh, bagaimana kalo kita lanjut kuliah nya di luar negeri ajah, lupain masalah Fika dan om Bintang, biar mereka menyelesaikan itu. Tugas lo lanjutin hidup sebaik mungkin, ya dengan sekolah sebaik mungkin. Kita bisa kuliah di inggris sama-sama, bukan kah itu impian kita dulu?" Rendy menawarkan solusi yang membuat Rena memicinkan mata.
Benar itu adalah impian Rena dan Rendy sejak kecil, kuliah di inggris. Dan ini mungkin saja menjadi saat yang tepat untuk pergi dan meninggalkan semua kekalutan yang mungkin bisa saja membuat Rena kembali koma.
Kenapa tidak? Kenapa harus menolak? Itu adalah impian mereka. Mungkin Rena akan baik-baik saja dengan meninggalkan Bintang dan Fika di sini, mungkin dia luar sana dia bisa move on dari perasaan berdosanya, dari perasaan terlarangnya atau dari perasaan penasarannya. Di sana dia mungkin bisa melanjutkan hidup, MUNGKIN SAJA.
***
"Oma, Rena mau kuliah di luar negeri" mantap tanpa keraguan Rena mengungkapkan keinginan pada oma Ratna
"Kenapa tiba-tiba sayang? Kamu tidak pernah bilang sama oma sebelumnya?" Tanya oma ratna heran, dia langsung menyimpan tab yang di peganganya dari tadi
"Apa Rena belum pernah cerita oma? Itukan impian Rena sejak kecil, Rena ingin kuliah di inggris bareng Rendy"
Tidak pernah, tentu saja tidak pernah Ren, kamu benar-benar lupa kalau kamu tidak punya impian apa-apa saat datang pada oma Ratna sebagai yatim piatu, apa kamu lupa Ren. Oh iya kamu sedang amnesia.
"Tapi sayang ini tuh mendadak, apa Bintang sudah tau?" Oma Ratna masih tidak bisa memberi ijin meskipun dia tau tidak ada yang bisa menghalangi keinginan cucu nya itu, kecuali Bintang.
"Om Bintang belum tau, dia.."
"Aku gak setuju" Bintang langsung memotong perkataan Rena, dia yang baru saja masuk di rumah menyimak percakapan yang barusan membuatnya berharap dia salah masuk rumah, dan yang bicara itu bukan Rena dan oma.
"Kalian setuju atau tidak Rena akan tetap pergi" keras kepala, Rena tidak melupakan sifat keras kepalanya. Kenapa Cuma itu yang dia ingat.
"Tapi kenapa Ren?" Tanya Bintang.
"Om, Rena udah tau semuanya, Rena sudah tau kalau Rena koma karena menderita leukemia stadium akhir dan Fika yang menyelamatkan Rena. Dan sekarang Fika meminta imbalan dari kalian sebagai ganti tulang sumsum yang di berikan pada Rena" Rena membalikan badan kemudian lanjut "Itu semua karena Rena. Rena sudah cukup menyusahkan kalian selama ini. Rena hanya ingin hidup mandiri, Rena gak mau lagi menyusahkan siapa-siapa"
"Itu belum semua Ren, itu hanya sebagian kecil"
Dengarkan semuanya Ren
"Cukup Om, Rena sudah cukup merasa sesak mengetahui sebagian kecil ini, kalau ada hal yang lebih besar dari ini biar Rena tau saat Rena sudah baik-baik saja"
Rena menggenggam erat tangannya, sekuat tenaga dia menahan diri agar tidak mengeluarkan air mata di depan oma dan Bintang.
Apa Bintang boleh teriak dengan kencang sekarang, dia hanya ingin meneriakkan kalimat sederhana
KAMU ADALAH ISTRIKU
"Tapi di sini akan menjadi tidak baik baik saja kalau kamu pergi Ren" ternyata kalimat yang lebih rumit yang keluar
Dan kalimat itu sukses merobek kantung air mata Rena dalam sekejap meruntuhkan pertahanan Rena
Tidak, Bintang tidak bisa menjelaskan hal itu sekarang. Rena akan langsung membunuh Fika saat tau siapa dirinya yang sebenarnya dan siapa Fika yang sebenarnya, yakin itu.
Rena bisa saja benar-benar melakukan itu apa lagi setelah Fika membuka topeng nya sendiri.
Membela Fika tidak akan lagi dilakukan Bintang, namun membiarkan Rena menjadi pembunuh bukan lah hal yang akan membuat semuanya baik-baik saja
"Dan aku tidak baik-baik saja saat berada disini" terseduh, meskipun dengan sekuat tenaga Rena menyembunyikan tangisnya suaranya tetap saja terdengar terseduh dengan kalimat lirih itu
"Kalau begitu menikahlah dengan ku, dan aku janji semuanya akan baik-baik saja"
Diam, hening
Sontak Rena menatap bulat pada Bintang yang membuatnya hampir tidak percaya bahwa dia mengatakan itu.
Aku mau

KAMU SEDANG MEMBACA
JELAGA HATI (REVISI)
RomanceRena itu troublemaker banget, belum lagi kebiasaan nya yang suka dugem, mabuk-mabukan, temperament dan terlibat dalam masalah. Pokok nya dia adalah paket complete pemberontakan anak remaja. Wajar jika oma nya memaksa dia menikah untuk bisa memperba...