"Hal apa yang kau maksud, Shira?"
Sial, itu suara Pascal. Seketika tubuhku ini menegang.Shira menutup matanya sejenak sebelum memutar tubuhnya untuk menghadap Pascal yang berada di belakangnya. Posisi pintu yang di sebelah kiri membuat Shira menjadi membelakangi tamu yang baru saja masuk itu.
"Ehm-tidak. Berhubung Gean sudah sadar, bisa kita bicara sebentar?" tanya Shira.
"Bicarakan saja disini," balas pria gila itu sambil masuk ke dalam ruang rawat ini dan menarik bangku di samping brankarku untuk diduduki olehnya.
"Aku tidak mau istirahat Gean terganggu hanya karena kita membicarakan korban yang selanjutnya akan kau bunuh, nanti. Kau tahukan kalau temanku ini terlalu banyak memuntahkan isi perutnya, hingga dia masuk rumah sakit?" balas Shira yang berhasil menarik perhatianku.
Kebohongan macam apa yang dilakukan gadis itu pada Pascal? Apa pria itu tak tahu kalau aku melakukan percobaan bunuh diri? Oh astaga, pembunuh sadis sepertinya bisa dibohongi oleh adik sendiri?
Aku menatap Shira yang masih enggan untuk menolehkan kepalanya padaku, Pascal yang kesal akan tatapan Shira akhirnya berdiri hingga terdengarlah keributan dari kursi yang digeretnya pada ruangan ini.
Keduanya tidak ada yang berbicara sampai keluar, aku memilih untuk tidak perduli dengan pembicaraan apa yang mereka bahas di sana, yang terpenting saat ini aku harus lebih banyak berpikir bagaimana bisa lepas dari Pascal---si pembunuh gila itu---lalu pulang ke negaraku dengan aman.
Lupakan tentang ponsel, bahkan tas yang aku bawa dari rumah lelaki jadi-jadian yang harus aku akui kalau dia mantanku saja entah kemana perginya. Segala macam benda yang harusnya sekarang ada di tanganku sekarang kini tidak terlihat sama sekali.
Kalau saja saat itu aku tidak sedang kesal dan memilih danau terkutuk itu sebagai sasaran bidik kameraku, sudah dapat dipastikan aku sudah sampai di hotel dengan selamat, tanpa harus melihat tubuh-tubuh yang sudah terpotong-potong dengan sadis, Pascal benar benar gila!
"Jadi, kau masuk rumah sakit karena memuntahkan isi perutmu terus-menerus, sampai kau kekurangan cairan?" Suara Pascal membuatku langsung menatapnya yang sedang menutup pintu.
Sudah siapkah mereka berbicara?
"Apa aku perlu menjelaskannya lagi setelah Shira yang mewakiliku, Mr.Killer?" tanyaku dengan alis kanan yang terangkat, seperti film-film yang pernah aku lihat.
Pascal tampak diam lalu secara tiba-tiba dirinya tersenyum sinis padaku, "Jadi, beberapa hari kau tinggal denganku sudah ada panggilan khusus untukku, hm? Sungguh tersanjung sekali," katanya, membuatku jengkel seketika.
"Tinggal denganmu? Wah... Pemikiran macam apa itu? Coba kau ingat kembali, ada tidak aku meminta tinggal bersamamu? Bahkan, sekarang saja aku ingin pergi jauh dari kau! Dasar gila," kataku dengan keberanian di atas rata-rata, hebat sekali mulutku hari ini.
Sepertinya terlihat takut di depan Pascal membuat dia besar kepala, tapi tidak ku pungkiri juga kalau dirinya memang sangat menakutkan dan siapa saja harus tahu kalau Pascal adalah manusia yang tega.
Melihat Pascal yang tidak membalas ucapanku, membuat tatapan ini beralih kepadanya.
Jleb!
Matanya menatapku dengan tajam, baiklah mungkin untuk saat ini aku ingin menarik kembali ucapanku tadi agar tidak terbunuh oleh tatapannya.
"Kau bilang aku gila, Gean?"
Ya! Kau gila, sangat gila!
"Tidak," jawabku yang jauh berbeda dari kata hatiku sendiri. Hei! Jangan marah padaku hanya karena jawaban yang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calamity [H I A T U S]
RomanceCover by @Snowman-kun TERBIT SETIAP SELASA DAN JUMAT. Bila gelap malam tak cukup menggambarkan betapa suram dan pekatnya mata itu, wajah tegap dengan bibir tipis kemerahan yang membuat seorang Gean Larasati di mabuk kup...