Ratna

36.5K 1.7K 114
                                    

Ini hal yang tersulit untuk diperbuat
Tetap bahagia padahal sudah merasa perih
~Dua Cincin~

Ratna menghampiri Ratih yang mengasingkan dirinya di taman belakang--tempat favoritnya. Ratna perlahan duduk disisi Ratih. Ratih tak bergeming. Pandangannya fokus kearah pohon cemara yang begoyang ditiup angin. Akhir-akhir ini sering datang hujan, sudah pasti anginpun juga bertiup kesana kemari.

"Kak..." Ratna mulai bicara, namun Ratih malah memunggunginya.

"Pergilah. Aku ingin sendiri."

"Aku sedang mengidap kanker kak."

"Aku tau."

"Bisakah kakak berbagi kebahagiaan denganku? Umurku tak lama lagi kak." lirih Ratna.

Ratih menoleh, ia menatap Ratna sinis.

"Berbagi katamu? Kau pikir semudah itu. Tak punya hati." desis Ratih.

Ratna menghela nafasnya panjang. Ia merapikan rambutnya yang berantakan karena tiupan angin.

"Mungkin sisa umurku hanya setahun lagi kak. Hanya setahun kakak berbagi denganku..." ucap Ratna hati-hati.

Ratih mencekram bahu Ratna. Ingin sekali ia menampar Ratna saat ini juga. Bisa-bisanya wanita itu meminta hal sepelik ini pikirnya.

"Jangan pernah berharap! Mau umurmu hanya satu hari lagi--aku tak peduli! Tidak ada wanita yang mau berbagi suami! Kau camkan itu!" ucap Ratih tegas sembari menyentakkan tubuh Ratna, lalu beranjak meninggalkannya.

💍💍💍

"Aku sudah siapkan air hangat untuk mas. Makan malam juga sudah siap. Aku memasak sup ayam kesukaan mas." ucap Ratih sambil membereskan ranjang mereka.

"Iya-iya. Ngomong-ngomong dimana Ratna?"

Ratih terpaku. Ia menatap Raka nanar.

"Siapa?" tanya Ratih. Ia berharap salah dengar.

"Ratna."

"Aku tidak tau." jawab Ratih menahan gejolak di dadanya.

"Eum. Malam ini aku tidur di kamar Ratna ya." pinta Raka.

Ratih segera keluar lalau membanting pintu kamar mereka. Raka menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudah ia duga Ratih akan begini. Tapi bagaimanapun ia harus adil. Tugasnya adalah membuat Ratna merasa nyaman di sisa umurnya. Memang tidak ada yang tahu tentang batas umur seseorang, namun ia hanya berharap dapat mewujudkan pesan dari orangtua Ratna.

💍💍💍

Ratih menangisi malam yang kelabu ini. Ia sendirian di kamar mereka. Tidak ada tangan yang merangkulnya dari belakang. Tidak ada dengkuran yang menjadi penghias tidurnya malam ini.

Air matanya menetes membasahi bantal, membayangkan entah apa yang sedang Raka lakukan dengan Ratna saat ini. Apa mereka akan menghabiskan malam ini berdua? Atau mas hanya memeluknya di sepanjang malam? Atau... Pikiran itu terus bergulir diotakknya.

Ratih membolak-balikkan tubuhnya--berharap kantuk datang menyerang. Namun hasinya nihil. Akhirnya ia memilih untuk mengadu kepada Sang Pencipta. Meluapkan segala gundah yang ada, pipinya dibanjiri air mata. Hanya dia dan Tuhan yang tahu, betapa berat kehidupannya saat ini.

💍💍💍

Tik tok tik tok tik-
Suara jam dinding mengisi kekosongan pikiran Raka. Sesekali ia terpikir tentang nasib cintanya dengan Ratih. Sesekali juga rasa kemanusiaannya membawanya memikirkan nasib Ratna. Entah memang jalan Tuhan--berupa ujian--atau hanya sebuah cobaan karena salah memilih keputusan.

Ponselnya masih tak bergeming. Tak ada bunyi. Tak ada getar. Tak ada tanda-tanda pesan masuk. Raka mengusap-usap wajahnya seolah itu dapat menghapus gundah yang ada.

Isteriku, mengertilah. Cobalah untuk mendengar penjelasanku. Semalam aku hanya menemaninya di kamar. Hanya ingin membuat dia merasa aman karena ada aku disitu. Aku tidur di sofa, sayang. Sungguh. Bukannya aku sudah berjanji?

Tolong baca. Jangan diamkan aku terus.

Ratih?

Pesan-pesannya sedari tadi tak juga dibalas Ratih. Jangankan dibalas, dibacapun tidak. Raka masih ingat jelas mata sembab Ratih tadi pagi. Saking sembabnya, bola matanya hampir tak terlihat. Raka yakin Ratih telah menangisinya sepanjang malam.

Ting! Menandakan sebuah pesan diterima. Raka buru-buru membukanya.

Ratna
Mas, nanti siang aku ada jadwal cek ke rumah sakit. Jemput aku ya mas, saat jam makan siang.

Raka menghela nafas. Tampaknya Ratih benar-benar kecewa.

💍💍💍

Baca juga:

Dua Cincin (SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH) Baca Ceritaku Yang On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang