Putri isnari, gadis remaja yang terpaksa harus menghentikan sekolahnya hanya sampai di bangku Sekolah Menengah Pertama dikarenakan tuntutan perekononomian keluarganya.
Gadis berparas cantik ini harus menelan kekecewaan itu dikarenakan kondisi keuangan orang tuanya yang tak memungkinkan.
Bahkan putri harus semakin menelan kekecewaan itu saat sang ayah yang Menyuruhnya untuk pergi ke jakarta dan bekerja sebagai seorang pembantu. Pekerjaan yang sangat jauh dari cita-cita putri.
"tapi pak, putri gak mau jadi pembantu." isak putri sesaat setelah sang ayah menyuruhnya merapihkan pakain-pakaiannya.
Ia benar-benar tidak mau, putri masih ingin mengejar cita-citanya untuk bisa menjadi seorang dokter bukan menjadi seorang pembantu seperti yang dikatakan oleh sang ayah.
"apa yang mau kamu harapkan put ? Kamu itu hanya lulusan SMP dan pekerjaan apa yang menurut kamu pantas hah?!" bentak samsudin sang ayah. Ia tak menghiraukan tangisan dari putri sulungnya itu, pak samsudin justeru memasukkan pakaian putri dengan asal ke dalam tas hitam yang warnanyapun mulai mengusang.
"ayook. Kamu sudah ditunggu." lagi-lagi samsudin memaksa putrinya itu dengan menarik tangan putri.
"pak, putri mohon jangan kirim putri ke jakarta pak. Putri janji, putri akan bekerja disini dan mencari uang sendiri." isakan putri semakin terdengar memilukan namun sepertinya hal itu tak bisa mempengaruhi sang ayah untuk menghentikan tindakannya ini.
Kedua adik putri yang duduk di teras rumah hanya mampu memandang kasihan pada sang kakak. Keduanya tak berani melawan sang ayah karena mereka tau betul bagaimana sikap pria itu.
Samsudin menyerahkan putri beserta tas berisi pakaian putri kepada seorang wanita paruh baya yang nampak tersenyum puas.
"jangan lupa uang bulanan yang sudah kita bicarakan." ucap samsudin pada wanita paruh baya yang tengah mencekal lengan atas putri.
"bapak tenang saja, tinggal nikmati hasilnya." jawabnya dengan nada ciri khas balikpapan nya.
"pak, tolong putri pak." rengek putri masih meronta agar dilepaskan oleh wanita paruh baya ini.
"diam kamu.!" bentaknya membulatkan mata ke arah putri.
Mau tak mau putri akhirnya terdiam, ia pun hanya bisa menangis dalam diam dan menuruti perintah dari wanita galak ini.
"nah, seperti itu kan lebih baik." lanjutnya sambil tersenyum puas.
Ia menyuruh putri masuk ke dalam mobil APV miliknya. Rupanya bukan hanya putri saja yang memiliki nasib seburuk ini, ternyata didalam mobil itu juga ada beberapa gadis seusianya yang sepertinya akan di bawa ke jakarta dan dijadikan pembantu juga.
Akhirnya mau tak mau putri hanya bisa pasrah, ia tau semua ini adalah jalan takdir hidupnya. Ia tidak mau mengeluh lagi, ia hanya mau berdoa agar Tuhan selalu menjaga putri dimana pun dan apapun yang akan ia kerjakan nantinya.***
Setelah menepuh perjalanan udara selama 2 jam akhrinya putri tiba di jakarta.
Putri terlihat begitu antusias ketika ia di bawa ke perumahan yang bisa di katakan mewah,gadis itu seakan lupa bagaimana 2 jam lalu ia menolak untuk pergi ke jakarta.
ia mengagumi setiap bangunan rumah yang benar-benar bagus ini bahkan putri sempat membayangkan bahwa dirinya kelak akan memiliki rumah seperti rumah-rumah yang ada di komplek elite tersebut.
"ayo turun.!" ucapan keras dari wanita yang membawanya dari kampung halamannya menuju jakarta membuat putri kembali menundukkan kepalanya.
"i-iya bu." jawab putri patuh.
Dengan menenteng tas hitam bututnya putri turun dari mobil.
Ia mengekori wanita yang sampai saat ini belum putri ketahui namanya menuju sebuah rumah yang besar.Tiba di depan pintu, keduanya harus menunggu karna pintu yang belum juga di bukakan oleh sang empunya rumah.
Ketika pintu terbuka, putri kembali menundukkan kepalanya dan tak berani menatap sosok pria yang sudah berdiri di hadapan mereka.
"ehh akhirnya ibu datang juga. Bagaimana apa sudah dapat dengan orang yang kita mau ?" suara lembut dari pria muda itu membuat putri penasaran dengan sosok yang akan menjadi majikannya nanti.
"sudah den, ini. Namanya putri dia ini anaknya rajin dan jujur. Jadi saya yakin den rizki tidak akan kecewa dengan dia." ucapnya meyakinkan pemuda yang rupanya bernama rizki.
Pemuda itu menatap putri dari atas sampai bawah, dari pendangan rizki ia tau bahwa gadis ini gadis yang polos. Dan ia juga yakin bahwa gadis ini terpaksa menerima pekerjaan ini karena wajahnya sedari tadi terlihat sangat sedih."kita masuk dulu ya." tawar rizki membuka pintu rumahnya agar melebar.
"enggak usah den. Saya masih harus mengantarkan beberapa orang lainnya, tapi jika diijinkan saya mau meminta uang gaji putri yang pertama saat ini." dengan tidak tau malunya wanita paruh baya itu justeru meminta gaji pertama putri disaat gadis itu belum memulai pekerjaannya sama sekali.
Rizki terlihat menghela nafas nya, namun mau tak mau ia juga menyerahkan uang yang sudah ia siapkan di amplop cokelat kepada wanita paruh baya ini.
Wanita paruh baya itu mengambil amplop nya dengan cepat. Setelah memastikan nominalnya iapun tersenyum dengan sangat lebarnya.
"baiklah, putri kamu mulai hari ini bekerja di sini. Bekerjalah dengan rajin, mengerti.!" tekan nya menatap putri dengan tajam.
Lagi-lagi putri hanya bisa meganggukan kepalanya dan menuruti perintah wanita ini.
"kalau begitu saya permisi dulu ya den." pamitnya kembali bersikap ramah pada rizki yang hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah wanita paruh baya itu pergi dari rumahnya, rizki kembali melirik ke arah putri yang masih saja menundukkan kepalanya.
"putri ya?" tanya nya mengamati wajah putri.
Gadis cantik itu kembali hanya menganggukkan kepalanya."ayo masuk." ajaknya dan mulai memimpin langkah putri di depan.
Putri yang hendak masuk kerumah sesaat melihat sepatunya yang kotor, ia pun melepaskan sepatu flat hitamnya sebelum masuk karena ia takut mengotori lantai rumah yang terlihat sangat bersih.
"rizki..!"
Putri seketika tersentak sesaat ia mendengar teriakan dari arah dalam rumah.
Sedang rizki yang sudah tak asing lagi dengan ulah saudara nya hanya bisa menggelengkan kepalanya."ayo, kamu sudah harus mulai bekerja ya." ajak rizki kembali memimpin langkah putri.
Rupanya rizki membawa putri menuju ruang makan dimana terdapat sosok pria yang sangat mirip dengannya tengah duduk dengan tatapan jengkelnya.
"apa pembantunya sudah datang ? Aku laper dan aku butuh makan ki.!" ucapan keras dari mulut ridho membuat putri menyerngitkan dahinya.
"put kamu bisa masak kan ? Kayanya saudara kembar aku udah kelaperan sampai dia teriak-teriak gitu." tanya rizki lembut sambil menunjuk ridho dengan dagunya.
"bi-bisa den." jawab putri lagi-lagi sambil menundukkan kepalanya.
Putri mulai melangkahkan kakinya memasuki dapur bersih, dan ketika melangkah tak sengaja ridho menatap ke arah kaki putri yang tak mengenakan alas kaki.
"astaga ki, kamu mungut pembantu dimana sih ?" tanya ridho. Ia menggelengkan kepalanya sambil menatap rizki yang sudah kembali duduk di sebrang tempat ridho.
"heh berhenti.!" bentak ridho menginterupsi putri.
Gadis itu akhirnya terdiam di tempat, ia sangat gugup karena merasakan tubuh ridho yang berjalan ke arahnya. Entah mengapa putri merasa menggigil ketika tubuh tegap itu semakin mendekatinya.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Kembali [Completed]
FanfictionKisah perjuangan seorang gadis cantik untuk mewujudkan cita-citanya. Namun dalam perjalanannya putri dipertemukan oleh 2 pria yang memiliki rupa yang sama Namun sikap yang jauh berbeda. Bagaimanakah kelanjutan kisah putri? Ayoo baca dan masukkan...