Namaku Vila Lestari, saat ini usiaku 15 tahun. Aku duduk di bangku kelas satu SMA. Susan adalah sahabatku yang baru aku kenal ketika masuk SMA dan sekelas denganku. Susan anaknya baik dan asyik, maka dari itu aku bersyukur sekali bisa bersahabat dengan Susan, selain baik pintar pula jadi aku bisa jadikan dia guru aku.
Suatu hari di sekolah, Pak Lukman guru olahragaku sedang mendata anak-anak yang mau ikut eskul voli. Tanpa pikir panjang aku langsung mendaftar untuk ikut juga, karena hobiku adalah olahraga salah satunya itu, main voli. Aku semangat sekali di hari pertama eskul voli. Saat aku mau masuk gerbang sekolah, langkahku terhenti, karena ada yang memanggilku,
"Vila. vil! Tungguin aku" teriak seorang cewek yang jaraknya kira-kira 10 meter denganku.
Dan ternyata cewek itu Lia, teman sekelasku juga.
"Lia. ngapain sore-sore gini kamu ke sekolah?".
"Aku mau ikut eskul voli, kamu sendiri?".
"Eskul voli? Berarti kita sama dong".
"Kamu anak voli juga! Bagus deh kalau gitu, aku gak bakalan sendiri". Aku dan Lia pun segera masuk.
Di hari latihan pertama ini bisa dibilang masih perkenalan, anak-anak yang berminat pun lumayan banyak juga.
Sekarang ini hari kedua eskul, untung juga ada si Lia, jadi aku tidak sendirian ada teman ngobrolnya. Pak Lukman membagi kami dalam dua tim untuk tanding voli. Permainan pun seru banget.
"Vila. awasss!", teriak Lia, brakkk. agh sial banget aku gara-gara ngelihatin burung, kepalaku kepentok bola. Permainanpun dilanjutkan, tapi kali ini aku ngerasa aneh aja kok saat bola menuju ke aku dan mau aku pukul, cowok di sebelah aku selalu yang pukul bolanya, aku pun tidak ada kesempatan untuk memukul bola lagi. Aku mulai rasa tidak nyaman, mungkin gara-gara kecerobohan aku tadi, aku dianggap tidak bisa main lagi. Akhirnya karena kesal, aku memutuskan untuk berhenti main, dan digantikan dengan Lia. Aku pun minta izin ke Pak Lukman, kalau mau cari tugas di warnet. Aku langsung bergegas menuju rumah.
Sampai di rumah, ku rebahkan tubuhku di kasur, aku memikirkan kejadian tadi, kejadian yang tidak mengenakan sekali, baru pernah aku dicuekin kaya gitu, aku juga masih penasaran dengan cowok yang tadi, yang tidak beri aku kesempatan sama sekali buat pukul bola. Dasar sok berkuasa, sok pinter main volinya, walaupun mainnya bagus sih, tapi gak gitu juga kan.
Keesokan harinya di sekolah, Susan terheran-heran aja melihat aku yang biasanya ceria tiba-tiba melamun terus karena masih memikirkan kejadian kemarin.
"Vil, kamu gak apa-apa kan?" Tanya Susan perhatian.
"Hmm gak apa-apa kok, Cuma lagi males aja hari ini".
"Gak mungkin pasti ada sesuatu! O iya tadi si Lia bilang, kemarin sore waktu eskul voli kamu pulang duluan, apa kamu sakit?".
Aku pun terdiam sejenak dan menghela nafas panjang. Dan dengan terpaksa deh aku menjelaskan semuanya ke Susan, karena memang aku dan Susan sudah berjanji kalau di antara kita ada masalah sekecil apapun harus diceritakan.
"Aku bukannya sakit kemarin, tapi karena aku kesal aja sama seseorang. Masa waktu main voli cowok di sebelah aku gak mau kasih kesempatan ke aku buat pukul bolanya, cuma gara-gara kecerobohan kecil aja.
"Orangnya itu siapa?", ketus Susan.
"Nah itu dia yang lagi aku pikir, yang pastinya dia cowok, pengen banget aku balas dia. huu benci banget aku".
"O jadi itu alasannya, sabar yah say, orang sabar disayang Tuhan, lagian hati-hati lo, jangan main benci-benci aja, benci bisa jadi cintaaa!"
Hmm, bukannya bantu aku buat balas tuh cowok, egh malah dibilang sabar, sakit tau.
YOU ARE READING
Gara-Gara Voli Turun Ke Hati
RomanceZayn, Nial, Liam, Louis and Harry are just on tour in Manhattan one Wendsday in Summer but after their tour strange things start happening to them. at the end of the night they are attack by a monster and they flee their tour bus. They eventually fi...