16. Tentang Ibu Jun

8.1K 1.1K 60
                                    

A/N

Vote sama comment dulu dong

Biar jodohnya Seongwoo seneng

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah bertemu dengan Guanlin beberapa waktu yang lalu, intensitas komunikasi antara kamu dan Guanlin semakin meningkat. Setelah dia selesai makan siang dengan rekannya, dia menghampirimu dan meminta nomor ponselmu. Sejak saat itu Junhui senang melakukan video call denganmu sebelum tidur karena kamu pasti akan menceritakan dongeng untuknya.

Namun, dalam hatimu kamu masih bertanya-tanya apakah yang kamu lakukan ini benar?

Jika ditanya tentang perasaanmu pada Guanlin, jelas perasaanmu tidaklah berubah. Kamu masih menyayanginya. Apalagi setelah kamu kembali mendapat perhatiannya. Rasa ingin memiliki Guanlin menjadi lebih besar. Tapi kamu juga memikirkan satu hal.

Dimanakah ibu Jun saat ini?

Tak mungkin kamu langsung bertanya pada Guanlin. Tapi rasa penasaran itu masih menyelimutimu.

.
.
.
.
.

"Jun, makan kuenya dong," pintamu pada Junhui yang masih asyik menggambar pemandangan di buku gambarnya.

"Iya, Kak," Junhui meletakkan pensil warnanya dan mulai memakan kue yang kamu bawakan.

Saat ini kalian berada di apartemenmu. Karena Junhui libur dan kamu ada waktu luang, jadilah kalian bermain bersama di sana. Kamu membelai rambut Junhui dan tersenyum.

"Kak Y/N punya mama gak?"

"Kenapa kamu tanya gitu?"

"Jun gapernah ketemu sama mama Jun."

"Maksudnya?"

"Mama Jun udah di surga."

DEG....

Kamu terdiam saat Junhui mengatakannya.

Jadi ibunya sudah meninggal? Batinmu.

"Kakak juga. Mama kakak sudah di surga," kamu mengusap pipi Junhui dengan ibu jarimu.

"Kalau Jun kangen mama, boleh gak Jun peluk Kak Y/N?"

"Boleh kok. Jun boleh peluk kakak."

Jun langsung memelukmu setelah mendapatkan ijin darimu. Kamu membelai surai hitamnya dan membalas pelukannya dengan erat.

.
.
.
.
.

Jam 3 sore, Guanlin datang untuk menjemput Jun. Tapi yang dijemput masih jalan-jalan bersama Yebin dan Justin bersama dengan Choco, anjing yang baru dipelihara Justin beberapa hari yang lalu.

"Aduh maaf ya. Tadi Jun diajak main sama Yebin dan Justin. Eh kamu duduk dulu. Aku buatin teh," katamu.

"Eh gak usah, Y/N. Ngrepotin nanti."

"Gak kok. Tunggu sebentar ya."

Kamu segera pergi ke dapur dan membuatkan secangkir teh hangat dan setoples cookies untuk Guanlin.

"Diminum dulu," katamu sambil meletakkan teh di meja depan Guanlin.

"Makasih."

Guanlin segera meminum teh tersebut.

"Jun ngerepotin gak sih?"

"Enggak kok. Malah seneng aku kalau ada dia. Rumah jadi rame."

"Udah aku minta ke rumah mama sih sebenernya, tapi dia maunya sama kamu."

"Iya?"

"Gatau deh. Aku takut ngerepotin kamu aja."

"Gakpapa. Selama aku ada waktu luang, aku bisa jagain Jun kok."

"Makasih banyak ya."

Kamu dan Guanlin belum berbicara lagi setelah itu sampai akhirnya kamu memberanikan diri untuk memulai percakapan kembali.

"Lin, maaf sebelumnya. Tapi boleh gak aku tanya soal mamanya Jun?"

Guanlin langsung menatapmu intens. Kamu jadi merasa bersalah karena sepertinya terlalu mencampuri urusan pribadi Guanlin.

"Eh maaf, gak perlu dijawab kok kalau misal kamu gak berkenan. Maaf," katamu.

"Jun pernah cerita tentang mamanya sama kamu?"

Kamu mengangguk.

"Mamanya Jun sudah meninggal."

Guanlin kembali menyesap tehnya sebelum melanjutkan ceritanya.

Dia mengatakan bahwa mereka menikah karena kesalahan. Guanlin dan Mama Junhui melakukan itu tanpa ikatan pernikahan dan mengakibatkan Mama Junhui hamil. Karena Guanlin merasa bersalah, dia menikahi Mama Junhui. Sebenarnya Dokter bilang bahwa sangat beresiko untuk Mama Junhui jika tetap mempertahankan kandungannya, namun ia tetap mempertahankan Junhui hingga putera mereka lahir.

"Dokter sudah berusaha semampunya tapi Tuhan berkehendak lain. Mama Jun meninggal setelah melahirkan. Itulah mengapa aku jadi single parent di usiaku yang semuda ini."

Kamu sedih mendengar cerita Guanlin. Ingin rasanya kamu merangkul pundak pria itu.

"Maaf, aku tak bermaksud untuk..."

"Gakpapa. Kaya sama siapa aja deh," Guanlin tersenyum sambil melihatmu. "Aku kaget aja. Baru kali ini Jun mau cerita tentang ibunya ke orang lain. Padahal dia anaknya tertutup banget."

"Benarkah?"

"Dia bahkan tertutup sama aku. Dia dijahilin sama temen-temennya di sekolah pun dia gak cerita ke aku. Katanya dia gak mau lihat aku marahin temen-temennya."

"Dia baik sekali."

"Aku kaget dia mau cerita tentang mamanya ke kamu, padahal baru kenal," kata Guanlin sambil menikmati kue yang kamu bawa bersama teh untuknya. "Kayanya dia suka sama kamu."

Kamu menganggukkan kepalamu sambil ber-oh ria.


"Papa... Papa..." Suara riang Junhui segera memenuhi ruangan saat dia kembali setelah bermain bersama Yebin dan Justin serta anjingnya.

"Sudah selesai mainnya?" Tanya Guanlin sambil  mencium kening puteranya.

"Sudah. Tapi nanti hari Minggu kita main kesini lagi ya? Jun mau main sama Choco."

"Iya nanti kita main lagi," Guanlin mengacak rambut Junhui lalu berpamitan dengamnu. "Yebin, Justin, kami pulang dulu. Y/N, terima kasih untuk hari ini."

"Tidak masalah," katamu.

"Minggu kita main lagi, Jagoan," tambah Justin.

.
.
.
.
.

TBC

[✔] Papa ❌ Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang