Yang idaman itu bukan jadi pacar anaknya, tapi jadi menantu kesayangannya.
°°°°°°
Lisa berjalan menghampiri sesosok makhluk yang duduk menyendiri dengan rambut panjang nya. Meski nggak sepanjang mbak kunti juga sih. Sosok itu nampan sedang mengangguk-anggukkan kepalanya. Penasaran apa yang dia lakukan, apa mungkin dia sedang berinteraksi dengan makhluk astral. Ah kok merinding.
Laluna mendengarkan musik dari earphone merasa ada yang memperhatikannya dari samping. Ia melihat kaki itu berayun-ayun disebelah duduknya. Yakali siang-siang gini ada mbak kunti.
"Lo ngapain disini? Semedi?"
Sontak Laluna mengangkat pandangannya yang jatuh pada sesosok teman sekelasnya yang ternyata duduk menanyainya.
"Hah? Lo udah lama disini?" tanya Laluna sembari melepas earphone dari telinganya.
"Seharusnya gue yang nanya. Lo udah disini dari kapan?"
"Dari tadi."
Lisa berdecak mendengar jawaban yang keluar dari Laluna. Terkadang ya memang irit bicara.
"Lun, lo tadi di cariin Gara tuh."
"Biarin."
Percakapan kembali hening, seketika Laluna teringat sesuatu ingin menanyakan tapi-- itu kan bukan urusannya. Kenapa juga kepo. Bodohlah.
"Kenapa? Kayaknya ada yang mau lo tanyain."
"Hah?"
"Santai aja kali Lun, kayak baru kenal aja."
Akhirnya Laluna mengutarakan rasa kepenasarannya. "Lo udah lama kenal Gara?"
Lisa tersenyum kecil mendengar pertanyaan dari Laluna, "Yang pasti nggak lebih lama dari lo."
Ia menoleh menatap Laluna yang sepertinya masih menunggu lagi cerita selanjutnya, "Ada yang mau lo tanyain lagi?"
Laluna menggeleng pelan, sebenarnya ia belum begitu puas dengan jawaban Lisa. Tapi mau gimana lagi. Masa ia harus nanya-nanya terus. Kepo deh.
"Luna, lo beruntung ya di kelilingin cowok-cowok baik."
Ia menoleh mencoba mengerti maksud ucapan Lisa.
"Maksud gue, ada Gara yang selalu deket sama lo. Yang selalu ada saat lo butuh. Terus ada Kevan, yang kayaknya suka sama lo."
"Lo- tau darimana?" tanya Laluna yang sempat terkejut dengan pernyataan Lisa.
Lisa tersenyum kecil, "Lo nggak usah kaget gitu. Gue udah lama tau, gue lihat Kevan sedikit berubah saat ada sama lo. Beda kalau sama pacarnya."
Laluna di buat terkejut juga dengan hal tersebut. Ternyata hubungan Kevan dan Kiara memang viral. Tapi, kok Lisa tau semuanya?
Ia menghembuskan nafas dengan kasar, "Gue nggak mau jadi orang ketiga."
"Gue tau, posisi disini lo sulit. Dan mungkin emang harus lo jauhin Kevan untuk sementara waktu biar dia berpikir, jalan mana yang akan dia pilih. Kiara atau Laluna."
Laluna menggeleng pelan, "Enggak Lis, gue yang akan mundur. Karena disini posisi gue masih abu-abu. Beda dengan Kiara, dia lebih berwenang atas Kevan. Karena dia pacarnya."
Lisa menepuk pelan bahu Laluna seraya tersenyum, "Lo emang orang baik Lun. Nggak sepantasnya sama cowok macem Kevan. Ya memang sih dia baik, tapi gue rasa perilakunya untuk yang satu ini jauh dari kata baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
Teen FictionLaluna adalah seorang gadis pendiam yang menjadi tambatan hati oleh laki-laki yang telah memiliki kekasih. Bukan salahnya, salah laki-laki ataupun salah kekasihnya. Ini mengenai perasaan, yang sejatinya tidak bisa dipaksakan, maupun dihentikan. "Gue...