Rasa sepi bukan hanya karena sedang sendirian
Tapi juga ketika kau merasa bagianmu seolah telah direbut orang lain
~Dua Cincin~Hari ini keluarga Ratna akan tiba ke rumah Raka dari Semarang. Mengunjungi Ratna yang sudah dua minggu diperistri oleh Raka. Fatimah dan Wahyudi--orangtua Raka--menyambut mereka dengan hangat. Fatimah menyuruh Bi Ranum menyiapkan makanan istimewa untuk menyambut besan sekalian sahabat mereka itu.
"Ratna, kamu istirahat saja nak. Biar kami yang mengerjakan semuanya." ucap Fatimah.
"Tidak bu. Aku harus menyambut keluargaku, tidak mungkinkan aku hanya tidur-tiduran saja?" balas Ratna seraya memasang senyumannya.
Fatimah membalas senyuman Ratna tadi. Lima macam makanan mereka siapkan untuk menyambut Irfan dan Anita--orangtua Ratna itu. Bak menyambut pejabat tinggi negara, begitulah persiapan yang Fatimah buat. Bagaimana tidak? Sebenarnya ini impiannya yang sempat terkubur. Sejak Raka kecil Fatimah sudah berangan-angan Tuhan menjodohkan anaknya ini dengan anak dari keluarga Wahyudi. Fatimah ingin sahabatnya itu menjadi keluarganya. Namun impian itu surut saat Raka ternyata memilih wanita lain. Fatimahpun menerimanya dengan lapang dada. Namun sifat Ratih yang lembut namun tegas membuat Fatimah menyukainnya. Iapun merasa bersyukur memiliki menantu seperti Ratih. Tapi dengan keadaan sekarang--Raka beristri dua--membuat Fatimah merasa senang sekaligus cukup kuatir. Senang karena impiannya hidup kembali. Kuatir karena mungkin akan ada masalah yang lebih pelik daripada ini.
"Ratih, coba cicip. Apa garamnya sudah cukup?" tanya Fatimah dengan menyodorkan sendon makan berisi kuah sup ayam. Ratih langsung mencicipinya.
"Sudah bu. Masakan ibu tidak diragukan lagi." puji Ratih.
Ratih memasang wajah bahagianya. Bukan karena dia bahagia, namun dia tidak mau merusak rona kebahagiaan yang sedaritadi Fatimah pancarkan.
💍💍💍
Semua sudah berkumpul di ruang keluarga. Saling melempar senyum dan berbicara. Hanya Ratih yang tak bicara dan tak senyum sama sekali. Tentu saja begitu, tidak ada yang mengajak dia bicara. Pembahasan mereka juga memanaskan telinga Ratih.
"Ratna kelihatan makin gemuk ya." celetuk Anita.
"Tampaknya Raka berhasil membuat Ratna bahagia" goda Fatimah.
Ratna yang duduk disisi kanan Raka tertunduk malu.
"Ah ibu." ucap Ratna kemudian.
Semua tertawa termasuk Ratih. Tentu saja ia sedang bersandiwara saat ini. Semua membahas Ratna. Tidak ada yanv bertanya tentang betapa beratnya berbagi suami padanya. Pun tak ada yang bertanya bagaimana cara menelan cemburu yang selama ini dia lakukan.
"Kapan kalian mau berbulan madu?" tanya Anita.
"Iya. Dulu ayah dan ibu juga pergi berbulan madu. Hal itu sudah sering dilakukan para pengantin baru." timpal Irfan.
"Sudah dicari waktunya kan Raka?" tanya Fatimah.
Raka melirik Ratih yang duduk disisi kirinya. Melihat Raka yang seperti itu Anita langsung angkat bicara.
"Tapi perginya hanya berdua saja ya. Kan bulan madu."
"Iya. Tidak usah mengajak yang lain." ucap Irfan.
"Isteriku ada dua yah. Aku harus mengajak Ratih juga." tegas Raka.
"Tidak bisa nak Raka. Ini adalah kesempatan kalian menghabiskan waktu hanya berdua." protes Anita.
"Bu..." lirih Ratna.
"Pokoknya kalian hanya berdua." ketus Anita yang disambut amarah Ratih. Ia langsung beranjak meninggalkan mereka. Dasar orang-orang egois! Pikir Ratih. Kepergian Ratih langsung disusul oleh Raka. Suasana menjadi kaku. Fatimah juga jadi merasa tidak enak dengan keluarga Wahyudi. Namun di satu sisi dia juga mengerti perasaan Ratih. Sungguh dilema.
💍💍💍
Baca juga:
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin (SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH) Baca Ceritaku Yang On Going
RomanceFollow dulu baru baca ya, sobat gemas🧡 Ketika cinta harus diuji. Dengan apakah harus menaklukkannya? Ratih harus berbagi suami dengan Ratna, si wanita yang mengidap kanker stadium 3. Ditambah lagi dengan kehamilan Ratna yang membuat keluarga Raka a...