Full Moon: When Night Falls

1.4K 268 25
                                    

❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄

ONG Seongwoo mendengus kesal saat dirinya kembali menginjakkan kakinya di Gangwon-do, tanah bersalju yang sudah hampir dua belas tahun ditinggalkannya. Tidak ada banyak kenangan menyenangkan yang bisa Seongwoo ingat di tempat ini, dirinya pindah dari Seoul ke Gangwon-do saat dirinya berusia sepuluh tahun dan setelah dua tahun menetap di Gangwon-do dirinya harus pergi, karena pria tua yang sekarang menjadi alasannya kembali ke tempat ini mengusirnya. Seongwoo tidak senang, dirinya membenci rumah yang ada di hadapannya itu mulai dipenuhi banyak orang, orang-orang yang datang berduka untuk pria tua yang membuat hidupnya hancur berkeping-keping dua belas tahun lalu.

Namun dengan segala kepercayaan diri yang dimilikinya, Seongwoo memilih masuk ke dalam rumah itu. Membiarkan seluruh pasang mata yang ada di dalam rumah itu memandangnya yang sedang berjalan dengan angkuh melewati ruang tengah. Sekarang Seongwoo berdiri di depan peti mati itu, peti mati di mana Ayahnya berbaring dan menutup mata juga kisah hidupnya. Tubuh Ayah Seongwoo begitu kurus dan pucat, sangat berbeda dengan yang terakhir Seongwoo ingat.

"Seongwoo, berikan penghormatan terakhirmu pada Ayahmu dengan layak."

Suara Bibinya itu membuat Seongwoo tersadar kalau dirinya menatap tubuh pria yang dibencinya itu dalam keterpakuan. Saat hendak membungkuk untuk memberikan penghormatan manik mata hitam Seongwoo menangkap siluet hitam yang berdiri di dekat pintu kaca yang menghubungkan antara rumah Ayah Seongwoo dan halaman belakang rumah, namun Seongwoo memilih untuk mengabaikannya dan melanjutkan penghormatannya.

Beberapa tetangga Ayah Seongwoo menyapa Seongwoo dan menanyakan mengenai keadaan Ibu Seongwoo sekarang, sambil menahan diri Seongwoo menjawab seluruh pertanyaan yang ada dengan ramah. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, para pelayat sedang asik menghabiskan makan malam yang disiapkan oleh katering yang Seongwoo sewa. Sementara Seongwoo sendiri memilih untuk pergi menuju ke arah taman belakang rumah Ayahnya memandang rembulan yang sedang purnama. Udara semakin dingin, tentu saja saat ini adalah pertengahan musim dingin. Manik mata Seongwoo menangkap sebuah rumah yang diterangi dengan lampu berwarna kuning yang berada beberapa meter dari halaman belakang rumah, Seongwoo tidak bisa mengingat dengan jelas apakah rumah itu ada sejak dirinya masih kecil atau baru saja dibangun setelah dirinya pergi.

Udara yang dingin menjadi alasan Seongwoo mengambil salah satu botol persediaan soju milik Ayahnya, dengan secangkir soju dan pemandangan hamparan salju Seongwoo mencoba menghabiskan waktunya sampai para tamu pergi. Sejujurnya Seongwoo benar-benar tidak ingin berada di tempat ini dan kembali mengingat kalau dirinya memiliki darah yang sama dengan pria yang sudah terbujur kaku di ruang tengah sana menyapa para pelayat.

"Lama tidak bertemu, Ong Seongwoo!" sapa seseorang dengan suara berat namun serak.

Saat Seongwoo mendongkak, sepasang manik mata hitam yang kini menatapnya balik tepat di manik matanya. Seongwoo diam meneliti pria di depannya, tubuhnya tinggi dengan coat berwarna hitam yang bergabung dengan kelamnya malam, rambut berwarna honey yang terlihat sedikit berkilau kala salju yang jatuh di atasnya terpapar sinar lampu, secara keseluruhan pria yang ada di depannya memiliki penampilan yang menarik.

When Night Fall [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang