3

20 3 0
                                    

Allahuakbar Allahuakbar...

Suara adzan magrib sudah terdengar. Aku bergegas mengambil air wudhu di belakang rumahku. Saat ingin kembali kedalam rumah, aku melihat ada seorang wanita cantik dengan gaun pendek berwana cream, rambut panjang di ikat sederhana, berdiri dekat dengan ayunan yang sering aku mainkan.

Sepertinya aku pernah melihat wanita itu. Gumamku dalam hati.

"Siapa di sana ? Kamu bisa mendengar saya ? Kemarilah". Teriakku kepada wanita itu.

Dia tidak menjawab, aneh sekali. Akupun mendekatinya. Dan dia tersenyum padaku.

"Kamu ngapain disini malam-malam ? Rumah kamu dimana ?".

"Rumahku jauh, aku tidak punya orang tua, aku tidak punya teman. Maukah kamu menemani saya?".

Akhirnya dia menjawab pertanyaanku. Yaa. Aku ingat. Ini wanita yang ada di kantin sekolahku tadi siang.

"Nama kamu siapa? Aku anna".

"Aku Wulan".

"Ayo wulan, kamu bisa tinggal bersamaku dan bermain denganku".

Aku ajak wanita tadi yang bernama wulan kedalam rumahku.

"Sebentar wulan, aku mau sholat magrib dulu. Kamu tunggu disini ya".

"Aku ingin ikut sholat dengan mu Anna"

"Ayolah, ambil wudhu di tempat tadi".

Dan akupun sholat bersama wulan. Aku mengajari wulan ngaji, sampai waktu isya datang. Lalu bibi datang membawa makanan untukku.

"Anna, makanan kamu ada di dapur".

"Iyya bi nanti Anna makan setelah selesai isya".

"Bibi pulang dulu nak, kalo kamu mau tidur dengan bibi, kerumah saja".

"Baiklah bi".

Rumah bibi memang dekat denganku. Hanya terhalang oleh beberapa rumah saja. Selama ibu meninggal, kakak pergi entah kemana, dan ayah sering menghilang, bibilah yang merawatku, memberiku makan. Padahal aku sudah bilang tidak mau merepotkan bibi, biar aku cari kerja, aku kan sudah besar, sudah kelas 2 SMA sekarang. Aku malu jika hidup terus bergantung pada bibi.

"Anna, siapa wanita tadi ?". Wulan bertanya tentang bibi padaku.

"Itu bibiku wulan. Dia yang merawat aku saat ibuku meninggal."

"Lalu kemana ayahmu?".

"Ayah ? Entahlah. Ayah sudah jarang berada dirumah. Ayah pergi keluyuran entah kemana".

Wulan terdiam menatapku. Matanya berkaca-kaca. Lalu dia mengelus pipiku sambil berkata lirih padaku.

"Anna, kau wanita hebat. Kau mampu bertahan dengan kesabaran, Kau mampu beratahan dengan keadaan seperti ini. Saat kau dikucilkan teman-temanmu, kau mampu tersenyum. Dengan mudahnya kau memaafkan mereka. Kau hebat Anna. Aku ingin menjadi temanmu. Sahabatmu. Saudaramu. Aku ingin terus berada di dekatmu Anna. Kau motivasi hebat bagiku. Terimalah aku sebagai sahabatmu Anna. Aku mohon".

Ketika wulan berkata seperti itu. Tidak terasa air mataku mengalir dengan derasnya. Aku tidak mampu berkata apa-apa lagi, dan aku memeluk wulan dengan kencangnya.

Bahagia Dalam KhayalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang