selain tampan dan pintar ngalus, changbin itu aneh. buktinya sekarang, dia sedang mengintili chaeyoung dan jihoon yang sedang pergi berdua.
bahkan, ia sampai ikut masuk ke cafe yang didatangi mereka. mending kalo changbin sendiri, lah ini bawa-bawa woojin.
"lo ngapain sih anj*ng?" woojin protes mungkin merasa malu, karena sedari tadi beberapa orang memperhatikan mereka dan menatap aneh.
"sstt diem gausah berisik." changbin menutupi wajahnya serta wajah woojin menggunakan buku menu cafe. "tutupin bego, ntar ketauan."
"lo yang bego, ini kita ngapain sih sebenernya?" woojin menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya ini.
"nggak ada faedahnya. buang-buang waktu." lanjut woojin dengan gaya bicara menyerupai salah satu dosen wanita yang terkenal dengan hobi ceramahnya.
"gue cuma pengen tau mereka ngapain aja berduaan." ucap changbin, matanya masih intens menyorot dimana chaeyoung dan jihoon berada.
"tapi ga sampe jadi mata-mata juga njir, niat bener lo." sela woojin, "lo tuh sebenernya suka ama chaeyoung apa gimana? mau macarin die?"
"hah?" mendengar pertanyaan woojin, changbin terlonjak kaget sampai buku menu ditangannya hampir terjatuh.
masalahnya ia juga tak mengerti bagaimana perasaannya terhadap gadis berambut panjang yang memiliki wajah manis itu.
"lo suka sama chaeyoung?" ulang woojin, dan jawaban dari changbin hanya sebuah gelengan.
"halah, fix ini mah lo demen dia. buktinya lo sampe bela-belain ngintilin dia sama cowok lain. lo gak pernah kaya gini sebelumnya nyet."
changbin tertegun, ucapan woojin memang benar. meskipun dirinya player yang sempat memacari puluhan gadis dalam kurun waktu dua bulan, sebenarnya changbin buta tentang cinta.
"makanya kalo suka tuh digas, jangan ngajak berantem mulu. modelan chaeyoung mana demen yang blangsakan kaya lo." celetuk woojin membuat changbin kesal. ini yang namanya temen?
"puji gue sekali-kali kek ah, berasa nggak punya kelebihan banget gue."
"apanya yang mau dipuji dari lo?" ujar woojin lalu cekikikan sendiri.
"ye ngaca goblok."
"yaudah sama-sama blangsak nggak usah saling mengatai."
"bangsat, chaeyoung kayak seneng banget jalan ama jihoon, dia senyum mulu. lah kalo sama gue galak banget." protes changbin setelah kembali fokus memerhatikan chaeyoung dari jauh.
"ya lagian siapa juga yang nggak seneng jalan ama jihoon yang kata yoojung sih kalem, pinter, ganteng tapi gantengan gua, ter–"
"udah anjir, lo kaya mbak-mbak spg. mending balik aja lah, gerah gue ngeliat mereka."
"cia cia ada yang cemburu neeh." seru woojin heboh dan langsung dihadiahi tatapan membunuh dari changbin.
+++++tak bisa dipungkiri, chaeyoung senang bisa mengobrol berdua bersama jihoon. atau lebih tepatnya gadis itu senang bisa mengenal seseorang seperti jihoon.
chaeyoung itu bukan tipe cewek yang mudah dekat dengan siapa saja. jadi kalau bisa deket sama chaeyoung, orang itu harus nyambung sama dia.
nah jihoon salah satunya. tapi kalau changbin? yah kalau tentang cowok itu, tentu saja tak ada jawaban lain selain karena misi.
beneran deh, kalau nggak ada misi chaeyoung ogah deket-deket sama changbin.
omong-omong, pemuda itu kemana ya? sejak pisah di tempat kost, lalu memutuskan pergi ke kampus masing-masing, chaeyoung tak melihat keberadaan pemuda itu, termasuk di kelas sekalipun.
chaeyoung menggeleng pelan. kok bisa tiba-tiba dia kepikiran changbin? idih.
"ikut gue ke perpus dulu ya chaey," jihoon baru saja kembali dari meja kasir untuk membayar, lalu berjalan lebih dulu, diikuti chaeyoung.
"oke aja sih gue." sahut chaeyoung, yang kini sudah berjalan beriringam dengan jihoon, untuk keluar dari cafe dekat kampusnya itu.
"gue sempet mikir lo bakal nolak diajak ke perpus loh." jihoon melirik chaeyoung sebentar.
"soalnya gue jarang nemu cewek yang masih suka ke perpus selain buat nugas. contohnya doyeon, anti banget tuh orang sama perpus. sumpek katanya kalo gue ajak ke perpus. ya kecuali kalo nugas,"
chaeyoung terkekeh, mendengar penuturan jihoon. "rata-rata temen gue juga gitu. mungkin normal kali ya, gue nya aja yang aneh. lebih suka diem di perpus buat baca novel atau apa lah yang penting baca dari pada nonton atau belanja."
jihoon dengan cepat menangggapi. "mau cewek suka di perpus ataupun enggak ya sama-sama normal. lagian kalo nggak normal mana mungkin bisa masuk sini?"
chaeyoung manggut-manggut sambil nyengir, sampai tiba-tiba cengirannya luntur seiring matanya menemukan sosok cowok yang tiba-tiba berdiri dihadapannya.
kini ia mengangkat kedua alisnya sebelum berucap, "changbin?"
yang di panggil hanya menyengir lebar, lalu melirik kearah jihoon tak suka dengan senyum yang dipaksakan.
tanpa permisi, changbin segera meraih pergelangan tangan chaeyoung. "ayo, tadi katanya mau pulang bareng gue."
mata chaeyoung sontak melebar, "L-loh kata siapa?"
"lo bilang tadi pagi sayang, masa lupa." changbin tersenyum manis.
sedangkan chaeyoung saat ini benar-benar muak melihat senyuman itu, serta rasanya ingin menabok changbin begitu mendengar kata 'sayang' dari bibirnya.
"apaan sih, nggak usah ngarang ya!"
"gue nggak ngarang. ayo." changbin mulai melangkah, namun tubuh chaeyoung yang bergeming membuatnya ikut diam sebab ia sedang menarik pergelangan tangan chaeyoung.
"gue mau pulang sama jihoon." ucap chaeyoung datar, saat changbin menatapnya seolah bertanya 'kenapa diem?'
"udahlah dia mau pulang sama gue. lo nggak usah maksa." jihoon yang jengah melihat sikap changbin akhirnya bersuara.
"chae ikut gue. gue mau ngomong." tanpa membalas ucapan jihoon, changbin menarik lengan chaeyoung pelan, membuat gadis itu mau tak mau menurut.
"bentar ya hoon," pamit chaeyoung sebelum benar-benar berlalu.
"mau ngomong apa sih? kalo nggak penting awas aja." cerocos chaeyoung setelah keduanya sampai di dekat pendopo fakultas.
"ngerti nggak sih lo?" setelah diam beberapa saat, changbin malah melontarkan pertanyaan yang membuat chaeyoung bingung. "hah? ngerti gimana?"
"ngerti nggak, kalo gue nggak suka lo jalan sama dia?" changbin bertanya dengan wajah seriusnya.
namun yang namanya chaeyoung, mau ditatap lembut atau marah oleh changbin, nggak ngaruh apa-apa buat dia. "ya terus kenapa? lagian gue yang jalan, kenapa lo yang nggak suka?"
"ya karena...," changbin mengulum bibirnya, bingung bagaimana harus menjelaskan perasaan marahnys saat melihat chaeyoung bersama cowok lain. "karena...,"
"karena apa?" sergah chaeyoung.
"karena gue nggak suka." akhirnya cuma itu, yang bisa changbin katakan. ia sungguh tak tahu cara mengartikan perasaannya.
"ck, nggak jelas banget sih."
"karena gue cemburu." ucap changbin, berhasil membuat chaeyoung yang sudah berjalan satu langkah dibelakangnya terdiam.
kini keduanya saling memunggungi, dan sama-sama mematung lantas tenggelam dalam pikiran masing-masing.
saat ini changbin tengah merutuki mulut sialnya yang tak bisa dikontrol,
sementara chaeyoung spechless, tak tahu apa yang harus dilakukan saat seseorang mengatakan cemburu karena dirinya.
+++++holla, upate siang-siang nih maafkan btw tolong vomentnya ya, soalnya komen dari kalian itulah yang membuatku semangat update, tapi kalo nggak mau yaudah nggak papa tapi jangan lupa vote.
btw terimakasih masih mengikuti kisah fall apart sejauh ini❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart ;Chaeyoung + Changbin ✔
Fanfic❝Ini hati, bukan hotel yang bisa lo tinggal pergi kapan aja.❞ + lowercase, harsh word inside bbuingchan, 2018