Belakangang ini Aurel makin sering mikirin sosok yang menjadi cowo berarti pertama dalam hidupnya.
Masih aja ia bertanya kepada dirinya mengapa ia tiba-tiba kembali kepada hidupnya. Dan mengapa ia berhasil mengambil ruang sebanyak itu dalam pikirannya.
Setelah Aurel hampir menjadi milik pria lain.
Apakah ini tanda Tuhan?***
3 tahun yang lalu:
Setelah Aurel lulus SMA ibunya memberi tau kepada gadis kesayangannya bahwa ada lelaki yang berniat serius padanya.
Sebetulnya Aurel sudah tau itu. Karena ibunya telah bertanya kepadanya bagaimana tangkapan Aurel jika ada seseorang yang ingin meminangnya.
Reaksi Aurel? Ia senang. Sangat senang. Sampai susah untuk menyembunyikan senyuman yang ingin muncul di atas wajah cantiknya.
Siapa sosok yang ingin menikahinya? Namanya Fano. Lulusan S2, Fakultas Agrobusiness di Montreal.
Pertemuan pertama mereka ga ada istimewanya sama sekali.
Fano adalah teman kuliah sepupu Aurel, yang kebetulan juga sedang melanjutkan kuliahnya di Montreal. Suatu hari mereka berdua main ke rumah Aurel dan ibunya mengajak keduanya untuk ikut makan malam.
Di saat Mika, sepupu Aurel, masih asik berbincang bersama Monsieur Pigé, Aurel dan ibunya mulai membereskan meja makan. Fano langsung menawarkan untuk membantu tapi Bu Neni menolak tawaranya dan menyuruhnya untuk diam saja di tempatnya.
Karena Aurel di saat itu sedang mempersiapkan uas, setelah makan ia langsung pamit untuk melanjutkan belajar. Saat ia keluar kamar untuk mengambil air minum, ia menemukan Fano di dapur dan membantu ibunya mencuci piring. Aurel merasa bersalah karena seharusnya tugas dia dan bukan tamu yang melakukanya.
"Ko mas Fano yang cuci piring? Biar saya saja" Aurel menawarkan.
"Gapapa ko, kasian kalau ibu kamu kerjain semuanya sendiri dan kamu kan lagi belajar. Biar saya aja. Lagian juga ga ada kerjaan lain" Fano kekeuh melanjutkan perkerjaanya.
"Aduh, saya jadi ga enak mas. Masa tamu yang harus kerja" bales Aurel.
Mas Fano hanya ketawa. "Santai aja, kan kata ibu juga anggap rumah sendiri. Kamu lanjutin belajar aja biar lancar uas nya." Dia menoleh ke Aurel dengan senyuman hangat yang melelehkan. Lalu cepat kembalikan fokusnya kepada piring di tanganya.
Aurel terdiam untuk sesaat.
"Katanya mau belajar. Malah ngelamun disini. Mending bantuin daripada bengong, yuk. Tuh kasian mas Fano yang kerjain tugasmu." bu Neni masuk dapur dengan beberapa lap di tanganya.Sebelum Aurel bisa menjawab Fano yang angkat suara "Gapapa ko tante, Fano ga keberatan ko membantu tante biar Aurel bisa fokus belajar."
Aurel masih terdiam, terkagum atas perkataan Fano. "Ya udah, Aurel kalau ga ikut bantuin sono belajar, masih aja bengong" berkata bu Neni.
"Eh, iya mi. Ya udah Aurel permisi dulu ya. Makasih ya Mas Fano" lalu Aurel beranjak kembali ke kamarnya.
***
Beberapa minggu kemudian ada acara mabit selama 4 hari di adakan sama komunitas muslim indonesia Montreal. Aurel serta kedua orang tuanya ikut kegiatanya karena terbuka untuk semua umur, begitu pula Mika dan Fano. Karena perbatasan antara perempuan dan laki-laki selama acaranya sangat terjaga, Aurel tidak bicara dengan Fano lebih dari dua atau tiga kali, dan itupun jika ada keperluan saja.
Tetapi gadis pinter itu perhatikan sahabat sepupunya yang senantiasa membantu di hampir setiap kegiatan walaupun dia hanya peserta. Hingga mereka berdua di masukkan satu tim penjaga anak-mereka TPA untuk kegiatan outdoor di hari terakhir. Disanalah Aurel makin kagum sama sosok Fano yang dengan begitu semangat mengajak adek-adek bermain dan berpetualang kelilingi hutan.
"Senang sama anak kecil, rendah hati, senantiasa membantu, sholeh dan cinta alam. Di tambah punya pengalaman hidup di Kanada. Boleh juga sih sama lelaki indonesia kalau orangnya seperti Mas Fano" pikir Aurel. Sampai ia mengakui kepada ibunya "Seandainya Aurel nikah sama orang Indonesia, maunya dia seperti Mas Fano." Kata-kata yang hanya diucapkan secara iseng karena jarak umur gadis SMA sama mahasiswa S2 lumayan jauh, maka Aurel ga kepikir akan mungkin terjadi hubungan serius antara mereka.
Saat Fano sudah mendekati wisuda S2 nya, ia berencana untuk mencari kerja di Kanada, dan ingin mendatangi orang tuanya Aurel untuk melamar. Tetapi Monsieur Pigé tidak menerima kedatangan lelaki indonesia karena ia merasa putrinya masih terlalu muda untuk terlibat dalam sebuah hubungan serius seperti pernikahan.
Jadilah Fano kembali ke Indonesia untuk melanjutkan perusahaan orang tuanya. Karena ia tetap berencana untuk kembali ke Kanada dan Bu Neni mendukung keinginan putrinya untuk menikah muda, proses Ta'aruf tetap berjalan, mungkin bisa dibilang LDT "Long Distance Ta'aruf". Hingga kedua pihaknya sudah sepakat untuk melanjut ke jenjang pernikahan, tinggal Fano resmi ngelamar kepada ayahnya Aurel.
Lalu, Aurel yang saat itu sudah masuk kuliah semester 2, dapat sebuah pesan dari Masnya:
Mas Fano [12.53]:
Assalamualaikum Aurel,
Maaf jika mengganggu. Saya berharap kabarmu dan keluarga baik disana. Maaf jika kabar ini kurang berkesan. Saya hanya ingin memberi tahu bahwa saya memutuskan untuk mundur dan tidak melanjutkan proses Ta'aruf kita setelah bermusyawarah lagi dengan keluarga. Sekali lagi mohon maaf.
Semoga Aurel segera dipertemukan dengan jodoh yang lebih baik.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuAurel menghela nafas panjang. Lalu ia tersenyum lebar.
"Alhamdulillahi" ucapnya dengan nada pelan. Entah kenapa, ia merasa sangat lega membaca pesan Fano. Ia tak lagi perlu berpikir soal kelanjutan Ta'aruf, pernikahan dan merencanakan masa depanya dengan Fano.Dan ia tak lagi perlu khawatir atas perasaan yang masih tersimpan dalam dirinya untuk seseorang yang bukan Fano. Memang Aurel sangat terkesan atas kepribadian alumni S2 itu, dan tak bisa dibilang ia tidak menyukainya, namun selama proses ta'aruf mereka terkadang masih muncul bayangan Iqbal yang bikin Autel merasa tidak adil jika ia memilih untuk bersama Fano, walaupun ia tidak pernah berharap kembalian Iqbal ke dalam hidupnya.
~ ~ ~
YOU ARE READING
Jika takdir berkata lain...
Fiksi Remaja"Apa yang lebih menyakitkan? Cinta bertepuk di sebelah tangan atau saling mencita tapi tidak bisa bersama?" Sejak SMA Aurelia suka sama Iqbal - tepatnya sejak hari pertama mereka bertemu. Tapi tidak pernah Aurel memberi tau Iqbal atas perasaannya. M...