Mencengkeram, berteriak.
Menggema.Suara tangis itu menggema di suatu ruang. Sang pemilik tangis menangiskan penderitaan, meneriakkan kepedihan.
Pemilik tangis itu menyiksa dirinya, lagi.
Mencekik, kedua tangan itu mencekik leher sang pemilik, meninggalkan perasaan nyaman.
Sakit, namun nyaman.
Sayangnya, nyaman itu seperti obat candu. Hanya sesaat, menunggu pelakunya mengonsumsinya lagi.
Persis. Pemuda itu mencekik lagi dirinya.
Sakit, ia tahu, sangat tahu. Namun perasaan nyaman sudah menguasainya, mengusir perasaan bersalahnya.Ia ingin lagi, ingin lebih dari ini.
Tangannya meraih benda asal, di pukulkannya benda itu ke kepalanya. Berulang, berulang kali.
Tidak, ini belum cukup.
Sebelum tangan itu meraih lagi cutter yang tergeletak didekatnya, tangan lain menahannya.
"Kumohon hentikan, Kuroko."
"...Akashi-kun? K-kau... Belum pulang?"Menggeleng, Akashi Seijuurou melepaskan cengkeramannya pada lengan Kuroko. Akashi sengaja tak pulang lebih dulu, merasa janggal pada sikap Kuroko akhir-akhir ini.
"Aku akan pulang nanti, kalian duluan saja. Aku ingin berlatih sedikit lebih lama."
Atau
"Ah ini jadwalku, kan? Aku akan bersih-bersih sendiri saja, kalian pasti lelah."Apakah Kuroko lupa kalau Akashi adalah pengamat yang baik? Percuma Kuroko memakai senyum palsunya, percuma.
Akashi dengan cepat sadar, Kuroko bersikap mencurigakan.
Benar saja, usahanya pura-pura pulang tak sia-sia. Menangkap basah Kuroko yang berteriak kesakitan di ruang loker sendirian. Menangkap Kuroko yang terus saja menyiksa dirinya.
Memeluk, Akashi berucap pada Kuroko.
"Jangan, jangan lakukan lagi. Aku menyayangimu, Kuroko. Kumohon, ini juga menyakitkan bagiku."Kuroko yang terpeluk, menenggelamkan wajahnya di pundak Akashi. Satu persatu bulir air mata mengalir, membasahi kemeja putih Teiko yang dikenakan Akashi.
"A-Akashi-kun... Maaf.. maaf..." Kuroko memeluk erat Akashi, menangis. Melepaskan apa yang ia tahan selama ini, sakit yang ia sembunyikan dari semua orang.
"Ceritakan saja padaku, oke?" Mengusap punggung Kuroko, Akashi tersenyum hangat. Ingin menenangkan pemuda biru langit kawan sekaligus kekasihnya.
Kuroko hanya bisa mengangguk pelan, berusaha tersenyum. Mungkin memang, mencintaimu Akashi adalah pilihan yang tepat. Hanya ia yang bisa menenangkannya sekarang.
"Ha'i, Arigatou, Akashi-kun." Ucapnya pelan, tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
SentimentaL - Kurobas Drabbles
FanfictionIni bukan kisah sesungguhnya. Hanyalah sebuah kisah dan alur yang berbeda. -Cerita ini bisa berakhir bahagia, atau menyedihkan- Kuroko no Basuke The Basketball Which Kuroko Plays ©Fujimaki Tadatoshi All i do was creating the new plot, all characters...