NOTE: MENGGUNAKAN GUE, LO.
CERITA INI SAMBUNGAN DARI CERITA SEBELUMNYA.
Sejak kepindahan Pika, gue sering menyendiri di kamar Abang gue sambil memutar lagu Glen Fredly yang berjudul Januari. Gue menghayati lagu itu bait demi bait. Terkadang gue mengikuti Glen bernyanyi, dia suara satu, gue suara seratus satu, "Hiyee ... Huwwwuww ...." *Dilempar mikropon
Satu-satunya kenangan Pika yang masih gue simpan adalah coretan tornado yang ada di buku MTK. Gue sering memandangi buku itu, menghirup bau tintanya, dan membelainya hingga ketiduran. Pas bangun, iler gue malah membasahi coretan Pika. Alhasil: angin tornado vs banjir bandang.
Hampir setiap pagi di dua minggu pertama setelah kepergian Pika, gue sering ke terminal untuk melihat bus jurusan Tayan, tempat di mana Pika sekarang berada. Gue sering berandai-andai untuk bisa menaiki bus tersebut dan pergi menyusul Pika. Tapi apa daya, gue hanyalah seorang bocah yang kalau main di belakang sekolah aja sering lupa jalan pulang. Oleh sebab itu, gue pun mengurungkan niat gue untuk menyusul Pika dengan bus tersebut.
***
Libur kenaikan kelas telah selesai. Sekarang gue resmi berada di kelas enam. Satu hal yang membuat kelas enam berbeda dengan kelas sebelumnya adalah pada mata pelajaran tambahannya, yaitu bahasa Inggris. Karena gue pernah ikutan les bahasa Inggris, pelajaran itu jadi terasa mudah buat gue.
Tidak semua anak yang berada di kelas enam menyukai pelajaran bahasa Inggris, contohnya Andre. Setiap ada PR bahasa Inggris, pasti Andre menyuruh gue untuk mengerjakannya. Dan gue nggak pernah menolak permintaan Andre tersebut, soalnya imbang; gue beri dia jawaban, dia beri gue uang jajan tambahan.
Bagi Andre, mengeluarkan uang lima ribu perak untuk gue yang sudah membantu dia mengerjakan PR bukanlah hal yang sulit. Karena Andre termasuk anak yang paling kaya di kelas. Bapaknya supir truk, Ibunya punya warung makan. Beda sama gue, Bapak dan Ibu gue seorang guru, anaknya tukang minta uang jajan. Hadeh ....
Tata tertib dan aturan dalam mengerjakan PR Andre sudah disusun dengan sedemikian rupa. Pertama, Andre harus datang setengah jam sebelum bel tanda masuk berbunyi, biar gue punya kesempatan untuk menyalin tugas yang sudah gue kerjakan di rumah. Kedua, karena gue juga yang menuliskan pekerjaan rumah itu untuk Andre, maka gue punya kebebasan untuk memperjelek tulisan yang gue buat, tujuannya mulia: agar tidak ketahuan kalau yang mengerjakan PR Andre adalah gue. Ketiga, Andre harus membawa uang jajan yang banyak, sebab gue makannya banyak. Oke, yang ketiga kayaknya nggak terlalu penting.
***
Salah satu hobi Andre adalah bermain dan membeli mobil mini 4 WD. Sebagai teman akrabnya, dia selalu mengajak gue kalau membeli mobil mainan tersebut.
"Zid, nanti sepulang sekolah antar gue beli mobil tamiya, ya!" pinta Andre.
"Siap. Jam berapa?"
"Sekitar jam satu siang."
"Sip."
Andre melirik ke buku PRnya yang sedang gue kerjakan. "Udah sampai mana?" tanyanya.
"Bentar lagi selesai."
"Zid, emang tulisannya harus sejelek itu, ya?"
"Ndre, semua guru kan sudah mengenali lo sebagai anak yang nakal dan malas belajar. Di mana-mana, anak kayak lo itu nggak ada yang tulisannya bagus. Jadi, semakin jelek tulisan gue ini, maka guru akan semakin yakin kalau lo yang ngerjain PRnya."
Andre menatap wajah gue kemudian melihat lembaran PRnya yang penuh dengan tulisan seperti cacing yang lagi cacingan, "Oke." Andre menepuk pundak gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sublimasi Patah Hati
HumorMenertawakan Kisah Patah Hati. Berapa kali kita patah hati? Berapa kali kita jatuh dan tersakiti? Seringnya kita menangis dan menyesali. Mengapa kita takut untuk menceritakannya, menertawakannya dan menjadikannya sebagai penyemangat dalam hidup...