TUHAN PASTI MARAH

62 1 0
                                    

Malam ketika pintu terbuka tiba-tiba, "Astafirrullah hal'azhim, Wendi!” Mama terbelalak tak percaya dengan penglihatannya, "apa yang kalian lakukan?"

"Aaa-anu, Tante! " Gugup Rere tak tahu harus menjawab apa.

Lalu ia  menyambar pakaian yang tergeletak di ranjang, secepat kilat menghilang ke dalam kamar mandi.

Sementara  Wendi buru-buru menutupi tubuh dengan selimut dari pandangan Mama, yang shock melihat perbuatan mereka barusan.

Merasa jengah privasinya diterobos, Wendi lantas menghardik, "Mama, keluar!"

"Kalian sudah gila?" ucap Mama, shock! "Ya Allah …, setan apa yang telah merasuki putriku! Kalian ... Kalian ...!" kalimat mama terputus. Tubuhnya bergetar hebat,  sambil memegang dada, beliau ambruk. Pingsan!

Rere muncul dari balik pintu kamar mandi, sambil membenahi dirinya yang aut-autan, lalu menyaksikan sosok yang tergeletak di lantai, perempuan itu bersimpuh mendekati tubuh wanita paruh baya tersebut, menyentuh sambil memanggil, “Tante?”

"Kau pergi saja, Rere!" perintah Wendi, sambil menyibak selimut bangkit dari pembaringan, ia lekas berpakaian dan mengenakan jaket kulit hitam gaya gothic ciri khasnya.

Wendi berlutut ke dekat tubuh Mama, kemudian membopongnya, lalu merebahkan tubuh wanita tersebut ke pembaringan dan bilang, "Sebaiknya kau pulang, sebelum menimbulkan masalah dengan suamimu yang sakit jiwa itu, Rere! Aku bisa mengurus Mama dari sini."

Rere nampak bimbang, bibirnya terkatup, lalu bergegas menarik tas tangan dan sweater yang tergeletak di atas lantai, saat mereka usai bermain di atas ranjang, ia segera meninggalkan kediaman Wendi.

Rere bergegas menyelinap pulang ke rumah suaminya, begitu masuk dan menutup pintu, kepalanya disandarkan ke panel pintu, galau. Tiba-tiba satu bisikan lembut terdengar jelas di telinganya.

"Sayang …."

"Akhh ...."

Desah Rere terkejut, melengos ke samping bahu, sesaat menyadari sosok yang telah berdiri gagah bertelanjang dada di balik punggung.

"Dito?" Rere terhenyak sesaat.

Sebab itu adalah isyarat bagi Rere, malam mencekam belum berakhir, tepatnya ... baru akan dimulai.

"Aku merindukanmu malam ini, Sayang."

Desah sebuah suara dari lelaki yang memberinya mimpi buruk, tak lebih kepada menempatkan nafsu dan ego sebagai kekuasaan. Menjadikan Rere sebagai objek kelainan seks.

"Tidak!" jerit Rere, ketika tangan besar lelaki itu menjambak rambutnya, kasar! Ini saat Rere harus menunjukan harkat sebagai perempuan.

'PLAK!'

Satu tamparan keras tangan Rere melayang berbalik menjamah pipi suaminya.

Wajah lelaki itu melengos, menjilati darah dari bibir yang sedikit robek, lalu menatap tajam.

"I thought, I need It, Bebs!"

Dan, malam naas bagi Rere tak terelak seperti malam yang sudah-sudah, semenjak pria itu mempersunting ia sebagai istri. Rere tak pernah tahu sejak awal, bahwa lelaki sempurna di hadapannya memiliki kelainan seksual, BDSM!

Itu penyebab Rere berpaling, sebagai femmenya butchy-Wendi. Bagi perempuan rapuh itu, suaminya tidak menggauli dirinya, melainkan berlaku seperti binatang! Berbeda halnya dengan Wendi yang tahu kebutuhan akan sentuhan lembut, mungkin ini yang dinamakan naluri perempuan.

***

"Sial!" Maki Wendi, sambil menendang sofa dan kemudian menghempaskan diri ke atasnya, begitu tiba di Base-Came, tempat ia dan rekan-rekannya berkumpul. Ia merebut kaleng beer dari tangan Ines di sampingnya, lalu meneguk tandas, bersendawa dan meludah sesuka hati ke samping sofa.

TUHAN PASTI MARAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang