AUTHOR P.O.V
"Kenapa kau lama sekali sih?!"
Sambil berkacak pinggang gadis itu berteriak ke arah laki laki di hadapannya.
"Sudah ku katakan, kau jalan saja duluan, tidak perlu menungguku disini kalau ingin lebih pagi sampai sekolah"
laki-laki itu tetap tenang menjawab pertanyaan gadis di depannya, dengan tampang wajahnya yang seperti air di danau suci yang tenang. Ia pun berlalu melewati gadis yang terlihat masih tak habis pikir dengan jawaban yang Ia berikan.
"Eeeiii~ Hwang Minhyun~ kau harusnya bersyukur karena aku masih setia menjadi sahabatmu, menunggu mu setiap pagi, menemanimu di atap sekolah yang sepi, pulang bersama, memberikanmu nasihat, mendengarkan ocehanmu yang seperti seorang guru besar di harvard, coba kau pikir lagi, siapa yang kuat berteman bertahun tahun dengan laki laki, membosankan, serius, dingin, tanpa ekspresi sepertimu? Hah?! Bahkan aku yakin ikan mu si momo itu sudah berkali kali muntah darah melihat kelakuanmu"
Gadis itu terus saja mengutarakan kekesalannya sembari mengekori sahabatnya yang tetap tenang mendengarkan ocehannya. Sampai tiba tiba sahabatnya itu berbalik dan mengacungkan jari telunjuknya ke arah bibir gadis itu.
"Hei, Lee Soojung.. bisakah kau diam untuk sebentar saja? Kau terlalu banyak bicara, bahkan suara mesin motor valentino rossi saja jauh lebih tenang dari pada mulut mu itu."
Laki laki bernama Minhyun itu pun berbalik dan kembali melanjutkan perjalanannya, tidak lupa ia menarik pergelangan tangan gadis yang terlanjur kesal sampai menghentak hentakan kakinya di jalanan karena tidak tahu bagaimana harus menghadapi sifatnya.
Tetapi gadis bernama Soojung itu juga tidak berkata apapun lagi. Ia hanya mendengus kesal sambil terus membiarkan tangan mungilnya di tarik paksa oleh laki laki didepannya. Harus Soojung akui, tangan Minhyun yang hangat memang selalu bisa membuat besi yang melapisi hati dan pikirannya melunak.
"Hwang Minhyun.. sifatmu dingin tapi tidak dengan tanganmu" ucapnya dalam hati.
•••••••••••
SOOJUNG P.O.V
"Lee Soojung!!!"
Choi Hara.. gadis itu selalu saja berteriak, bahkan saat sedang berbicara normal pun ia tetap seperti orang yang berteriak. Aku tidak mengerti, apa ibunya suka menjadikan pengeras suara sebagai camilan saat sedang mengandungnya?
"Bisakah kau tidak usah berteriak Hara?! Aku belum tuli."
Tidak habis pikir, bahkan suara si "michara" (dari kata "Mic" dan "Hara") ini pun terdengar menyebalkan, bukan hanya suara tenang si "guru besar harvard" itu saja yang bisa membuatku sedikit mendengus kesal ketika ia mulai menceramahi diriku.
"Kau harus mendengarkan berita terhangat ini." Lanjutnya cepat. Setidaknya saat ini suaranya menjadi "sedikit" normal, tanpa mengeluh sedikitpun tentang protesku karna suaranya yang terlampau nyaring, yaaa memang dia juga sudah terbiasa sih dengan protesku barusan.
"Berita terhangat apa lagi? Apakah idolamu berkencan sekarang?" Aku menjawab asal asalan
"Lebih dari itu.. rival abadimu Jeon Jungkook.. dia akan pindah ke kelas ini, menggantikan si Gunhee yang kemarin ketahuan pacaran dengan Hyojin saat jam pelajaran."
"Jjj.. jeo.. jeon.. jungkook?!?!?!"
Aku hampir saja melepaskan kedua bola mataku sebelum aku memejamkan mataku tiba tiba karena kepalaku yang mendadak sakit karena memikirkan hari hari ku yang berharga akan menjadi berat dengan hadirnya laki laki bernama Jeon Jungkook itu.
"Akan jauh lebih baik jika Minhyun si manusia es itu yang pindah ke kelas ini" protesku dalam hati yang tanpa sadar kembali menyebutkan nama Minhyun. Nama yang selalu ku jadikan alasan disetiap kesialan maupun keberuntunganku.
Walaupun menyebalkan tetapi entah kenapa Minhyun seakan akan menjadi tamengku selama ini. Entah sejak kapan, tetapi aku selalu merasa aman kalau ada dia disisiku. Kami berteman sejak kecil dan ia tipe orang yang sangat loyal, ia menganggapku seperti adik nya walaupun kami seumuran. Dia memang sempat memiliki seorang adik, namun suatu hari sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa adiknya membuat minhyun si manusia es berubah menjadi orang yang penuh penyesalan dan rasa bersalah. Sejak saat itu ia bertekat untuk melindungi perempuan yang dianggapnya penting dalam hidupnya.
Dan akulah.. salah satunya.
•••••••••••••••••
JUNGKOOK P.O.V
"Jeon Jungkook, mulai hari ini kamu pindah ke kelas 12-1"
suara Ms. Park yang tidak terbantahkan masih terngiang di kepalaku. Di pindahkan ke kelas baru bukan hal yang berat untukku, hanya saja aku terlalu malas untuk memulai semuanya dari awal. Aku sudah cukup nyaman dikelasku ini, walaupun aku juga jarang berinteraksi dengan teman teman sekelas.
Namun yang membuatku gundah adalah Lee Soojung. Rivalku yang ada di kelas 12-1. untuk meraih posisi siswa unggulan di sekolah ini sangat sulit karena pasti dia orang pertama yang berada di posisi itu. Kenapa aku menyebutnya rival? Karena dia yang membuatnya sendiri, hanya karena waktu itu aku berhasil memecahkan sebuah soal matematika untuk olimpiade antar sekolah dan dia tidak terima karena aku yang dikirim bukannya dia.
"Hhhhhh..." ku hela nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu dan masuk kelas itu. Dan benar saja tepat ketika satu langkah kaki ku menginjak lantai kelas itu seketika itu juga tatapan itu seakan ingin menelanku.
"Jeon Jungkook, bersabarlah.. tahan emosimu.. aku harap aku tidak menyakiti gadis itu hanya karena tatapannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon and The Star
Fanfic"Kalau ku ibaratkan.. Ia bagaikan bintang yang berhamburan di langit luas.. memenuhi langit malam yang sulit kau tebak.. Bintang yang tidak pernah berubah.. Hanya saja disuatu malam ia akan muncul dan di malam berikutnya ia akan hilang.. Lalu.. Baga...