Veranda menyodorkan tas yang dia pegang pada Keynal saat Keynal keluar dari kantornya membuat Keynal terkejut, Keynal menatap Veranda yang tersenyum padanya.
"Thanks" ujar Veranda
Keynal mengambilnya kemudian sedikit mengintip apa isi dari tas itu ternyata tempat makan siangnya.
"Aku menyukainya" ujar Veranda
"Oke" jawab Keynal dingin
Veranda mengerutkan keningnya, tumben sekali reaksi Keyn seperti itu.
"Kau marah?" tanya Veranda
Keynal menggelengkan kepalanya kemudian berjalan meninggalkan Veranda membuat Veranda semakin bingung.
"Keynal" panggil Veranda dan menyentuh lengan Keynal
Dengan segera Keynal melepaskan tangannya dari Veranda membuat Veranda terkejut dan menatap tidak percaya dengan sikap Keynal. Keynal mengabaikan Veranda a, dia berlalu begitu saja dan Veranda hanya diam mematung menatap punggung Keynal.
"Dia sedang bad mood" bisik Vino dan berhasil mengejutkan Veranda
"Kqu mengejutkanku"
Vino tersenyum.
"Bad mood kenapa? Apa kau tahu?"
"Aku tidak tau, sejak tadi siang setelah makan siang dia berubah murung, aku bertanya saja dia abaikan"
Veranda terdiam, dia tahu kenapa Keynal bad mood, pasti karena dirinya. Veranda melihat Keynal yang sudah berada di dalam mobil dan menunggu Vino.
"Apa kau akan pulang dengan Keynal?"
"ttentu, kita satu rumah"
"Kau pake mobilku"
Veranda menyerahkan kunci mobilnya pada Vino
"Lalu kau?"
"Tentu saja pulang dengan Keynal" senyum Veranda dan pergi berlalu
Vino melongo tapi dia memahami kenapa Veranda bersikap seperti itu.
Veranda masuk kedalam mobil Keynal, Keynal melirik sekilas kemudian menyalakan mobilnya meninggalkan kantornya tanpa banyak bertanya. Di dalam mobil Keynal tidak banyak bicara, dia hanya fokus menyetir membuat Veranda bingung harus berbicara apa.
Keynal memarkirkan mobilnya begitu tiba dirumah Veranda, Veranda melirik Keynal yang masih diam.
"Kau marah?"
"Tidak, pulanglah, aku lelah ingin segera beristirahat"
"Sorry" lirih Veranda
Veranda tahu apa salahnya, dia tidak menghargai perhatian Keynal dan sekarang dia menyesalinya.
Keynal menarik nafasnya kemudian melirik Veranda yang tertunduk.
"Pulanglah, sudah larut malam, apa dirumahmu tidak ada orang? Kenapa rumahnya gelap?"
Veranda melirik rumahnya yang gelap, seingatnya keluarganya tidak pergi kemana-mana apa mungkin mereka pergi tanpa memberi tahunya. Veranda mengambil ponselnya kemudian menghubungi Shani tapi tidak diangkat, dia kemudian menghubungi Ayahnya.
"Dad, where are you?"
"Sorry baby, kita sedang di bandara menuju Manado, pamanmu mengalami kecelakaan dan aku harus melihatnya, ibu dan adikmu ternyata ingin ikut jadi kita semua pergi meninggalkanmu, don't worry kita pergi tidak akan lama"
"Papah, kau tahu aku tidak bisa tinggal sendiri dirumah besar kita, ini menakutkan dad" rengek Veranda
"Sorry baby, kau bisa mengajak Shania atau siapapun untuk menemanimu"