18. Gosip - digosok makin sip

8.3K 1.6K 73
                                    

Jangan remehkan orang yang lemah. Karena sang pemenang tidak selalu berasal dari orang yang kuat. Namun pemenang yang sesungguhnya adalah yang mampu bertahan walau dalam sebuah kesulitan.

Tidak perlu diragukan lagi, tinggal dalam perumahan di mana batas dinding satu sama lain saling menyatu membuat gosip lebih cepat menyebar. Buktinya pagi ini Nada sudah heboh mendengar gosip tentang tetangga sebelah rumahnya.

Di mana ibu-ibu komplek itu menggosipkan si don juan memiliki perempuan idaman lain yang membuat istri sahnya sakit hati. Memang sehabis dua hari yang lalu, Nada melihat perempuan cantik keluar dari rumah tersebut, dia belum sekali pun melihat Lila kembali. Ibu satu anak yang biasanya memiliki karakter heboh di antara yang lainnya, nampak lenyap bagaikan ditelan bumi.

Bahkan pintu rumah yang biasanya kerap kali terbuka, sudah dua hari ini masih saja tertutup rapat. Sampai-sampai menimbulkan gosip baru lainnya, di mana menyebutkan bila Lila telah meminta cerai kepada suaminya.

Entah mana yang benar, Nada sendiri bingung. Dia ingin sekali mengabaikan gosip ini. Tetapi rasanya telinganya panas bila setiap saat ibu-ibu lain terus saja membicarakan pasangan itu.

"Wuh, dasar. Nggak ditukang sayur. Nggak disaat lagi nyapu halaman, atau lagi temanin Bang Zhafir main, ada aja ibu-ibu yang ngegosip," gerutu Nada lelah.

Dia terduduk di sofa, memijat kepalanya sambil memperhatikan putra semata wayangnya sedang menikmati kartun berupa bis kecil.

"Minum dulu kau pusing," ucap Agam yang tiba-tiba saja datang memberikan Nada segelas air putih.

"Iya, pusing aku rasanya tinggal di komplek kayak begini. Apa-apa digosipin,"

Di sampingnya Agam hanya terkikik geli mendengarkan curahan hati istrinya di pagi hari.

Perlahan-lahan dengan segenap perasaan cinta, Agam mengusap punggung Nada sayang. Walau pada bagian itu terasa basah akibat keringat Nada setelah menyapu halaman rumahnya, sedikit pun Agam tidak pernah ragu untuk mengusapnya. Bahkan dengan sayang, Agam mencium bagian pipi Nada. Lalu tersenyum lebar.

"Udah dong marahnya. Kalau kamu dengar ada orang yang bergosip seperti itu, memangnya mau kamu marahi mereka semua? Nggak akan bisa, sayang. Tapi kamu bisa coba saranku, lebih baik kamu tutup telingamu rapat-rapat agar tidak terpancing emosi ketika mendengarnya. Karena jumlah mulut mereka lebih banyak jika dibandingkan jumlah tangan yang kamu miliki." ucap Agam memberitahu Nada hal apa saja yang mungkin bisa membantu istrinya itu.

"Tapi kan gemes juga. Apalagi aku juga penasaran, dapat gosip dari mana mereka. Kok bisa-bisanya secepat itu gosipnya," gerutu Nada gemas sendiri.

"Namanya juga gosip, Yang. Aku nggak berhak mengomentari mereka buruk. Karena aku pun juga manusia, sama seperti mereka."

"Tapi kamu beda, Yang. Kamu tuh..."

"Apa bedanya? Aku pun juga akan mati. Aku pun juga punya rasa penasaran. Aku juga punya emosi. Semua manusia pasti punya, sayang. Terlebih lagi ini perkara tentang gosip. Ghibah. Yang dibicarakan semakin dalam, akan semakin menarik dan nikmat tentunya. Entah gosip itu berasal dari mana. Yang kutahu, manusia akan membuka kedua mata dan telinga selebar-lebarnya bila itu berhubungan dengan orang lain. Sedangkan bila berhubungan dengan diri sendiri, manusia akan secepat mungkin menutup mata. Dan beranggapan bila semuanya telah begitu sempurna," jelas Agam.

"Iya juga sih." sambut Nada menyetujuinya.

"Karena itu, kamu tidak perlu sama seperti mereka. Mendengarkan boleh. Mengomentari. Jangan."

"Kenapa jangan?" tanya Nada penasaran.

"Karena aku pun tidak yakin mampu menjadi yang terbaik bila suatu saat masalah itu menghampiri keluarga kita. Mungkin saja akan lebih parah dari masalah tetangga sebelah kita. Atau mungkin lebih mudah. Namun bila kamu berharap semua itu tidak mungkin terjadi, menurutku adalah sebuah harapan bodoh." tutup Agam.

PERAN - 2 (PERFECT FAMILY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang