*** Camera, Rolling, and Action***
Take 1: New Staff.
*************************************
Riley (POV)
RWM Studio, We Are Showing You, Not Telling You.
Here we are, tempat Riley Norwood, seorang script writer mencakup scenario writer handal berusia mendekati kepala tiga bekerja. Tepatnya, hari pertama masuk kerja. Siapa Riley? Well, that's me.
Hari ini aku akan mulai bekerja di RWM Studio yang memiliki motto cukup keren. 'We Are Showing You, Not Telling You'. Great, sebenarnya aku jarang memuji, tapi tempat ini keren juga. Bangunannya sengaja didesain semodern mungkin, namun tidak kehilangan unsur unik yang khas. Misalnya saja, lambang clapperboard yang sudah luar biasa terkenal setiap ada pengambilan gambar dipasang besar-besar sebagai banner, dan di sampingnya terdapat tulisan 'RWM STUDIO'. Selain itu, di kanan kirinya terdapat banyak pepohonan rindang, meski terlihat tak terurus sama sekali. Jendela-jendelanya besar, namun modern, dan pintunya berupa pintu yang mendeteksi sensor tubuh. Aku bisa paham, sebenarnya. Sebab apabila ada staff atau kru yang buru-buru dan membawa barang bawaan luar biasa banyak, ia tidak perlu repot-repot membuka pintu. Di kedua sisi pintu itu terdapat teralis besi yang bisa ditarik dan didorong. Kuasumsikan, hal itu demi keamanan.
Aku melangkah memasuki ruangan depan sekaligus ruangan utama RWM Studio. Di sini terdapat banyak orang berlalu lalang. Ada yang sedang asyik bicara sambil membawa kamera, ada pula yang asyik flirting satu sama lain, padahal kelihatan sekali bahwa mereka baru saja lembur.
"Pagi, honey!"
"Morning, dude!"
"PROPERTI PANCAKENYA DI MANA?"
Baiklah, abaikan yang terakhir. Baru saja ada orang lewat sambil berteriak mengenai pancake, rainbow cake, dan donat. Aku melewati orang-orang ini dan memasuki lorong panjang, berusaha meninggalkan keramaian. Dari jauh aku masih bisa mendengar 'pria pancake' itu berteriak-teriak, dan kali ini ia bertanya tentang sirup maple. Entah apa yang sebenarnya dia lakukan.
Aku membuka handphoneku dan mencari pesan yang ditinggalkan oleh Mr. Ericson mengenai kepindahanku kemari. Pada pesannya, aku diminta menemui salah satu sutradara sekaligus orang yang menjalankan RWM Studio ini, Damon Shad, untuk mengurus data dan tugas-tugasku selanjutnya. Ia bahkan mengirimiku foto Damon. Sayangnya, ia tidak bilang di mana aku bisa menemui orang ini.
Kulirik sekitarku, kutengok ke belakang, samping, lalu kembali ke depan. Aku tersadar jika bangunan ini sebenarnya sangat luas.
Man, ini akan melelahkan.
***
Angkat tangan.
Aku menyerah. Yeah, aku menyerah.
Tempat ini terlalu besar dan aku tidak menyangka kalau bangunan ini punya tiga lantai. Sedari tadi aku berputar-putar di sekitar lorong, kemudian menuju ke utara, di mana aku menemukan sebuah meeting room yang besar, namun kosong. Lalu aku bertanya pada salah satu staff tentang Damon dan dia menunjuk ke timur, ke arah smoking room. Di sana hanya ada beberapa pria dan satu orang wanita yang sepertinya tengah mabuk pekerjaan, maka aku memilih diam. Aku menuju ke lantai dua, sialnya lift mati. Damn, aku hanya bisa menggerutu. Setelah berjuang naik tangga, di lantai dua aku hanya menemukan ruang properti dan tempat penyimpanan kostum, serta ruang rapat lain yang ukurannya lebih kecil. Nyaris semuanya terkunci. Lalu aku menuju ke lantai tiga, lagi-lagi pakai tangga. Di lantai tiga, tidak ada orang. Sunyi. Senyap. Lampu dimatikan di lantai ini. Aku akan mengutuk siapa pun jika aku menemui sosok putih berambut pirang menyanyikan lagu Gloomy Sunday. Di lantai tiga, aku hanya berdiri sekitar dua puluh detik, mencari tanda-tanda kehidupan, dan segera lari ketakutan. Bukannya aku penakut, tapi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Camera, Rolling, and ACTION!
RomantizmRiley, seorang script dan scenario writer memasuki tempat kerja baru, yaitu RWM Studio. Di sana dia bertemu dengan banyak makhluk aneh bin ajaib. Mulai dari Damon sang sutradara yang cuek, Sean si Graphic Artist yang dingin sekaligus hangat, hingga...