day eight : against the wall
.
.
.
waktu telah menunjukan pukul tujuh malam. matahari sudah meninggalkan langit, memunculkan bulan dan sedikit bintang, mengingat ini di kota bukan pedesaan. seongwoo berharap, di hari yang melelahkan ini, paling tidak, dia bisa melihat kerlap-kerlip di langit gelap menemaninya dalam perjalanan ke asramanya.
jarak sekolahnya ke asrama bisa dibilang jauh, tetapi tidak begitu jauh. jauh karena butuh setengah jam menggunakan kaki. akan terlihat lebih dekat jika menggunakan bis yang hanya memakan waktu setengah dari waktunya berjalan kaki. sejak minggu lalu, seongwoo mulai memilih untuk mengambil rute "jauh" daripada rute "tidak jauh"-nya. yaitu jalan kaki.
bukan berarti mau pamer dia sedang diet atau apa. tubuhnya kurusnya tidak dirancang untuk diet lagi. faktanya dia sehat-sehat saja.
lalu apa yang membuat seongwoo memilih itu?
seongwoo berhenti sejenak di depan pintu masuk asrama. ia menarik dan menghembuskan napasnya sebelum memencet tombol persegi panjang yang diberi stiker "ong seongwoo" diikuti dengan suara dengungan pelan.
seongwoo masuk, tidak lupa menutup pintunya dengan perlahan sehingga tiak menghasilkan suara sama sekali. kaki panjangnya menaiki tangga kayu sepelan mungkin, karena tangga itu rawan mengeluarkan decitan yang menjengkelkan baginya.
seongwoo tidak salah alamat sampai pakai acara mengendap-endap begitu kok. dia sedang menghindari seseorang.
seseorang itu siapa?
saat ini seongwoo menolak untuk membicarakan hal itu.
ketika alas sepatunya menapak di anak tangga keempat, tiba-tiba telinganya menangkap suara pintu dibuka dengan kasar dilanjutkan dengan suara hentakan kaki—yang seongwoo yakin akan mengganggu tetangga lain yang berada di lantai itu—mendekatinya.
tanpa menoleh seongwoo sudah tahu. satu-satunya penghuni yang berani membuat keributan di asrama ini hanya orang itu.
tidak pakai babibu, seongwoo menaiki dua-tiga anak tangga sekaligus, setengah berlari ke lantai tiga dengan harapan tidak perlu berhadapan dengan orang itu.
itu jawabannya. hwang minhyun. keponakan bu asrama alias ren a.k.a. choi minki. minhyun tinggal di asrama milik kerabatnya—atau lebih tepatnya suami kerabatnya—dengan alasan sekolah.
baik, cukup tentang minhyun, kembali yang terjadi sekarang. napas seongwoo sudah tersengal-sengal di lorong dimana kamarnya berada. tinggal empat pintu di sebelah kirinya lagi. tinggal dua. tinggal...
BRAK.
"hentikan permainan kucing-tikus-mu, ong seongwoo."
seongwoo merasakan deru napas minhyun menerpa tengkuknya. ia menelan ludahnya kasar melihat kedua tangan minhyun membatasi ruang geraknya dengan pintu kamarnya. seongwoo cepat-cepat merogoh sakunya, untuk mengeluarkan kunci, sambil membuka pintu. sayangnya, seongwoo kurang tangkas dalam mencegah minhyun masuk. tubuhnya tiba-tiba sesak oleh pelukan erat minhyun.
"lepasin!" tukas seongwoo mendorong minhyun sekuat tenaga. ia berhasil lepas satu kali namun minhyun kembali mendekapnya. kini sambil menciumi telinga dan leher seongwoo.
"aku kangen kamu woo."
seongwoo merinding mendengar suara rendah minhyun tepat di telinganya. sebuah sensasi yang mencampur aduk perasaannya. seongwoo pasrah dan membiarkan minhyun lanjut mengecupi wajahnya berkali-kali.
"sudah berapa lama kita gini terus?"seongwoo mulai was-was dengan gelagat minhyun yang seperti akan melepas pakaiannya dan melakukan itu.
seongwoo tidak menjawab. minhyun tersenyum simpul dengan silent-treatment seongwoo. ia menghela napasnya dan membalik tubuh seongwoo serta mendorongnya ke dinding dengan sedikit kasar. seongwoo mengaduh pelan ketika kepalanya berkontak keras dengan dinginnya dinding. ada perasaan bersalah di hati kecil minhyun, tapi emosinya lebih mendominasi.
"kenapa nggak baca chat? nggak angkat telpon?" interogasi minhyun dengan dingin. tangannya meremas-remas bokong seongwoo gemas, kemudian melepas celananya hingga memunculkan kulit halus bokong seongwoo. minhyun pun mengeluarkan penisnya yang sudah mengeras sejak bercumbu dengan kulit seongwoo tadi. seongwoo terkejut saat penis minhyun menyentuh lubang masuknya.
"minhyun...na-nanti sakit..." kata seongwoo takut-takut., meskipun dia sendiri sudah sangat ingin benda itu segera di dalam tubuhnya. seongwoo memekik ketika penis minhyun masuk ke lubangnya dengan paksa dalam sekali hentakan.
minhyun, yang pada dasarnya tidak tega-an, langsung mengecup pipi seongwoo yang berlinang air mata kesakitan.
"maaf, woo." gumam minhyun kemudian mulai memaju mundurkan pinggulnya. menggesekan penisnya dengan dinding anal seongwoo yang sempit. rintihan kesakitan seongwoo perlahan ganti dengan desahan. desahan yang lama tidak didengar oleh minhyun, sejak mereka beradu mulut seminggu yang lalu.
setelah kejadian itu mereka tidak berbicara satu sama yang lain dan tidak berkontak sama sekali. sebenarnya minhyun sudah mencoba untuk berbaikan dengan seongwoo sejak kemarin lusa, tetapi seongwoo terlalu jual mahal untuk berbicara balik dengannya.
karena sudah lama tidak mendengar desahan seongwoo yang berisik, minhyun mempercepat tempo menggenjotnya.
"ahhh~m-minhyunhh haaahh ahh~!"
seperti biasa, seongwoo keluar lebih dulu disusul minhyun. minhyun, masih dalam proses pemulihan dari pelepasannya, tidak merasakan cubitan seongwoo di tangannya.
"duuhh! liat tuh temboknya jadi kotor!"
minhyun—tanpa melepas tautan intimnya—menjauhkan tubuh seongwoo dari dinding untuk melihat apa yang dilihat seongwoo. seongwoo, yang masih sensitif, mendesah lagi saat penis minhyun tidak sengaja bergerak-gerak di analnya.
"tinggal di cat. selesai kan?"
adalah jawaban minhyun sebelum mengangkat seongwoo ke kamar tidur.
_________________
yang belum milih tempat tema in public, monggo di buka "day seven":))
tbc.
.
up next : "day nine : skype sex"
KAMU SEDANG MEMBACA
《discontinued》die Stabilisierung;; onghwang+-30 days otp nsfw
Fanfic-e, Stabilisierung trans : stabilization verb : stabilize sentence : "your very existence stabilizes me." ! 30 days otp challenge nsfw vers. ! ! nsfw ! ! lowercase intended !