Wajah kotakku

24 1 0
                                    

Kini telah dewasa, menjadi gadis manis. Berlenggok dengan tubuh sintal
Sama seperti jalan yang kususuri pagi ini, ramai sesak dengan kendaraan berlalu-lalang memadahkan setiap jengkal jalanan. Kadang memaksa kita menjadi manusia pengutuk, mengumpat sopir angkot atau sebatas pandangan sinis kepada pengendara motor yang merampas hak pejalan kaki, memperkosa trotoar-trotoar jalan.

Lalu pandangan tertuju pada gedung-pencakar langit, di samping kiri-kanan berdiri pabrik-pabrik dengan deru mesin tiada henti bersuara, memekik telinga. Cerobong asap terus mendulang racun kimiawi, sarapan sehari-hari anak sekolah. Di mana lagi tempat menghirup oksigen? Sedang kepala pepohonan ditebang hingga tak berkaki, digantikan papan-papan reklame. Pesawahan hanya tinggal dongeng, tergantikan dengan tembok-tembok perumahan, memblokade kasta-kasta dan trah bermasyarakat.

Dan akhirnya sebuah tanya terus menyesap dalam dada, terlenting pada pesulap di kota ini. Mereka pikir sudah menjejak di puncak keberhasilan. Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.

Sebab anak desa pun butuh ruang dan udara, tempat menarasikan mimpi dan cita. Atau sekadar mewarnai hari.

Tng 191217

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wajah KotakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang