9.

1.5K 238 17
                                    

•nine; first holiday•

"Aku tunggu di taman ya, Hoseok. Lima menit lagi aku akan berangkat. Sampai bertemu disana, Hoseok -ah."

Saerin memasukkan ponselnya kedalam tas kecil miliknya. Ia segera mengambil flatshoes berwarna putih gading miliknya pada rak sepatu yang terdapat di pojok ruangan kamar. Setelah selesai memakai sepatu, ia segera berlari menuruni tangga dan melangkahkan kakinya menuju pintu utama.

Dibawah, Saerin bertemu dengan Seungwan. Seungwan sedang duduk santai sembari membaca majalah fashion. Dihadapannya, terdapat sebuah meja kopi dengan gelas yang berisikan ice lemon tea dan kudapan kecil untuk menemaninya.

Seungwan sedikit melirik ke arah adiknya tersebut. Kacamata baca yang ia gunakan sudah turun sampai ke pangkal hidungnya. Seungwan pun sedikit menunduk untuk melihat Saerin yang sedang terburu-buru. Keningnya berkerut, berlapis-lapis.

"Mau kemana, Rin? Ini masih pukul sebelas siang, biasanya kau masih tertidur di kasur?" heran Seungwan yang sudah melihat Saerin berpakaian rapi. Saerin berhenti berjalan dan mengerecutkan bibirnya ke arah Seungwan.

"Eonni! Ah, kau membuat hariku menjadi menyebalkan. Aku ada urusan sebentar, mungkin aku akan pulang sore hari. Ajak saja kekasihmu untuk main kerumah jika kau kesepian," jawab Saerin. Ia segera melangkahkan kakinya kembali.

Dan tepat sekali, beberapa detik setelah Saerin berhasil melewati pintu utama, terdengar suara teriakan, "Sialan kau, Saerin! Pergi sana!"

Saerin yang mendengar itu pun hanya bisa tersenyum jenaka. Entahlah, menjahili Kakak Perempuannya menjadi sebuah rutinitas tersendiri untuk Saerin. Ya lagipula, Saerin hidup berdua dengan Seungwan di Seoul. Kedua orang tua mereka sedang menjelajah negeri orang, nan jauh disana.

Maksudnya, kedua orang tua mereka sedang berada di luar negeri untuk melakukan suatu pekerjaan.

Hari ini suhu sangat terik. Ah, Saerin menyesal tidak menggunakan topi musim panasnya. Ia juga menggerutu karena kulitnya terasa terbakar. Saerin terlalu bersemangat untuk bertemu Hoseok, jadi Saerin menjadi terburu-buru dalam melakukan sesuatu.

Ya contohnya saat ini, sudah tahu hari sedang terik, Saerin malah berlari menuju taman dekat rumahnya. Keringat terus-menerus jatuh dari keningnya. Ia melihat ke arah jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya. Ia sudah telat tujuh menit rupanya.

Sembari berlari, Saerin juga menyeka keringatnya menggunakan punggung tangan, "Sial, aku lupa kalau sudah memasuki musim panas. Ini sungguh panas sekali."

Setelah berlari sekitar lima ratus meter kedepan, Saerin sudah sampai pada taman tersebut. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari Hoseok, yang mungkin saja sedang duduk santai sembari memegang satu cup es krim rasa vanila.

Membayangkan hal itu, membuat Saerin meneguk ludahnya kasar. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Mungkin, segar juga untuk menyantap es krim di tengah teriknya matahari.

Saerin menggeleng pelan, "Cih, Hoseok memang bisa membuatku membayangkan sesuatu hal kecil dengan luar biasa," gumam Saerin yang kini matanya sedang menatap jauh mengelilingi taman.

Akhirnya, Saerin menemukan Hoseok yang tengah terduduk di bangku taman. Wajahnya ia tundukkan dan kedua tangannya sibuk menggenggam ponselnya, serta jari-jarinya bergerak lincah disana. Saerin berjalan mendekat, lalu matanya menemukan sesuatu. Di sebelah kiri Hoseok terdapat cup bekas es krim dengan sisa-sisa es krim yang meleleh pada mulut cup tersebut.

Lagi, Saerin meneguk ludahnya secara kasar, "Sialan, ternyata apa yang ku pikirkan benar-benar terjadi." Tanpa berbasa-basi, Saerin segera saja mendekati Hoseok.

Baru saja kaki kanan Saerin berhenti, Hoseok mendongakkan kepalanya dan tersenyum ceria kepada Saerin, "Selamat pagi menjelang siang, Saerin," sapa Hoseok yang membuat detak jantung Saerin berdegup kencang.

Saerin membalas tersenyum dengan kaku, "Selamat pagi menjelang siang juga, Hoseok. Apa kau sudah lama menunggu? Maaf, aku sedikit terlambat."

Hoseok menggelengkan kepalanya. Tangan kirinya ia gunakan untuk menyimpan ponsel pintar miliknya pada saku celana. Kemudian, tangan satunya lagi menepuk sisi kanan Hoseok, bermaksud untuk menyuruh Saerin duduk disana.

"Tidak apa-apa, aku juga baru menghabiskan satu cup es krim. Apa kau mau?" Saerin menolehkan kepalanya dengan cepat ke arah Hoseok. Matanya berbinar riang yang membuat Hoseok terkekeh kecil.

"Tentu saja aku mau! Hari ini sangat terik, dan aku juga lelah. Apa tidak merepotkan?" tanya Saerin sembari menggoyang-goyangkan kepalanya, yang membuat rambut Saerin bergerak kesana-kemari. Hoseok sangat gemas melihatnya.

Yang dilakukan Hoseok hanya tertawa, "Tidak, aku tidak merasa direpotkan. Kalau begitu, kau ingin rasa apa?" Hoseok berdiri dari duduknya. Tanpa sadar, tangannya ia gunakan untuk membetulkan rambutnya. Saerin menahan napas beberapa detik.

Hei tentu saja, Hoseok menggunakan kaus tipis lengan panjang, dipadukan dengan celana pendek selutut berwarna biru tua, lalu sepatu yang sangat pas di kakinya. Jangan lupakan rambutnya yang berwarna coklat tersebut, disertai sentuhan mengacak dari telapak tangan Hoseok.

Hoseok benar-benar menggoda siang hari ini.

"Rasa vanila. Aku ingin tiga scoups es krim. Aku sangat haus, tahu." Saerin mengedipkan matanya lucu beberapa kali.

Oke, Hoseok sudah tidak tahan dengan itu. Ia benar-benar gemas dengan Saerin. Dan tangannya terulur untuk mencubit kedua pipi Saerin dengan lembut,

"Baiklah tuan putri, tunggu sebentar. Pangeran akan datang membawa pesanan tuan putri dengan segera."

Saerin tahu bahwa rencana libur musim panasnya--yang sudah ia rencanakan dari jauh-jauh hari dan gagal, akan selalu diisi dengan nama Hoseok selama satu bulan kedepan.

•nine; first holiday•

kita flashback aja dulu.
ah masa chapter ini nembus 800 words sih :(

Sunshine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang