*Keadaan kelas IX C*
Danisa dan friend sudah berada di kelas. Keadaan kelas saat ini sungguh-sungguh memprihatinkan. Kalau anak-anak SMP-kan tidak diperbolehkan memainkan hp di kelas, karena jamkosong teman-teman kelas Danisa bebas bermain hp hingga jamkosong pelajaran itu habis. Sudut-sudut kelas penuh dengan berbagai periode, semua digunakan untuk hal-hal yang menurut mereka bisa mengisi kekosongan jamkosong.
Danisa, Alvi, Lusia, dan Meliana duduk ke tempat duduk mereka. Saat mereka akan memulai obrolan, datanglah Angga, Rifki, dan Zidane yang memasuki kelas dengan gayanya yang sok-sokan. Tepat saat Angga masuk, Maudy heboh sendiri. Tanya kenapa Angga telat lah, kenapa Angga tidak membalas chat darinya lah, dan masih banyak lagi.
"Maudy suka sama Angga, ya?" tanya Danisa memulai percakapan diantara mereka.
"Iya, Maudy ngejar-ngejar Angga udah dari kelas 7. Dia bela-belain ngabisin duit nyokap bokapnya cuma buat mempercantik dirinya," Alvi menjawab pertanyaan Danisa.
"Lah, kok bisa, dia suka sama Angga? Prasaan Angga b aja kok. Aneh," Danisa geleng-geleng kepala.
"Ah, elu, Dan. Kayak nggak tau Maudy aja. Eh, elu kan emang nggak tau Maudy, ya. Jadi bego sendiri gue," Lusia merasakan kebegokan dirinya sendiri.
"Angga. Pulang sekolah nanti ke bioskop yuk, nonton film. Katanya hari ini ada film baru, aku juga udah beli dua tiket. Satu untuk aku dan satunya lagi buat kamu," Maudy berbicara dengan suara yang dimanja-manjakan.
"Ogah, gue udah ada janji. Kalo lo mau ke bioskop nonton aja sendiri, lagian lo kan masih punya temen," Angga menolak ajakan Maudy.
"Yah, Ngga, mubazir tauk, tapi aku maunya sama kamu. Masa kamu nolak ajakan aku, sih. Ayolah, sekali ini aja kamu nerima ajakan ku," Maudy merengek.
"Jijik gue sama lo. Eh, Zidane, lo gantiin gue. Lo nonton bioskop sama Maudy, idaman lo kan," Angga menepis tangan Maudy yang mencoba menahannya, dan ia pun berjalan menuju ke anak-anak cowok lain sedang bermain game.
"Mau gak lo Dy, nonton bioskop ma gue? Anggep aja gue ini Angga. Itung-itung pedekate lah," Zidane mengedipkan sebelah matanya. Pertanyaan itu di balas dengan gidikannya Maudy. Maudy tidak akan setuju menerima ajakan Zidane maupun mengajak Zidane.
***
Bel pulang sekolahpun berbunyi. Danisa dan friends berjalan menuju gerbang bersama-sama. Mereka bercanda apa saja asalkan bisa mencairkan suasana. Hingga sopir jemputan mereka tiba, dan mereka berpamitan kepada Danisa.
Danisa kesal karena sepupunya itu tak kunjung datang mengantarnya pulang. Kenapa Danisa tidak pulang sendiri? Hey, dia kan baru datang kes sini tidak tahu arah pulang ke rumah barunya. Iapun whatshap Bisma.
Danisa Aurellia: Bismaaa lo di mana.. Ayo pulang, gue capek nunggu lo dari tadiii!!!
Bisma Iqball: what?! Lo nunggu gue?? Ohh iya ya, lo kan baru.. Duh tapi gimana ya, Dan, gue lagi ekskul basket mpe jam empat. Lo yakin mau nungguin gue sampe jam segitu??
Danisa berdecak kesal, ya gini kalau jadi anak pindahan, susah. Bryan yang akan pulang sekolah naik angkutan umum, melihat Danisa belum pulang.
"Loh, Dan, kok lo belum pulang? Bel pulang kan udah dari tadi," tanya Bryan keheranan.
"Eh, Bryan, iya gue nunggu sepupu gue. Pinginnya sih pulang dari tadi, tapi Bisma ada ekskul basket ya udah gue tungguin aja daripada ntar gue ilang malah berabe," jelas Danisa.
"Oalah. Lo tau alamat rumah lo dimana?" tanya Bryan lagi.
"Tau kok, jalam Kenanga nomer 14. Emangnya kenapa, Yan?"
"Rumah gue juga di jalan Kenanga nomer 16. Rumah kita cuma jarak dua rumah doang. Mau pulang bareng gue gak? Besokkan juga ada pr," Bryan menawarkan Danisa pulang bersama.
"Boleh banget tuh, ya udah ayok trus nanti ngerjain tugas bareng ya?" pertanyaan Danisa di jawab anggukan Bryan sebagai tanda setuju.Merekapun segera naik ke angkutan umum yang mengarah ke rumah mereka.
Danisa Aurellia: Bismaa gue pulang duluan yaa. Gue pulang bareng Bryan rumahnya cuma jarak dua rumah doang. Byee Bismaa.
Bisma Iqball: Bryan IX C ya? Ya udah ati-ati di jalan ya..