When I was Child

7 2 0
                                    

Ketika kita dilahirkan di muka bumi ini, kita tidak mengetahui apapun tentang dunia di luar rahim ibu. Kita hanyalah sosok manusia yang terus berjuang untuk kehidupan. Kehangatan yang dirasakan sebelumnya tergantikan dengan dinginnya dunia.
.
.
.
Di sebuah ruangan yang gelap, tanpa penerangan sedikitpun ia terdiam meringkuk dibawah selimutnya. Ia menangis dalam diam meratapi hidupnya. Tidak pernah terlintas dipikirannya bahwa hidup sekejam itu mempermainkannya. Setidaknya itulah yg dipikirkan gadis berusia 20 tahun itu. Ia mengingat kembali memori-memori tentang kehidupannya .
.
Cuaca hari itu bisa dikatakan sangat panas. Jam di dinding menunjukkan pukul 3 sore tepat. Akan tetapi panas yang terik itu tampaknya tak mempengaruhi keceriaan gelak tawa yang bahkan dapat didengar bermeter-meter dari rumah kecil itu. Disana, berlangsunglah kegiatan lipat melipat kain yang dilakukan oleh 4 orang anak. Keempatnya duduk melingkar menghadap tumpukan kain yang menggunung. Disudut ruangan sebelah kiri, dekat dengan pintu kamar paling depan duduklah si sulung . Ia memiliki kulit yang cukup putih. Hidungnya mancung . Rambutnya hitam lurus berpotongan cepak. Matanya sedikit sayu. Ia dapat dikatakan memiliki tubuh yang cenderung kurus kering. Disebelahnya duduklah sang adik , adik pertamanya... si sulung no. 2 begitulah ia menyebutnya.

tbc.

maaf baru pertama kali menulis sebuah cerita.  mohon dukungannya.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Snow In SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang