Chiaroscuro

61 4 3
                                    


Ruangan dengan ukuran 5x5 meter itu begitu berantakan dengan kanvas dan cat air. Lukisan berada dimana-mana, kuas dan alat lain berserakan di lantai. Namun karya lukisanya tidak bisa diremehkan, dengan membawa aliran surealisme¹ lukisan itu begitu indah untuk dipandang tapi begitu menakutkan jika dilihat lebih dalam. Semua yang dilukiskan sudah terlihat jelas jika itu percampuran antara dunia nyata dan fantasi.

Di sana, di atas sofa empuk berwarna hitam dengan sebuah bantal yang sudah terlihat pudar warnanya terlihat seorang laki-laki tampan bertelanjang dada dan memakai celana jeans hitam pendek serta scarf bandana bertengger di kepala menambahkan kesan sempurna untuknya. Ia Aldiresta Reza, laki-laki berumur dua puluh dua tahun itu tengah merentangkan tubuhnya di atas sofa dengan tangan kiri menutup matanya serta tangan kanan yang memegang rokok sesekali menghisapnya lalu menghembuskan asapnya ke udara. Reza telah menyelesaikan lukisan untuk tugas akhirnya. Seperti yang dilakukan laki-laki itu setiap menyelesaikan sebuah karya, ia akan menghisap sebuah rokok atau meminum segelas kopi. Berimajinasi juga melelahkan.

Suara pintu terbuka memperlihatkan seorang laki-laki seumuran dengan Reza yang mendengus sebal melihat ruangan berantakan ini.

"Emang ya seniman mah bebas mau studionya udah kayak kandang babi gini juga."

"Bacot."

Galih menendang sofa yang ditiduri Reza. "Bangun, bi. Anak-anak udah pada nungguin lo. Lo ikut kagak, bi?"

Reza melemparkan bantal yang semula di jadikan untuk menyangga kepalanya tepat di wajah Galih.

"Apaansi, ba-bi-ba-bi. setan lo."

"Gue 'kan nanya, ikut kagak? Gue serius nih."

Reza mematikan rokoknya ke lantai.
"Gue nyusul deh. Gue mau beresin itu dulu." Ucapnya sambil menaikan dagu ke arah salah satu karyanya.

"Entar gak jadi dateng, lo kan biasanya gitu. Nyusul nyusul tapi kagak nongol."

Reza mendengus. "Iye, berisik banget si. kayak emak-emak kehilangan tupperware."

"Basi banget jokes lo, bi."
Ucap galih lalu mengambil satu batang rokok milik Reza lalu menghidupkanya. "Yaudah, gue duluan." Galih berlalu.

Reza menghela napas kasar, lalu kembali menyelesaikan lukisanya. Tinggal satu sentuhan lagi lukisan itu akan menjadi sempurna. Ia harus cepat-cepat membereskan ini, sebelum anak-anak yang lain memprotes dirinya karena jarang berkumpul bersama. Memang sudah beberapa bulan ini dia jarang ikut berkumpul bersama yang lain seperti biasanya di jum'at malam. Alasanya Reza terlalu sibuk dengan banyak pesanan karya lukisnya dan tugas akhir yang selalu menghantuinya.

Reza juga merasa lelah akhir-akhir ini.

--Chiaroscuro--

Surealisme¹: suatu aliran seni yang menunjukkan kebebasan kreativitas sampai melampaui batas logika. Surealisme juga dapat didefinisikan sebagai gerakan budaya yang mempunyai unsur kejutan sebagai ungkapan gerakan filosofis. Surealisme merupakan suatu karya seni yang menggambarkan suatu ketidak laziman, oleh karena itu surealisme dikatakan sebagai seni yang melampaui pikiran atau logika. Karya seni surealisme ini hanya dapat ditafsirkan oleh seorang seniman yang menciptakannya dan sangat sulit bagi seseorang untuk menafsirkan karya seni surealisme tersebut, karena pada hakikatnya surealisme bersifat tidak beraturan atau alurnya melompat-lompat.
abrarozora.wordpress.com

Contoh lukisan pop surealis
Karya: Roby Dwi Antono
Judul: Mengkristal, Lelah kemudian Merekah

Contoh lukisan pop surealisKarya: Roby Dwi AntonoJudul: Mengkristal, Lelah kemudian Merekah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChiaroscuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang