8. Istana Emerland

9.4K 994 17
                                    

"Kita telah bebas, aku pastikan kau akan tetap aman di sisiku."

Ervin mengangkat tubuh Naya dan membawanya pergi menuju kediamannya. Kekuatan yang keluar dari naga merah membuat tubuhnya lebih segar. Segel yang berada di jurang  telah lepas. Ia dapat kembali ke tempat asalnya. Udara kebebasan seolah menyeruak di indra penciumannya. Ini saatnya ia kembali dan menghabisi semua musuhnya.

Sementara itu di kuil suci Emerland tubuh Olive tengah di kremasi. Di hadiri seluruh pengurus dan juga petinggi kerajaan membuat suasana semakin sendu terlihat. Demi menjaga ayahnya Olive rela mengorbankan dirinya. Tayrl benar-benar keterlaluan. Setelah membunuh Olive dia pergi begitu saja dengan senyum sinis di bibirnya.

"Aku akan membalasnya!" gumam Tuan Deka seraya mengepal tangannya kuat. Air mata mengalir di pipinya. Guratan kesedihan terlihat jelas. Kemarahan serta kebencian membuatnya semakin menginginkan kebangkitan Putra Mahkota secepatnya.

"Setelah ia bangkit, aku pastikan kau mendapat balasannya!"

***

Cuaca siang itu terlihat tidak bersahabat. Setelah pemakaman tubuh Olive hujan di sertai petir mengelilingi kerajaan Emerland. Angin kencang menerjang  rumah para warga. Semua warga  berbondong keluar dan berlari menuju gerbang istana. Mereka mencari perlindungan dari amukan alam. Amukan yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.

"Sebenarnya ada apa ini? Apa para Dewa tengah marah?" teriak Raja Emerland yang kalut dengan kondisi alam di kerajaannya. Sepengalaman ia menjadi raja belum pernah merasakan amukan alam sedahsyat ini.

"Rajaku, aku rasa ini akibat kita melalaikan pertemuan penting tadi," seru Perdana Menteri membuat sang raja menoleh marah. Bukan salahnya jika ia menolak mentah-mentah pertemuan itu. Terlebih lagi, Putra Mahkota yang seharusnya bertemu dengannya justru pergi ke kuil dan membunuh Olive. Perempuan satu-satunya yang tersisa di kuil itu. Perempuan yang konon katanya dapat melahirkan seorang Dewi Pelindung untuk kerajaan mereka.

"Tidak! Kau salah. Mungkin ini pertanda Putra Mahkota dapat bangkit kembali,"

Perdana Menteri menelan salivanya sulit, ia menggeleng cepat. "Tidak Rajaku, ini adalah bencana untuk kita. Dewi Pelindung belum lahir kembali, jadi mana mungkin Putra Mahkota bangkit dan keluar dari segel itu?"

"Kenapa kau takut jika Putra Mahkota kembali wahai, Perdana Menteri?" pertanyaan Raja membuat semua yang hadir di ruangan itu menatap benci ke arah Perdana Menteri. Mereka semua seolah muak menutup mata mereka. Sejak dahulu, mereka sangat tahu hal jahat apa yang di lakukan perdana menteri kepada kerajaan. Namun, kekuatan untuk melengserkan perdana menteri tidaklah kuat untuk mereka. Hanya Putra Mahkota yang bisa melakukannya. Terlebih dasas desus yang beredar, perdana menteri mengikat perjanjian dengan kerajaan Victtore yang membuat ia hidup abadi.

Perdana Menteri tersenyum menghilangkan semua resah di benaknya, "Tidak, saya sama sekali tidak takut. Hanya saja sikap anda yang membuat negeri ini mulai di ambang kehancuran. Jika saja anda mau mendengarkan semua saran saya," ucapnya dan membungkukkan badannya hormat. Raja Emerland mendecik melihat tingkah perdana menteri. Jika saja ia tidak melihat sendiri keabadian perdana menteri mungkin saat ini juga ia memenggal kepala perdana menteri.

Flashback

"Kau benar-benar mengkhianati Emerland! Bagaimana bisa kau datang ke kerajaan Victtore?!"

"Saya tidak pernah berkhianat dan selalu mendukung keputusan anda, Yang Mulia."

"Berhenti membual dan enyahlah sekarang!"

Sreeettt.

Raja Emerland mengayunkan pedangnya dan menebas kepala perdana menteri saat itu juga. 

Craat.

Darah segar menyembur dari tubuh perdana menteri membuat sang Raja tersenyum menang. Ia telah membereskan salah satu pengkhianat di kerajaan ini.

"Apa karena aku yang terpilih menjadi Raja dan bukan kakakku, sehingga kau melakukan pengkhianatan ini? Aku tidak pernah membunuhnya, ia yang pergi untuk menikahi Dewi Pelindung. Apa kau tidak tahu bagaimana tersiksanya aku selalu menjadi bayang-bayangnya? Kau yang terlalu setia dengannya membuatku iri kepadanya. Andai kau mau berteman denganku dan mendukung semua keputusanku, Perdana Menteri!" 

Raja Emerland membalik badannya dan berjalan meninggalkan tubuh yang terpisah dengan kepalanya. Namun, belum terlalu jauh Raja meninggalkan tubuh itu, rasa dingin menyentuh lehernya. Ia melirik sebuah pedang yang terarah kepadanya. Ia membalikkan tubuhnya dan terkejut melihat siapa yang berada di depannya.

"Anda pikir saya akan terbunuh begitu saja?" sinis perdana menteri seraya menatap tajam sang Raja. "Anda tahu, aku menentang anda menikahkan Putra MAhkota dengan Dewi Pelindung bertujuan untuk melindungi negeri ini. Anda tidak tahu seberapa mengerikannya kekuatan Putra MAhkota yang telah menyatu dengan sang Dewi. Bahkan anda atau dewa lainnya tidak mampu mengatasi kekuatan itu! Anda tahu betapa saya mencintai negeri ini lebih dari apa pun. Jadi, sampai mati aku akn membunuh Dewi Pelindung agar negeri ini tetap aman!"

Flashback end.

Duar!!!!

Ledakan kencang yang terdengar dari luar istana membuat semua yang berkumpul di ruangan itu tidak terkecuali Tuan Deka dan Tuan Alardo menoleh ke arah pintu. Mereka bergegas pergi dari ruangan menuju sumber ledakan.

Para rakyat yang berada di luar istana menatap ke asal suara juga. kabut hitam kelam muncul begitu saja. petir yang semakin menggelegar hingga hujan lebat yang turun menandakan kengerian yang ada. Semua saling melangkah mundur menjauh dari asap hitam yang muncul.

"Buka pintunya!" teriakan dari dalam istana membuat gerbang utama istana terbuka lebar. Semua menatap ke dalam istana dengan tatapan takut dan bingung. Kabut yang semakin tebal di sertai asap hitam menutup penglihatan mereka semua. Angin kencang menerpa hingga ke dalam istana.

Wushhhh.

Beberapa penjaga yang berada di depan gerbang terpental. Penduduk yang menghalangi jalan seolah di paksa memberi jalan. Angin hanya melukai pengawal kerajaan tanpa melukai penduduk yang ada.

"Pu-putra Mahkota?"

Teriakan itu membuat Sang Raja dan semua petinggi istana terkejut. Mereka menatap asap hitam yang mulai menghilang lebih teliti. bayangan seseorang perlahan berjalan mendekat menembus asap yang mengepul di depannya.

Tuk. Tuk.

Langkah kaki yang terdengar kencang membuat semua waspada. Bayangan itu semakin mendekat dan berhenti tepat di hadapan para penduduk.

"Minggir!" suara berat dan tegas membuat para pendduk semakin menjauh dan memberi akses jalan untuk seseorang di depan mereka. Kabut hitam menghilang menampilkan seorang pemuda tampan bermata sipit dengan mahkota di kepalanya serta jubah kebesaran penanda dirinya.

Pemuda itu memejamkan matanya dan menatap tajam ke arah istana di depannya. Tangannya masih setia membopong seorang gadis yang masih memejamkan matanya.

"Aku kembali," gumamnya lagi dan melangkah mendekati pintu gerbang istana.

"Na-naya," gumam Tuan Deka dan Alardo bersamaan. Mereka saling melemparkan tatapan terkejutnya. Gadis yang beberapa waktu hilang kini berada di depannya. Gadis yang tengah tertidur pulas di dekapan sang Putra Mahkota.

Perdana menteri menatap Tuan Deka dan juga Tuan Alardo sengit. Ia menggeram marah mengepalkan tangannya kuat.

"Putra Mahkota!" Sang Raja berjalan mendekat. Menatap putranya bahagia dan juga bingung. Bingung menatap siapa gadis yang di bawanya.

"Minggir!" Ervin berujar dingin. Aura gelap meliputi dirinya membuat sang Raja menelan slavinanya sulit dan memaksanya menyingkir dari hadapan putranya.

Ervin berjalan melewati para petinggi.  Ujung matanya menangkap seorang pria yang sangat ia benci.  Senyum sinis terukir di bibirnya.

"Kehancuranmu telah tiba,  tua bangka!"

***

Devil Beside Me [END] [REUPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang