Pagi yang cerah. Langit menyambut cakrawala yang terbit di pagi itu. Cahaya matahari yang cerah terpancar di kaca kamar Dyandra dan mengenai matanya. Dyandra terbangun dari tidurnya. Kemudian melihat jam beker di sampingnya.
07.45
“What? Sebentar lagi gerbang sekolah tutup. Mampus gue di hukum sama Bu Lina nanti,” gumam Dyandra.
Tanpa berpikir panjang Dyandra menuju ke kamar mandi. Setelah selesai ia mengenakan seragam sekolahnya.
Dyandra menuruni tangga. Dan melihat Ibu dan Ayahnya sedang sarapan bersama.
“Dyandra, tidak makan dulu?” tanya Indri, ibunya.
“Tumben perhatian? Biasanya gak di peduliin,”
“Dyandra! Jaga bicara kamu sama Mama kamu, dia juga Mama kamu,” tegas Aldiano, ayah Dyandra.
Dyandra tidak mengindahkan perkataan ayahnya itu. Dia langsung meninggalkan ruangan makan dan pergi ke sekolah dengan di antar oleh supir rumahnya.
Dan benar, gerbang sekolah sudah di tutup. Dyandra terlambat lagi hari ini. Tetapi dia tetap bisa masuk ke sekolah, yaitu dengan cara menyogok penjaga gerbang belakang sekolah dengan beberapa lembar uang lima puluh ribu. Dengan cara itulah Dyandra dapat masuk ke sekolah setiap harinya.
“Gue harus sampai ke kelas sebelum Bu Dian masuk,” gumam Dyandra pada dirinya sendiri. Bu Dian adalah salah satu guru IPS kelas XI, memiliki sifat yang layaknya di miliki oleh guru killer lainnya.
Saat di perjalanan menuju kelas Dyandra menabrak seorang pria yang tidak ia kenal namanya.
“Kalau jalan liat-liat dong, gue lagi buru-buru ini,” gerutu Dyandra kepada pria itu sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat menubruk tubuh pria itu.
Dyandra menatap wajah pria itu dengan tatapan tajam. Terlihat nama pria itu pada name tag di sebelah dadanya.
“Andra Guetta Pratama,” Dyandra mengeja nama itu dengan nada merendahkan. “Nama yang bagus, tetapi orangnya gak bisa ngomong kayak orang bisu,” ucap Dyandra.
“Jaga bicara lo, gak sopan banget,” celetuk pria yang bernama Andra Guetta Pratama itu dan berlalu pergi meninggalkan Dyandra.
“Dasar,” gerutu Dyandra.
Dyandra berlari menuju kelasnya. Dan ternyata sudah ada Bu Dian yang sedang mengajar di dalam kelas.
“Assalamualakum, selamat pagi bu,” ucap Dyandra dengan memasang wajah tanpa dosa.
“Dari mana aja kamu? Setiap hari terlambat,” bentak Bu Dian.
“Ehh bu, kalau orang ngucap salam itu dijawab, bukan malah ngebentak bu,” tukas Dyandra.
“Kamu ini, buat masalah saja setiap hari. Sudah sana duduk,” ucap Bu Dian.
Dyandra pergi menuju tempat duduknya. Dan meletakkan punggunnya di kursi itu.
“Enak gak di marah sama Bu Dian,” ucap Lyra dengan nada mengejek. Lyra adalah teman sebangku Dyandra, dan sifatnya hampir sama dengan Dyandra. Bisa di bilang kakak dan adik.
“B aja sih, udah tiap hari juga di marahin sama tuh nenek tua,” ujar Dyandra dan mereka berdua tertawa lepas.
“Lyra, Dyandra! Kenapa tertawa? Tidak ada yang lucu,” sergah Bu Dian. “Keluar saja kalian jika ingin bermain-main di jam pelajaran saya,” lanjut Bu Dian.
“Iya bu, maaf,” ucap Lyra.
***
Bel istirahat berbunyi. Siswa-siswi SMA Tunas Bangsa keluar dari kelas mereka dan pergi ke kantin, yakni mengisi perut mereka yang sudah lapar menunggu guru pelajaran yang menjelaskan materi dengan sangat membosankan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DYANDRA
Teen FictionAndra Guetta Pratama. Seorang lelaki yang dingin terhadap perempuan dan tidak banyak bicara. Ia di pertemukan dengan seorang gadis yang sangat buruk. Bisa di bilang badgirl. Tidak, bukan badgirl. Tetapi gadis yang bawel, nakal, dan tidak bisa dibil...