Who Are U

149 24 11
                                    

Aku merasa seperti diikuti sedari tadi. Kulangkahkan kakiku cepat-cepat melewati jalanan gelap ini. Namun langkah kaki itu terdengar semakin mendekati ku.

Aku melihat sebatang kayu  tergeletak dijalanan, tanpa pikir panjang kuraih kayu itu dan membalikan badanku hendak memukul orang yang membuntutiku.

Tetapi tangan orang itu lebih dulu mencengkram tanganku seolah ia sudah membaca gerakanku.

Pria aneh itu lagi.

"Kau lagi?"

Pria itu mengambil kayu itu dan membuangnya ke sembarang arah.

"Ya! Kenapa kau mengikuti terus hah?! Ada urusan apa kau denganku?" teriak ku padanya.

"Aku hanya melaksanakan tugasku," sahutnya santai yang berhasil membuat keningku kembali berkerut.

"Tugas apa? Sebenarnya siapa kau ini?"

"Melindungimu," jawabnya singkat.

Aku mendesah keras, apa dia sedang bercanda?

"Lalu kau ini siapa?"

"Apa kau tidak bisa berhenti bertanya? Aku alergi dengan banyak pertanyaan seperti itu."

Pria ini benar-benar, huh jika saja kayu tadi masih ditanganku akan kupukul kepalanya itu.

"Baiklah, kalau begitu berhenti mengikutiku!"

Setelah mengatakan itu aku pergi meninggalkannya. Aku kembali melihat ke belakang memastikan apakah ia masih mengikuti ku atau tidak.

Kulihat ia hanya berdiri dibawah lampu jalanan tadi. Tidak merubah posisinya sedikit pun. Aku merasa ada yang aneh dengan pria itu.

Tapi.. ah sudahlah, lagi kutolehkan kepala ku ke belakang untuk terakhir kali dan syukurlah ia sudah pergi dari sana.

🔥🔥🔥

Aku memasuki flat ku setelah melewati tangga yang cukup melelahkan. Karena aku tinggal di flat paling atas.

Kududukan diriku di atas kursi panjang di depan flat ku. Menengadahkan kepala ku menatap bintang yang menghiasi gelapnya malam.

"Ayah, ibu aku rindu." Tanpa kusadari air mataku sudah turun jatuh ke pipiku.

Sekelebat kenangan penuh kebahagiaan bersama keluarga ku muncul dibenakku. Membuatku kembali menangis, ya inilah rutinitasku setiap malam.

Menangisi keadaanku.

"Kenapa kalian meninggalkanku sendiri? Kenapa kalian tak mengajak ku ikut bersama kalian hiks."

Ditengah tangisanku tiba-tiba sebuah suara menginterupsiku.

"Karena jalan mu masih panjang. Lagipula sekarang kau tak sendirian, aku akan berjalan bersamamu di setiap langkah."

Aku menoleh ke sampingku. Pria itu lagi, kenapa dia kesini lagi?

"Kenapa kau mengikutiku sampai kesini?" tanyaku.

"Ini, hapus dulu air matamu." Ia menyodorkan kain putih padaku.

Aku hanya menatapinya ragu

"Ambilah," suruhnya.

Mau tak mau aku mengambil kain itu dan menghapus air mata ku.

"Kau belum menjawab pertanyaanku," ujarku sambil menatapnya.

"Aku sudah menjawabnya," jawabnya tanpa menatapku.

Aku menghela nafas beratku, entah darimana pria menyebalkan ini berasal. Baru saja aku merasa sedikit tersentuh dengan perkataannya tadi tapi sekarang ia kembali membuatku merasa jengkel.

Heol! Memangnya kapan ia menjawab pertanyaanku?

"Berhenti bercanda! Katakan padaku siapa dirimu? Apa maumu dan kenapa kau mengikutiku? Oh astaga! Apa kau ini seorang penjahat?!"

Ia mengalihkan pandangannya ke arahku. Mata sipitnya itu menatap mataku dalam seolah ia ingin menenggelamkanku hanya dengan tatapannya saja.

"Aku tidak terbiasa untuk mengulang perkataanku dan kupikir kau juga bukan penderita alzheimer yang akan dengan mudah melupakan sesuatu. Oh ya, aku ini bukan seorang kriminal jadi jangan merasa takut."

Aku memutar bola mataku malas
"Terserah mu sajalah!"

Percuma saja bicara dengannya, membuatku semakin pusing saja.

Kubangkitkan diriku meninggalkannya dan hendak masuk ke flat ku. Ketika aku memasuki flat ku ini pria itu juga ikut memasuki tempatku ini tanpa seizinku.

"Ya! Kenapa kau masuk ke dalam rumahku?!" teriak ku kesal.

Dasar pria tak tau sopan santun!

"Mulai sekarang aku akan tinggal disini," sahutnya santai yang sukses membuat kepalaku terasa semakin sakit.

"Apa? Tapi kenapa?" tanyaku tak habis pikir dengannya

"Alasan yang sama kenapa aku ada disini, yaitu untuk menjagamu."

Ya Tuhan cobaan apalagi ini?

"Aku bukan cobaan untukmu sebaliknya aku disini untuk membantumu menghadapi cobaan itu."

Apa-apaan ini? Apa sekarang dia bisa membaca pikiranku?

"Kau! Arghh sudahlah terserah kau saja! Kau boleh menginap malam ini tapi tidak untuk besok dan seterusnya!"

Kuacak rambutku frustasi sembari berjalan melewatinya. Sebaiknya aku mandi dan menjernihkan pikiranku.

🔥🔥🔥

Setelah aku selesai mandi aku mengecek keberadaan pria itu. Takut, jika ia melakukan hal yang tidak-tidak.

Namun semua prasangka buruk ku tidak terjadi. Ia hanya sedang melihat-lihat seisi flat ku ini di ruang tengah.

Sembari mengeringkan rambutku dengan handuk aku melangkahkan kaki ku ke depan cermin yang kupasang di tembok kamarku.

"Hei, sudah selesai mandi?" tanya seseorang tiba-tiba sambil menyentuh pundak ku.

"Astaga!" teriak ku,

"Ya! Park Jimin kenapa kau memasuki kamarku!" omel ku padanya.

"Aku hanya ingin bertanya, kau tak perlu mengomel seperti itu terus memang kau tidak lelah huh?"

Aku memutar bola mataku malas.

"Setidaknya ketuk pintu kamarku dulu, kau itu tidak tau sopan santun ya?"

Kubalikan badanku agar kembali menghadap ke cermin. Namun aku menemukan sesuatu yang janggal.

"Jimin?"

"Ya," sahutnya.

Kutolehkan kepalaku kebelakang dan kudapati ia masih berdiri tepat dibelakangku tidak bergeser sedikit pun.

Kualihkan pandanganku kembali ke depan cermin. Jantungku mulai berdebar dan keringat mulai membasahi tanganku.

Aku kembali teringat kejadian dijalan tadi. Kejanggalan yang aku rasakan sesaat sebelum ia menghilang di bawah lampu jalanan.

Aku baru menyadarinya sekarang. Bahwa ia tidak memiliki bayangan.



Tbc

I know it's a lil bit freak guys! Haha but I hope u'll enjoy it.

Thank  u for reading..
Don't forget to voment this chap :)))

Rin~

KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang