Naomi hanya bisa menghela nafas lelahnya untuk kesekian kali. Matanya menatap sedih pada Veranda yang masih mendiamkannya selama 3 hari, sedangkan Veranda yang ditatap hanya mengacuhkannya dan lebih memilih mengamati deretan novel-novel yang menarik perhatiannya.
Semua ini terjadi 3 hari yang lalu, saat Naomi terlambat menjemputnya sepulang les kemarin. Apalagi wajah kesal dan marah Veranda karena dibuat menunggu selama 2 jam lebih benar-benar membuat Naomi tak bisa berucap banyak kata selain kata Maaf. Jika saja dia punya sedikit keberanian untuk menceritakkan penyebab dia terlambat mungkin Veranda takkan seperti ini padanya, tapi sepertinya sikap diam Veranda benar-benar membuat Naomi merasa serba salah dalam mengambil langkah untuk menjelaskannya.
"menurut kamu bagusan mana bukunya ?" tanya Naomi pada Veranda sambil menujukkan 2 novel sastra berbahasa inggris ditangan kanan dan kirinya.
Veranda hanya milirik sekilas dan memilih buku ditangan kiri Naomi tanpa mengucapkan sepatah kata sedikitpun. Naomi hanya bisa pasrah pada sikap Veranda yang sebenarnya benar-benar menguji dirinya.
***
Naomi mengendarai motor tuanya membelah jalanan kota Jakarta yang mulai padat dengan kecepatan pelan, hatinya merasa kehilangan saat tak merasakan tangan halus milik Veranda tak melingkar ditubuhnya seperti biasanya. Dia benar-benar merindukkan hal kecil dari Veranda.
Veranda melepaskan helm bogonya dan memberikkannya langsung pada Naomi.
"gak mau singgah dulu ?" tanya Veranda sekedar basa-basi didepan loby apartement.Naomi hanya menggelengkan kepala sebagai jawabnya. Dia cukup lelah hari ini, sifat diam Veranda benar-benar mengguras pikiran dan tenaganya.
"gak dulu deh. Kamu keliatan capek banget. Besok aja yah kalo kamu gak capek lagi" Veranda hanya mengganguk memalingkan wajahnya dari mata Naomi yang menatapnya lelah.
"nanti malam aku jemput. Kita ketempat ayah buat ngerayain ulang tahun Shani"
Veranda melayangkan tatapan kaget dan protes pada Naomi.
"kok kamu gak bilang dari awal sih ? Kalo gitu tadikan aku bisa nyari kado juga buat Shani" kata Veranda kesal.
"kamu udah ada kadonya. Tadikan kamu sendiri yang milih kadonya"
Veranda terdiam mendengarnya. Dia baru menyadari bahwa buku yang ditunjukkan Naomi tadi adalah kado untuk Shani. Akhirnya Veranda hanya mengalah dan membiarkannya, toh dia sendiri juga yang memilih.
"nanti malam jam 8 aku jemput" Veranda hanya mengganguk dan membiarkan Naomi pergi dari hadapannya tanpa mengucapkan ucapan pamit sedikitpun.
***
"selamat ulang tahun yah Shan" ucap Veranda sambil memberi cipika cipiki di wajah Shani.
"makasih yah Ve udah mau datang. Lo bener-bener orang asing pertama yang masuk kedalam lingkungan kita" Veranda hanya tersenyum simpul mendengarnya.
Suasana hangat khas keluarga sangat terasa dihalaman belakang rumah tempat dimana Ayah membangun bisinis haram berkedok rumah jasa pemotongan daging ini. Kelima anak asuhnya berkumpul merayakan ulang tahun Shani yang ke 17 sambil barberque kecil-kecilan terutama semenjak kehadiran Veranda sedikit memberi warna yang berbeda dikehidupan remaja-remaja tanggung yang dia didik untuk menjadi seorang kurir.
"Shani, ini ayah ada kado buat kamu" kata Ayah sambil memberikkan sebuah bungkusan cantik yang berukuran cukup besar pada Shani.
"ihh ayah. Isinya jangan pisau daging lagi donk ! 3tahun aku ulang tahun masa dapat itu mulu" kata Shani sedikit kesal jika mengingat dia selalu mendapat pisau daging baru sebagai hadiah dari Ayah.