21

124 9 0
                                    

Gue sudah terduduk lemas didepan ruang UGD rumah sakit tempat gue bekerja dan sekaligus tempat David ditangani. Arif beberapa kali mencoba menenangkan gue. Tidak berselang lama, mamah gue datang, mamah memeluk gue, dan akhirnya tangis gue kembali pecah.

sudah 1 jam berlalu, akhirnya gue lihat dr. Dika keluar dari ruang UGD.

"Perwakilan keluarga saudara David?"

Gue terdiam sejenak, "Saya," Ucap gue mantap.

Gue masuk ke ruang UGD, melihat David yang masih tidak sadarkan diri, luka-luka ditubuhnya sudah dibersihkan.

"David harus dioperasi," ucap dr. Dika yang cukup membuat kaki gue kembali melemas.

"Operasi?"

"Iya, dia mengalami patah tulang di bagian kaki kiri, dan harus di operasi secepatnya."

Akhirnya gue meminta izin sebentar untuk menelpon mamahnya David, dan mamahnya menyetujui operasi tersebut.

***

Sudah 1 jam 30 menit gue, mamah, dan Arif berada di depan ruang operasi, tapi belum ada tanda-tanda operasi selesai. Tidak lama, orang tua David datang, mamahnya Davidpun langsung memeluk gue, dan lagi-lagi tangis gue kembali pecah.

Tidak lama, dokter yang menangani David keluar dari ruang operasi. Beliau bilang bahwa operasi David berhasil dan berjalan dengan lancar, namun David masih koma.

Davidpun dibawa ke ruang perawatan, gue, mamah, mamahnya david, dan juga Arif ikut serta mengantarkan David ke ruang perawatan tersebut.

Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 22:30, gue yang awalnya bersikeras untuk menginap dirumah sakit, akhirnya mengalah dan pulang bersama mamah. Tidak lupa, gue mengambil mobil di Bara's Coffee yang sempat gue titipkan tadi sore.

Arif sempat menelpon gue 1 jam yang lalu, tidak lama setelah dia pamit pulang. dia menanyakan keadaan gue dan juga David. Dia juga menyuruh gue pulang dan istirahat dirumah.

Gue berantakan, gue hancur. Malam ini begitu berat untuk gue. Disatu sisi gue merasa lega akhirnya gue dan Arif sudah baikan, dan disisi lainnya gue hancur karena David kecelakaan saat ingin ketemu gue dan bahkan sampai saat ini dia masih saja dalam keadaan koma.

Satu bulan berlalu, david masih saja dengan tidur nyenyaknya tanpa mau menyadarkan dirinya, tanpa mau bertemu gue. Rio, Tasya, Tisya, dan Arif beberapa kali datang ke rumah sakit untuk menjenguk David. Gue secara rutin setelah jam kerja gue berakhir, gue selalu menjaga David sampai jam 22:00, kemudian gue pulang kerumah.

Hari-hari gue penuh dengan harapan David akan pulih, dan kembali seperti semula. Permohonan itu mendominasi pembicaraan gue disetiap harinya dengan Tuhan.

Hari ini, Arif datang menjenguk David, lagi.

"Na, lo tau nggak kalau gue sama David dulunya temenan?" tanya Arif saat kami makan siang di kantin rumah sakit.

"Hah? Kapan? Kok gue nggak tau?"

"Gue sama David dulu satu sekolah waktu SD, dan sejak kelas 1 SD gue emang sahabatan banget sama David. Terus setelah masuk SMP, kita pisah sekolah. Gue sama David waktu kelas 3 SMP pernah suka sama cewek yang sama, namanya Nadya, dia satu sekolah sama David."

"Terus? Yang jadian sama Nadya siapa?"

"David."

Gue mengangguk-anggukkan kepala sambil mengunyah santapan siang gue itu.

"Sejak saat itu, nggak tau siapa yang mulai, akhirnya gue sama David lost contact," sambung Arif.

Berselang 1 minggu kemudian, akhirnya David sadar, pagi-pagi saat gue baru sampai di rumah sakit untuk bekerja, mamahnya David menelpon gue dan mengabarkan hal tersebut. Setelah absen, gue bergegas ke ruangan David setelah sebelumnya gue mengabarkan kepada asisten apoteker bahwa gue ada urusan mendadak. Tidak lupa gue memberi kabar kepada teman-teman gue tentang keadaan David.

Arif yang saat itu sudah berada di rumah sakit juga datang keruangan David sembari membawakan satu keranjang buah yang dikemas rapi.

"Hai," satu kata pertama dari David untuk gue.

"David," hanya itu kata yang terlontar dari mulut gue, diikuti dengan air mata yang tidak tahu malu berguguran deras.

"Jangan nangis," Ucap David sambil menggenggam tangan gue. "Aku nggak papa," sambungnya.

David, dia masih saja sama, berpura-pura tidak apa-apa disituasi apapun.

Tok tok.

Gue menoleh ke arah pintu yang berbunyi. Perlahan pintu terbuka, ternyata Arif dan seorang perempuan.

"Nadya?" Ucap David.

Guesontak teringat dengan obrolan dengan Arif minggu lalu, Nadya, mantan pacarDavid saat SMP.    

B R O K E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang